KOMPAS.com - Dua penelitian baru memberikan bukti bahwa orang yang telah terinfeksi Covid-19 dapat menawarkan perlindungan terhadap infeksi selanjutnya.
Penemuan ini menjadi kabar yang menggembirakan.
Para peneliti menemukan, orang yang telah membuat antibodi terhadap virus corona, jauh lebih kecil kemungkinannya untuk kembali dites positif dalam waktu hingga enam bulan, bahkan mungkin lebih lama.
Baca juga: Simak, Ini 7 Gejala Terkait dengan Varian Baru Virus Corona
Hasil penelitian ini menjadi pertanda baik untuk vaksin, yang memancing sistem kekebalan untuk membuat antibodi.
Lebih lanjut, ditemukan bahwa orang dengan antibodi dari infeksi alami mempunyai risiko jauh lebih rendah, dengan urutan perlindungan sama dengan yang didapatkan dari vaksin yang efektif untuk terkena virus lagi.
"Sangat, sangat jarang tertular kembali," kata Direktur dari Institut Kanker Nasional AS yang melakukan penelitian, Dr Ned Sharpless seperti dikutip dari AP, Minggu (27/12/2020).
Baca juga: Catat, 9 Daerah Ini Wajibkan Dokumen Rapid Test Antigen, Mana Saja?
Dua jenis tes
Kedua studi tersebut menggunakan dua jenis tes.
Salah satunya tes darah untuk antibodi, yang dapat bertahan selama berbulan-bulan setelah infeksi terjadi.
Jenis tes lainnya menggunakan sampel hidung atau sampel lain untuk mendeteksi virus atau bagian-bagiannya, yang menunjukkan infeksi saat ini.
Baca juga: Ramai Topik soal Rapid Antigen, Apakah Sama dengan Swab Antigen?
Satu studi New England Journal of Medicine, melibatkan lebih dari 12.500 petugas kesehatan di Rumah Sakit Universitas Oxford di Inggris.
Dari jumlah itu, sebanyak 1.265 orang yang memiliki antibodi virus corona pada awalnya, hanya dua orang dengan hasil positif pada tes, untuk mendeteksi infeksi aktif dalam enam bulan berikutnya dan tidak ada gejala yang berkembang.
Berbeda dengan 11.364 pekerja yang awalnya tidak memiliki antibodi, sebanyak 223 orang dinyatakan positif terinfeksi dalam waktu sekitar enam bulan berikutnya.
Baca juga: Berikut 8 Negara yang Konfirmasi Varian Baru Virus Corona, Bagaimana dengan Indonesia?
Kekebalan terhadap virus
Para peneliti di Oxford melihat pengurangan risiko yang sama, bahkan 10 kali lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami infeksi kedua jika telah mempunyai antibodi.
"(Penemuan) sangat memuaskan," ujar Sharpless.
Laporan tersebut telah diunggah di situs web, yang dapat digunakan para ilmuwan untuk berbagi penelitian dan sedang ditinjau.
"Penemuan ini tidak mengejutkan, tapi sangat meyakinkan karena memberi tahu orang bahwa kekebalan terhadap virus itu umum," tutur Joshua Wolf, spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Penelitian Anak St. Jude di Memphis yang tidak terlibat dalam kedua studi.
Baca juga: Ramai soal Varian Baru Virus Corona, Bagaimana Upaya Pencegahan agar Tidak Tertular?
Sementara itu, Studi National Cancer Institute melibatkan lebih dari 3 juta orang yang menjalani tes antibodi dari dua laboratorium swasta di Amerika Serikat.
Hanya sebesar 0,3 persen dari sukarelawan yang awalnya memiliki antibodi, kemudian dites kembali dengah hasil positif terinfeksi virus corona.
Antibodi sendiri mungkin tidak memberikan perlindungan, melainkan kemungkinan hanya menjadi tanda bahwa bagian lain dari sistem kekebalan, seperti sel T, mampu melawan paparan virus baru.
Baca juga: Varian Baru Virus Corona Ditemukan, Bagaimana Pencegahannya agar Tidak Sampai ke Indonesia?
"Kami tidak tahu seberapa lama kekebalan ini," lanjut Wolf.
Kasus orang yang tertular Covid-19 lebih dari sekali telah terkonfirmasi.
Sehingga, orang-orang masih harus melindungi diri sendiri dan orang lain dengan mencegah infeksi ulang.
Baca juga: Jadwal Operasional Bank Mandiri, BCA, BNI, dan BRI Saat Libur Natal dan Tahun Baru 2021