Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Surat Rapid Test Palsu, Ini Kata Epidemiolog...

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Ahmad Dzulviqor
Proses skrening penumpang kapal di pelabuhan Tunon Taka Nunukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Praktik jual beli surat hasil rapid test palsu kepada calon penumpang kapal laut antar pulau muncul di Surabaya, Jawa Timur.

Dengan membayar Rp 100.000, seseorang bisa mendapatkan surat keterangan rapid test dengan hasil non reaktif tanpa harus melakukan tes.

Surat rapid test tersebut diperlukan sebagai syarat pembelian tiket untuk keberangkatan.

Baca juga: Dari Sekian Jenis Tes Covid-19, Mana yang Paling Akurat?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut pemberitaan Kompas.com, Senin (21/12/2020), praktik culas tersebut dilakukan komplotan yang beroperasi di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Para pelaku yang terdiri dari pemilik agen travel, calo, dan pegawai puskesmas sekitar pelabuhan telah memalsukan tanda tangan dokter, stempel dan menggandakan surat.

Lantas apa bahayanya dan bagaimana mengukur tingkat efektivitas tes Covid-19?

Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan bahwa dengan hasil tes palsu, maka jelas dapat meningkatkan potensi penularan virus corona.

Baca juga: Catat, 9 Daerah Ini Wajibkan Dokumen Rapid Test Antigen, Mana Saja?

Harus ditindak tegas

Hal itu terjadi lantaran bisa jadi orang-orang tersebut sudah terinfeksi virus corona, dan akibatnya penularannya pun semakin luas.

"Pemalsuan hasil tes ini harus ditindak tegas. Pemerintah harus memastikan siapa yang memberikan layanan, jenisnya apa, bentuk suratnya seperti apa. Pemerintah juga harus meregulasi pihak yang berwenang dan berhak melakukan uji tes Covid-19, sehingga tidak hanya mengatur harga tes-nya saja," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (23/12/2020).

Selain tanggapan soal pemalsuan dokumen, pihaknya juga menjelaskan efektivitas dari tes Covid-19. 

Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

Menurutnya, ketepatan dari hasil tes tergantung pada waktu infeksi yang terjadi pada seseorang.

"Seseorang yang telah terinfeksi Covid-19, membutuhkan waktu 2-14 hari untuk menularkan virus tersebut pada orang lain," katanya lagi.

Menentukan waktu paparan virus corona pada seseorang, imbuhnya tidak mudah, kecuali telah dilakukan tracing dari orang yang positif Covid-19 pada beberapa orang yang ditemuinya.

Baca juga: Ramai Topik soal Rapid Antigen, Apakah Sama dengan Swab Antigen?

Efektivitas tes Covid-19

Sulitnya mengetahui waktu paparan seseorang positif Covid-19 seharusnya ditindaklanjuti dengan beberapa kali tes Covid-19.

"CDC menganjurkan tiga kali tes, yaitu sebelum berangkat, ketika berada di tempat tujuan, dan sebelum kembali ke tempat asal," imbuhnya.

Dicky menambahkan, efektivitas tes Covid-19 dapat dilakukan 1-3 hari sebelum keberangkatan, kemudian 3-5 hari setelah sampai tempat tujuan.

Baca juga: Angkasa Pura II Sediakan Layanan Pre-Order Rapid Test Antigen di Bandara Soetta Mulai 21 Desember, Bagaimana Caranya?

Untuk mencegah penyebaran, maka melakukan tes Covid-19 menurutnya masih belum cukup.

"Artinya masih diperlukan karantina mandiri," jelas dia.

Meski hasil tesnya negatif, setelah 7 hari dari perjalanan, sebaiknya harus tetap tinggal di rumah.

"Apabila tidak melakukan tes, maka sebaiknya harus melakukan karantina mandiri selama 14 hari," pungkasnya.

Baca juga: Bagaimana Aturan Karantina Memasuki Kota Solo? Simak Penjelasan Berikut...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo infografik: Beda Test Antigen, Rapid Test Antibodi, dan PCR

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi