Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Obesitas Dapat Memperparah Gejala Covid-19, Ini Alasannya...

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi obesitas yang memengaruhi tekanan darah tinggi.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sebuah penelitian menjelaskan bahwa pasien dengan kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi apabila terinfeksi virus corona Covid-19. 

Dilansir dari BBC, (26/8/2020), seiring dengan sistem kekebalan yang melemah, kondisi ini dapat membuat orang dengan obesitas lebih rentan terhadap Covid-19 yang parah.

Sebelumnya tim dari University of North Carolina melihat data dari 75 penelitian dari seluruh dunia untuk penelitian mereka, termasuk hampir 400.000 pasien Covid-19.

Mereka menemukan bahwa orang dengan obesitas dan mengidap Covid-19, bisa dua kali lebih mungkin untuk dirawat di rumah sakit.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain itu, sebanyak 74 persen pasien lebih mungkin untuk dirawat di perawatan intensif. Mereka juga lebih berisiko meninggal akibat penyakit yang disebabkan virus corona.

Baca juga: Mengapa Covid-19 Lebih Mematikan pada Orang dengan Obesitas?

Obesitas memperparah Covid-19

Obesitas dikaitkan dengan sejumlah penyakit yang juga membuat orang berisiko lebih tinggi terkena Covid-19.

Hal ini juga dapat menyebabkan lebih banyak peradangan dalam tubuh, mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan menambah tekanan pada organ lain, serta pernapasan.

Dilansir dari The New York Times, (18/11/2020), orang yang menderita diabetes, obesitas, dan hipertensi memang memiliki garis besar peradangan yang lebih tinggi, dan lebih rentan memperburuk kondisi sakit.

Ahli rheumatologist di New York University Langone Health, Dr Jose Scher mengungkapkan, ketika sel kekebalan pertama kali bertemu dengan patogen, mereka melepaskan molekul yang disebut sitokin untuk merekrut lebih banyak sel berperang melawan penyakit.

Setelah bahaya surut, sistem kekebalan biasanya mati dengan sendirinya.

Namun, pada beberapa kasus sistem kekebalan terus berjalan terus menerus.

Baca juga: 6 Penyebab Obesitas yang Perlu Diwaspadai

Respons yang tidak henti-hentinya ini dapat menguras sistem kekebalan, seperti mematikan paru-paru, ginjal dan hati, dan terbukti fatal.

Kondisi ini dapat terjadi bahkan pada orang muda dan anak-anak yang tidak memiliki penyakit mendasar (komorbid).

Tim mengidentifikasi makrofag (sel yang menghancurkan bakteri dan virus) sebagai sumber utama lonjakan sitokin pada Covid-19.

Keterlibatan makrofag mungkin juga menjelaskan mengapa beberapa orang tiba-tiba memburuk selama berminggu-minggu setelah terinfeksi.

Sejumlah besar sel akan terlibat hanya setelah virus merusak paru-paru secara substansial.

Para ahli mengungkapkan, solusi yang lebih efisien daripada memblokir sitokin tunggal adalah memutus siklus peradangan pada asalnya.

Misalnya dengan obat tekanan darah yang meredakan sinyal kimiawi yang mendahului sitokin. Namun, obat ini masih dalam uji coba pada manusia.

Baca juga: 5 Alasan Minum Air Putih Dapat Menurunkan Berat Badan

Saat tubuh alami badai sitokin

Melansir Kompas.com, (16/5/2020), Penanggungjawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr Kariadi Semarang, Mahirsyah Wellyan TWH menjelaskan, badai sitokin atau cytokine storm merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh.

Saat virus SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin.

Diketahui, sitokin adalah protein yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.

Sitokin tersebut lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel untuk memicu rekasi peradangan.

Mahirsyah mengatakan, sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan akan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi.

Pada kondisi badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal, sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.

Baca juga: Mengenal Badai Sitokin yang Bisa Sebabkan Kematian pada Pasien Covid-19

Peradangan paru-paru

Akibatnya, paru-paru bisa mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus.

Namun, peradangan pada paru-paru itu bisa terjadi meski infeksi sudah selesai.

Selama peradangan, sistem imun juga melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru.

Tanpa penanganan yang tepat, fungsi paru-paru pasien dapet menurun hingga membuat pasien sulit bernapas.

Hal inilah yang kemudian bisa membuat pasien Covid-19 akhirnya meninggal dunia atau tidak bisa bertahan.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Kenali Gejala Awal Terinfeksi Virus Corona dari Hari ke Hari

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi