Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Baru Virus Corona di Inggris Disebutkan Lebih Menular, Sudahkah Masuk Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/RUKSUTAKARN studio
Ilustrasi virus corona
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Seiring munculnya varian baru virus corona di Inggris yang dinilai lebih menular, pemerintah mengatakan kondisi pandemi di negara itu di luar kendali.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, strain baru virus corona itu 70 persen lebih menular dibandingkan virus aslinya.

Sejauh ini, lebih dari 1.000 kasus yang disebabkan oleh varian baru Covid-19 telah teridentifikasi.

Strain tersebut diberi nama "VUI - 202012/01" dan saat ini masih diteliti oleh sejumlah ahli di negara tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Selain Inggris, Berikut Negara yang Telah Izinkan Penggunaan Vaksin Covid-19 Pfizer

Lantas, varian baru virus corona tersebut apakah sudah masuk ke Indonesia?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu kita mengupas salah satu fakta yang ada, yakni mutasi serupa juga ditemukan di beberapa negara.

Bersama dengan Inggris, mutasi yang sama juga telah terdeteksi di Belanda, Denmark, Australia, dan Afrika Selatan, dikutip dari BBC, Minggu (20/12/2020).

Varian baru ini disebut menyebar lebih cepat dari versi aslinya, tetapi diduga tidak lebih mematikan.

Baca juga: Mengenal Hokkaido, Provinsi Bersalju yang Menjadi Sarang Virus Corona di Jepang

Pembatasan yang lebih ketat

Kini, sebagian besar wilayah Inggris tenggara, termasuk London kini berada di bawah pembatasan baru yang lebih ketat.

Saat dikonfirmasi terkait varian baru virus corona yang muncul di Inggris tersebut, Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan belum ada.

"Varian baru virus corona tersebut belum terkonfirmasi ada di Indonesia," kata Wiku saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/12/2020).

Baca juga: 6 Daerah yang Terapkan Wajib Dokumen Rapid Test Antigen, Mana Saja?

Wiku tidak menjawab ketika ditanya mengenai langkah antisipasi lebih lanjut agar varian baru virus corona itu tidak menyebar di Indonesia.

Sebaliknya, pria kelahiran Malang 56 tahun yang lalu ini menyatakan bahwa pihaknya kini sedang melakukan surveilans terhadap virus yang beredar di Indonesia.

"Kita sedang melakukan surveillance terhadap virus yang beredar di Indonesia," ucap Wiku.

Baca juga: Mutasi Virus SARS-CoV-2 Ada di Indonesia, 3 di Antaranya di DIY-Jateng

Penjelasan epidemiolog

Epidemiolog Indonesia di Griffith Universiy Australia, Dicky Budiman menyatakan, mutasi dari virus adalah suatu hal yang normal dan lumrah terjadi.

Hanya saja, mutasi dari virus tersebut seharusnya tidak berjalan dengan secepat ini.

"Umumnya itu 2-3 kali mutasi dalam satu bulan, nah yang terjadi di Inggris ini 17 kali kecepatan mutasinya," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/12/2020).

Baca juga: Ramai Topik soal Rapid Antigen, Apakah Sama dengan Swab Antigen?

Dia menuturkan, oleh karena itu mutasi yang cepat ini membuat virus semakin efisien efektif dalam menginfeksi.

Maka, lanjutnya, bukan suatu hal yang mengagetkan apabila varian baru virus corona ini disebut 70 persen lebih mudah menular dari virus aslinya.

"Kalau digambarkan jika virus itu masuk Indonesia, akan membuat 3 kali lipat penambahan dari sisi kasus hariannya yang ada sekarang ini," jelas Dicky.

Baca juga: Kasus Terus Menanjak, Ini 11 Gejala Infeksi Covid-19 yang Harus Diwaspadai

Dicky mengatakan, saat ini kasus harian di Indonesia seharusnya sudah mencapai 20.000 kasus. Sehingga, apabila varian baru virus corona masuk di Indonesia, Dicky berkesimpulan akan ada 3 kali lipat dari angka 20.000.

"Saat ini estimasi epidemiologi menemukan kasus harian di Indonesia itu 20.000, kalau misalnya strain baru ini sudah masuk ke Indonesia, ya bisa jadi 60.000 kasus," ungkapnya.

Baca juga: Peringatan WHO soal Varian Baru Virus Corona yang Lebih Menular

Menjadi beban besar di layanan kesehatan

Lebih jauh, kata Dicky, munculnya strain baru virus corona yang lebih menular ini juga memicu kekhawatiran tersendiri di layanan kesehatan nantinya.

Terlebih lagi dengan kecepatan penularannya, walau belum ada temuan apakah strain baru virus corona ini bisa membuat lebih parah penderitanya atau tidak.

"Karena orang sakit itu bisa 3 kali lipat lebih banyak dari saat ini yang tentu akan menyulitkan tenaga kesehatan," tambah dia.

Baca juga: Ramai soal Penolakan Jenazah Covid-19, Dokter: Pasien Meninggal, Virus Pun Mati

Dengan kata lain, papar Dicky, dengan munculnya varian atau strain baru virus corona ini juga akan meningkatkan potensi kematian.

Oleh karena itu, Dicky mewanti-wanti kepada negara-negara yang pandeminya belum terkendali, termasuk di Indonesia, potensi mutasi virus itu akan tinggi.

"Semakin banyak infeksi, semakin banyak virus, semakin besar peluang terjadinya mutasi. Nah itu artinya Indonesia memiliki peluang yang sama," kata dia.

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal Vaksin Sinovac yang Tiba di Indonesia

Pihaknya mengimbau kepada pemerintah untuk dengan segera mengantisipasi hal itu dengan meningkatkan surveilans, termasuk surveilans genomics.

"Jadi strateginya ya tetap sama, testing, tracing dan treatment. Tetapi harus jauh lebih ketat lagi. Mungkin 3 kali lebih ketat," imbuhnya.

Sebaliknya, Dicky menekankan jika pandemi tetap dibiarkan tidak terkendali, maka peluang mutasi virus akan semakin besar dan akan lebih membahayakan.Baca juga: Saudi Tutup Penerbangan, Berikut Update Nasib Jemaah Umrah Indonesia yang Batal Berangkat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi