Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Varian Baru Virus Corona di Inggris, Ini Kata Epidemiolog...

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/creativeneko
Ilustrasi virus corona menginfeksi tubuh menyebabkan Covid-19. Pada sebagian orang Covid-19 dapat mematikan, studi mengungkap virus SARS-CoV-2 dapat memengaruhi protein interferon tipe I (IFN) dalam melawan virus dan membuat sistem kekebalan berbalik melawan dirinya sendiri.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Munculnya temuan varian baru virus corona di Inggris membuat sejumlah negara menutup sementara akses transportasi dari dan menuju Inggris.

Terlebih Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan varian baru virus corona, yang diberi nama VUI-202012/01 itu 70 persen lebih menular dibandingkan dengan virus aslinya.

Hingga 13 Desember 2020, sebanyak 1.108 kasus positif Covid-19 muncul dari varian baru virus corona tersebut.

Baca juga: Catat, 9 Daerah Ini Wajibkan Dokumen Rapid Test Antigen, Mana Saja?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagian besar disebutkan berasal dari wilayah Inggris selatan dan timur.

Selain Inggris, varian baru virus corona tersebut juga sudah teridentifikasi di beberapa negara lainnya, yakni Denmark, Belanda, Australia, Italia hingga Afrika Selatan.

Lantas bagaimana analisis epidemiolog terkait dengan munculnya varian baru virus corona di Inggris tersebut?

Epidemiolog Indonesia di Griffith University Dicky Budiman mengatakan, mutasi dari virus merupakan suatu hal yang normal dan lumrah terjadi.

Hanya saja, menurutnya mutasi virus tersebut tidak seharusnya berjalan dengan secepat ini.

"Umumnya itu 2-3 kali mutasi dalam satu bulan, nah yang terjadi di Inggris ini 17 kali kecepatan mutasinya," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/12/2020).

Baca juga: Ramai Topik soal Rapid Antigen, Apakah Sama dengan Swab Antigen?

Meningkatnya potensi kematian

Mutasi yang cepat tersebut, imbuhnya membuat virus semakin efisien efektif dalam menginfeksi.

Oleh karena itu, bukan suatu hal yang mengagetkan apabila varian baru tersebut disebutkan 70 persen lebih mudah menular dari virus aslinya.

"Kalau digambarkan jika virus itu masuk Indonesia, akan membuat 3 kali lipat penambahan dari sisi kasus hariannya yang ada sekarang ini," kata Dicky.

Baca juga: Berikut Kelompok yang Tidak Boleh Disuntik Vaksin Covid-19

Menurut dia, munculnya strain baru virus corona yang lebih menular ini juga memicu kekhawatiran tersendiri di layanan kesehatan nantinya.

Dengan kata lain, munculnya varian atau strain baru virus corona tersebut juga akan meningkatkan potensi kematian.

Dicky pun mewanti-wanti kepada negara-negara yang pandeminya belum terkendali, termasuk di Indonesia, potensi mutasi virus itu akan tinggi.

"Semakin banyak infeksi, semakin banyak virus, semakin besar peluang terjadinya mutasi," katanya lagi.

Baca juga: Mutasi Virus SARS-CoV-2 Ada di Indonesia, 3 di Antaranya di DIY-Jateng

Peringatan WHO

Sementara itu melansir AFP, Minggu (20/12/2020), WHO mendesak anggotanya di Eropa untuk meningkatkan tindakan melawan varian baru virus corona SARS-CoV-2 yang beredar di Inggris.

Selain itu, mereka juga mendesak seluruh anggotanya untuk mengamati virus corona varian baru tersebut.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal OTG pada Covid-19

 

Dan jika memungkinkan, dapat berbagi data mengenai hal itu dengan komunitas internasional, khususnya, bagi negara-negara yang melaporkan adanya mutasi virus yang sama.

WHO menduga strain baru virus corona tersebut dapat menyebar lebih mudah di antara orang-orang dan mempengaruhi tes diagnostik.

Meski masih diselidiki, disebutkan belum ada bukti yang menunjukkan adanya perubahan pada tingkat keparahan penyakit.

Baca juga: Berikut 13 Penyakit yang Berhasil Diatasi dengan Vaksin, Apa Saja?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 6 Vaksin Covid-19 yang Ditetapkan untuk Vaksinasi di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi