Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Vaksin Sinovac untuk Kelinci Percobaan, Mengandung Boraks dan Formalin

Baca di App
Lihat Foto
Facebook
Hoaks, informasi yang menyebutkan vaksin Sinovac untuk kelinci percobaan, mengandung bahan tak halal, serta menggunakan boraks dan formalin.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Beredar informasi di media sosial dan pesan berantai di Whatsapp yang menyebut bahwa vaksin virus corona produksi Sinovac hanya untuk kelinci percobaan.

Informasi ini disebarkan oleh sejumlah akun di Facebook.

Dalam informasi itu, disebutkan bahwa vaksin Sinovac mengandung bahan tidak halal serta menggunakan boraks dan formalin.

Saat dikonfirmasi, PT Bio Farma menyatakan informasi itu tidak benar atau hoaks. 

Narasi yang beredar

Informasi mengenai vaksin Sinovac untuk kelinci percobaan salah satunya diunggah oleh akun Facebook Nafian Gibran.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narasi yang sama juga disebarkan sejumlah akun lainnya, di antaranya Juliana Humaira dan Sulfikar Sallu.

Narasi itu menyebutkan, vaksin hanya untuk kelinci percobaan karena terdapat tulisan “Only for Clinical Trial”

Secara lengkap berikut ini narasi yang beredar:

“Coba perhatikan kemasan Vaksin Sinovac Covid-19 yang akan di suntikkan kepada warga.
Jelas bertuliskan "Only for clinical trial" (Hanya untuk uji coba klinis alias untuk kelinci percobaan). 

Dan perhatikan "Composition and Description" Yaitu berasal dari Vero Cell atau berasal dari jaringan Kera hijau Afrika (Jelas tidak halal), kemudian mengandung Virus hidup yang dilemahkan, dan mengandung bahan dasar berbahaya (Boraks, formaline, aluminium, merkuri, dll). Belum lagi yang tidak tertulis pada kemasan yaitu tidak ada jaminan tidak tertular penyakit setelah di vaksin dan tidak ada jaminan atau kompensasi dari perusahaan Sinovac jika terjadi cedera vaksin atau KIPI pada korban Vaksin.

Sumber yang membahas efek samping vaksin Sinovac Covid-19:
Hasil keterangan FDA klik https://www.fda.gov/media/143557/download...”

Benarkah informasi yang beredar tersebut?

Dari informasi yang beredar itu, ada beberapa poin yang perlu dikonfirmasi, yaitu:

Konfirmasi Kompas.com

Kompas.com menghubungi Sekretaris Perusahaan Bio Farma Bambang Heriyanto, Minggu (3/1/2021) untuk menginformasi informasi viral ini.

Ia memastikan bahwa informasi itu hoaks.

“Itu hoaks, tidak benar,” ujar Bambang dihubungi Kompas.com, Minggu (3/1/2020). 

Selengkapnya, simak penjelasan Bambang atas sejumlah poin yang diklaim dalam pesan itu:

Soal tulisan "Only for Clinical Trial"

Bambang menjelaskan, foto kemasan Sinovac yang terdapat tulisan “Only for Clinical Trial” tersebut adalah kemasan yang digunakan untuk vaksin yang dipakai dalam uji klinis fase 3 yang saat ini tengah dilaksanakan.

“Kita kan sedang uji klinis. Jadi kemasan yang dipakai untuk uji klinis itu harus ada label ‘only for clinical trial’. Itu untuk uji kinis,” ujar Bambang.

Tahapan pembuatan vaksin baru memerlukan sejumlah tahap uji, yakni uji preklinis pada hewan, kemudian uji klinis fase 1, 2, dan 3 pada manusia.

Uji klinis fase 1 untuk melihat keamanan. Sementara, uji klinis fase 2 untuk melihat keamanan, range dosis dan efikasi, serta uji klinis fase 3 juga untuk keamanan dan efikasi.

Untuk pelaksanaan program vaksinasi pada masyarakat, Bambang menjelaskan, vaksin yang digunakan memiliki kemasan berbeda dan tidak ada tulisan ‘Only for Clinical Trial’.

Bambang memastikan, vaksin yang digunakan telah mendapatkan persetujuan izin edar penggunaan darurat dari BPOM.

Soal disebut mengandung bahan tak halal

Sementara itu, terkait vaksin Sinovac disebut mengandung bahan tidak halal, Bambang menegaskan, keputusan halal dan tidak berada di bawah kewenangan LPPOM MUI.

Bambang menjelaskan, vero cell yang disebut pada informasi yang beredar adalah media tumbuh kembang dari virus corona.

Penggunaan media ini sebagai penumbuh virus telah digunakan sejak berpuluh-puluh tahun. Virus perlu ditumbuhkan dalam vero cell karena virus hanya tumbuh di sel hidup.

Ia menjelaskan, vero cell merupakan hasil dari semacam kultur sel sehingga bukan berarti langsung menggunakan sel dari hewan hidup.

Dalam proses pembuatan vaksin, virus ditumbuhkan dalam media vero cell untuk kemudian diambil dan selanjutnya diproses hingga menjadi vaksin.

“Jadi virus itu tempat tumbuh hanya di sel hidup. Nah, vero cell ini dipakai sebagai media tumbuh kembang virus. Hanya untuk memnumbuhkan saja, nanti selnya ini dibuang, tidak terlibat,” ujar Bambang.

Ia mengilustrasikan seperti ketika seseorang menanam mangga. Untuk menanam mangga dibutuhkan tanah.

Vero cell dalam hal ini seperti dengan tanah atau media yang digunakan untuk tanaman mangga supaya bisa hidup.

Ketika mangga dipanen, bukan berarti seseorang memakan tanah itu.

Terkait kehalalan, LPPOM MUI tengah melakukan sertifikasi. Bambang menyebutkan, sudah berlangsung proses audit dari LPPOM MUI pada November 2020 dan saat ini proses masih berlanjut.

Hasil dari proses sertifikasi LPPOM MUI ini akan disampaikan ke Komisi Fatwa MUI.

“Nanti komisi fatwa yang akan menentukan halal-haram,” kata Bambang.

Soal disebut ada kandungan boraks dan formalin

Mengenai informasi yang menyebut vaksin Sinovac ada kandungan boraks dan formalin, Bambang menegaskan, vaksin Sinovac sama sekali tidak mengandung bahan pengawet.

“Boraks buat apa? Formalin buat apa? Sama sekali tidak mengandung pengawet," kata dia.

Vaksin Sinovac berisi virus inactivated, terdapat pula adjuvant, yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenisitas.

Vaksin juga mengandung buffer untuk menjaga stabilitas. Bambang mengatakan, untuk mendapatkan izin edar, maka seluruh bahan yang digunakan dalam pembuatan vaksin telah diketahui oleh BPOM.

Dengan demikian, ketika izin edar keluar, maka jaminan mutu, keamananan, dan khasiat telah diberikan oleh BPOM.

Soal jaminan/KIPI

Ketika dilakukan proses vaksinasi, maka ada yang disebut dengan fase 4 post marketing surveillance atau disebut pula pharmacovigilance.

Pharmacovigilance ini, kata Bambang, akan memantau Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) selama program vaksinasi berlangsung.

 

Pemantauan dilakukan oleh lembaga independen, Komisi Nasional Kejadian Ikutan Paska Imunisasi.

Bambang menyebutkan, di setiap daerah juga ada Komda KIPI.

Komnas KIPI ini bertugas memantau apabila ada kejadian. Pemantauan seperti ini merupakan hal yang wajar karena sudah berlangsung lama.

Oleh karena itu, Bambang meminta agar masyarakat tak khawatir.

Klaim link FDA

Adapun terkait pesan beredar yang disebut bersumber dari laman FDA, Kompas.com telah melihat isi link laman tersebut.

Link itu sama sekali tidak membahas mengenai vaksin Sinovac. 

Kesimpulan

Dari penelusuran dan konfirmasi Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi mengenai vaksin Sinovac hanya untuk kelinci percobaan dan mengandung boraks serta formalin adalah tidak benar atau hoaks.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi