Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog soal Satgas Covid-19 Sebut Masyarakat Gali Kubur Sendiri: Tak Tepat

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Pengunjung menonton pertunjukan drama dengan menerapkan aturan jaga jarak di Jakarta Aquarium dan Safari, Mal Neo Soho, Grogol, Jakarta Barat, Kamis (24/12/2020). Selain memamerkan ribuan satwa air maupun darat, lokasi wisata tersebut juga menampilkan pertunjukan bawah air dengan hiasan pohon natal berbahan daur ulang limbah di laut untuk menyambut libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Perkembangan kasus aktif Covid-19 di Indonesia memperlihatkan tren yang semakin memburuk. Dari waktu ke waktu, penambahan kasus aktif kian cepat.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan hal ini menunjukkan masyarakat masih ceroboh dan membahayakan orang lain.

"Jika keadaan ini terus berlangsung, ini seperti kondisi di mana masyarakat menggali kuburnya sendiri," kata Wiku, dikutip dari Kompas.com, Kamis (24/12/2020).

Wiku menilai dalam setiap kenaikan kasus aktif virus corona selalu diiringi dengan kenaikan persentase daerah yang tidak patuh protokol kesehatan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurutnya, kenaikan kasus aktif selalu berawal dari libur panjang, yang mengakibatkan menurunnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan.

"Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap kenaikan kasus aktif selalu diiringi oleh kenaikan persen daerah yang tidak patuh protokol kesehatan dan selalu berawal dari event libur panjang," kata Wiku.

Baca juga: Laju Kasus Aktif Covid-19 Kian Cepat, Satgas: Masyarakat Gali Kubur Sendiri

Namun, tepatkah pernyataan tersebut?

Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan kian cepatnya laju kenaikan kasus aktif virus corona di Tanah Air bukan salah masyarakat.

"Kalau mau disalahkan ya bukan salah masyarakat. Salah yang melakukan pengendaliannya. Kalau main salah-salahan ya enggak ada gunanya, dan juga ini tidak tepat dalam kondisi begini," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (25/12/2020).

Dia mengatakan, jika ada kesalahan dalam penanganan pandemi yang menyebabkan laju kasus aktif semakin tinggi, maka bisa dirunut sejak awal pandemi Covid-19 teridentifikasi.

"Dari awal (kesalahan) adalah respon yang tidak tepat dan tidak cepat, dan sampai saat ini belum ada perubahan signifikan dalam strategi pelandaian kurva," ujar Dicky.

Dicky mengatakan strategi utama pengendalian pandemi Covid-19 di Indonesia terletak di pundak pemerintah, yaitu penerapan testing dan tracing.

"Itu yang utama. Kalau itu tidak dilakukan dengan memadai, jangankan optimal, tidak memadai saja, maka apa pun yang dilakukan masyarakat tidak akan efektif," tegas Dicky.

Baca juga: Meksiko dan 9 Negara yang Telah Memulai Vaksinasi Covid-19

3M bukan strategi utama pengendalian pandemi

Dicky menyebut ketidakpatuhan masyarakat menerapkan protokol 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker) bukan faktor utama penyebab kasus aktif meningkat dengan signifikan.

Ia menilai 3M adalah strategi tambahan yang diterapkan beriringan dengan strategi utama, yakni testing dan tracing yang dijalankan dengan memadai.

"3M itu strategi tambahan. Jadi negara-negara yang berhasil (mengendalikan pandemi) itu juga tidak semuanya mewajibkan masker," kata Dicky.

"Harus memakai masker di sini dan di sana, oh tidak, tapi social/physical distancing iya. Terutama yang dilakukan adalah strategi testing, tracing, isolasi/karantina yang ketat," lanjutnya.

Dicky mengatakan, dengan penerapan strategi testing, tracing, dan isolasi/karantina yang ketat, maka protokol social/physical distancing bisa dijalankan dengan efektif.

Baca juga: Varian Baru Lain dari Virus Corona Teridentifikasi di Nigeria

Strategi komunikasi risiko sangat krusial

Dicky mengatakan, dengan adanya pernyataan dari Satgas Penanganan Covid-19 yang terkesan menyalahkan masyarakat, dapat dinilai pemerintah masih belum bisa melaksanakan strategi komunikasi risiko dengan baik.

"Masih jauh dari yang kita harapkan, yang tepat dan efektif. Karena strategi komunikasi risiko ini perlu dikuasai secara tepat," kata Dicky.

Menurutnya, strategi komunikasi risiko yang tepat akan menentukan keberhasilan dari setiap program yang diluncurkan untuk mengendalikan pandemi Covid-19 di Tanah Air, termasuk vaksinasi Covid-19 nasional.

"Ini tidak bisa dianggap remeh ya. Semua perlu itu, termasuk vaksinasi, makanya harus diperbaiki," ujar Dicky.

"Jangan sampai yang gali lubang kuburnya malah dari pelaksana strateginya. Jangan sampai seperti itu," imbuhnya.

Baca juga: Muncul Varian Baru Corona, Satgas: Penerapan Protokol Kesehatan Antisipasinya

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mau Liburan ke Bali? Cek aturan dari dan ke Bali pada 18 Desember 2020-4 Januari 2021

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi