Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Novavax, Vaksin Terbaru yang Akan Digunakan di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi vaksin Covid-19. (DOK. KOMINFO)
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menambah vaksin buatan Amerika Serikat, Novavax Inc, ke dalam daftar vaksin yang akan digunakan di Indonesia.

Dengan tambahan itu, Indonesia akan menggunakan 7 jenis vaksin. Hal itu disampaikan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/12758/2020.

"(Menetapkan) sebagai jenis vaksin Covid-19 yang dapat digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi di Indonesia," tulis keputusan tersebut.

Keenam vaksin lainnya adalah vaksin produksi PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac.

Baca juga: Jokowi: Indonesia Telah Amankan Vaksin Covid-19 Sinovac, Novavax, AstraZeneca, dan BioNTech-Pfizer

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti apa vaksin Novavax?

Perusahaan vaksin yang berbasis di Maryland, Amerika Serikat, mengembangkan vaksin virus corona berbasis protein yang disebut NVX-CoV2373.

Melansir laman resmi Novavax, NVX-CoV2373 merupakan protein yang direkayasa dari urutan genetik SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19.

NVX-CoV2373 dibuat menggunakan teknologi nanopartikel rekombinan Novavax untuk menghasilkan antigen yang berasal dari protein lonjakan virus corona (S) dan ditambahkan dengan Matrix-M berbasis saponin.

Meski berasal dari urutan genetik SARS-Cov-2, NVX-CoV2373 mengandung antigen protein yang dimurnikan dan tidak dapat bereplikasi, serta tidak bisa menyebabkan infeksi Covid-19.

Vaksin tersebut menghasilkan antibodi dalam jumlah yang sangat tinggi dalam uji klinis awal.

Baca juga: Menkes Tetapkan 7 Jenis Vaksin Covid-19 yang Akan Digunakan Indonesia

Pembuatan dan cara kerja

Untuk membuat vaksin Novavax, dikutip dari The New York Times, Kamis (31/12/2020), para peneliti memulai dengan gen spike yang dimodifikasi.

Mereka memasukkan gen tersebut ke dalam virus yang berbeda, yang disebut baculovirus, dan membiarkannya menginfeksi sel serangga.

Sel yang terinfeksi menghasilkan protein lonjakan yang secara spontan bergabung bersama untuk membentuk lonjakan, seperti yang mereka lakukan di permukaan virus corona.

Metode serupa dalam menumbuhkan dan memanen protein virus telah digunakan untuk membuat vaksin berlisensi untuk penyakit, termasuk influenza dan HPV.

Jika orang yang sudah divaksin terinfeksi virus corona, antibodi mereka dapat mengunci protein lonjakan tersebut.

Virus pun tidak dapat memasuki sel dan infeksinya akan diblokir.

Vaksin Novavax juga dapat memicu perlindungan lain dengan menghancurkan sel yang terinfeksi.

Ketika virus corona menyerang, sel yang terinfeksi meletakkan fragmen protein lonjakannya di permukaannya.

Sel pembawa antigen dapat mengaktifkan jenis sel kekebalan yang disebut sel T pembunuh.

Dengan demikian, dapat mengenali sel yang terinfeksi virus corona dan menghancurkannya sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menghasilkan virus baru.

Baca juga: Update Corona Dunia 3 Januari: AS tak Akan Ikuti Inggris Tunda Dosis Kedua Vaksin

Uji coba fase 3

Pada akhir Desember 2020, uji coba fase 3 lainnya telah mulai mendaftarkan sukarekawan dewasa.

Uji coba terkontrol plasebo secara acak akan mendaftarkan sekitar 30.000 orang di sekitar 115 lokasi di Amerika Serikat dan Meksiko.

Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi keamanan dan kemanjuran Novavax.

Hingga saat ini, vaksin tersebut belum merilis data hasil uji coba, sehingga belum diketahui kemanjurannya.

Dibandingkan vaksin Moderna dan Pfizer/BioNTech, vaksin buatan Novavax disebut lebih mudah didistribusikan dan disimpan.

Sebab, vaksin tersebut dapat stabil dalam lemari es hingga tiga bulan.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Cek Penerima Vaksin Covid-19 Gratis

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi