Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Pengambilan Paksa Jenazah Pasien Covid-19 di Brebes, Kenapa Berulang?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Tresno Setiadi
Tangkapan layar video warga yang mencoba merangsek masuk ke RSUD Brebes untuk mengambil paksa jenazah Covid-19, Sabtu (26/12/2020) (Dok. FB Seputar Tanjung Brebes)
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebuah video yang memperlihatkan sekelompok orang menerobos paksa pintu masuk RSUD Brebes dan mengambil jenazah pasien positif Covid-19 viral di media sosial.

Salah satu akun yang mengunggah video tersebut adalah Gemintang @ndagels. Video diunggah pada Sabtu (26/12/2020) pukul 13.55 WIB.

Kompas.com, Sabtu (26/12/2020), memberitakan, Direktur RSUD Brebes dr. Oo Suprana membenarkan peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu.

Jenazah pasien Covid-19 itu sempat dibawa ke kampung halaman dengan menggunakan angkot, hingga akhirnya diambil kembali oleh pihak rumah sakit bersama kepolisian untuk dimakamkan secara protokol Covid-19.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pihak kepolisian dari Polres Brebes pun telah mengamankan puluhan orang yang terlibat dalam aksi tersebut.

Peristiwa seperti ini sudah berulang kali terjadi. Pada 19 Agustus 2020, seperti diberitakan Kompas.com, terjadi insiden pengadangan terhadap mobil ambulans yang sedang membawa jenazah Covid-19.

Peristiwa itu terjadi di Jalan Jenderal Sudirman, Ambon.

Baca juga: Lagi, Jenazah Pasien Positif Covid-19 Dijemput Paksa, Ini Pesan Persi

Dalam aksi itu, warga mengadang iring-iringan mobil ambulans meski dikawal mobil polisi. Setelah itu, mereka langsung mengambil paksa peti jenazah dari mobil ambulans kemudian membawa jenazah ke rumah duka.

Peristiwa yang sama juga pernah terjadi di Makassar pada Oktober 2020.

Sebelum ini, tindakan yang terjadi pada awal pandemi adalah penolakan pemakaman jenazah pasien Covid-19.

Apa yang bisa ditelaah dari tindakan masyarakat ini?

Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS), Nurhadi mengatakan, perubahan perilaku masyarakat dalam menyikapi pemakaman jenazah pasien Covid-19 erat kaitannya dengan aspek emosional, dalam hal ini hubungan kekeluargaan.

"Selama Covid-19 itu tidak menyangkut orang-orang terdekat dia, itu di antara kita memang tidak terlalu peduli ya. Namun begitu menyangkut keluarga kita, maka justru penyangkalan-penyangkalan yang muncul," kata Nurhadi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/12/2020).

"Apabila kemudian diberikan data oleh dokter yang menunjukkan hasil diagnosis bahwa jenazah itu positif Covid-19, belum tentu mereka yang melakukan pengambilan paksa itu akan percaya," ujar dia.

Meski percaya dengan hasilnya, kemungkinan keluarga tetap melakukan pengambilan paksa dengan alasan ingin anggota keluarganya dimakamkan secara layak. 

"Karena menurut mereka, pemakaman semacam itu (protokol Covid-19) tidak layak bagi jenazah," ujar Nurhadi.

Baca juga: Viral Video Warga Ambil Paksa Jenazah Covid-19 di RSUD Brebes

Nurhadi mengatakan, kasus penolakan pemakaman jenazah pasien positif Covid-19 yang terjadi di beberapa daerah pada masa awal pandemi, salah satunya dipicu karena jenazah yang akan dimakamkan bukan merupakan warga setempat.

Karena bukan bagian dari warga setempat, maka tidak ada kedekatan hubungan yang menjadi pendorong munculnya kepedulian dari warga.

"Namun apa pun alasannya, itu (menolak jenazah) salah, dan mengambil paksa jenazah juga bukan tindakan yang benar," kata Nurhadi.

Dia mengatakan, dari fenomena penolakan pemakaman jenazah dan pengambilan paksa pasien positif Covid-19, dapat diketahui bahwa tingkat kepatuhan pada sebagian masyarakat Indonesia masih rendah.

"Banyak di antara kita itu merasa bahwa kita dipaksa untuk menerima sesuatu. Begitu orang dipaksa menerima sesuatu, maka muncul kejengkelan-kejengkelan, rasa tidak puas, dan manakala dia sudah memuncak akan meletup menjadi kejadian-kejadian seperti itu," kata Nurhadi. 

Nurhadi menduga, hal tersebut diperparah dengan kenyataan bahwa tidak semua masyarakat mendapat informasi yang benar dari sumber-sumber terpercaya, terutama yang menyangkut penanganan jenazah Covid-19.

"Misinformasi dan juga sebagian informasi yang itu berasal dari media sosial," kata Nurhadi. 

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Protokol Pengurusan Jenazah Pasien Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi