Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Foto Viral Kalender 1971 Disebut Kembar dengan 2021, Apa Penjelasannya?

Baca di App
Lihat Foto
Instagram
Tangkapan layar unggahan Instagram yang menyandingkan dua kalender Masehi tahun 1971 dan 2021.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Unggahan foto yang menampilkan adanya kesamaan hari dan tanggal antara kalender 1971 dengan 2021 baru-baru ini viral di media sosial.

Kedua kalender tersebut disandingkan dan memang terdapat kesamaan 100 persen baik dari jumlah tanggal, hari dimulainya sebuah bulan, hingga kapan bulan berakhir, semua terjadi di hari yang sama.

Misalnya 1 Januari 1971 jatuh pada hari Jumat, 1 Januari 2021 pun jatuh di hari yang sama.

Baca juga: Kasus Parodi Indonesia Raya, Mengapa Pelecehan Simbol Negara Masih Kerap Terjadi?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keduanya pun sama-sama terdiri dari 365 hari, karena bukan merupakan tahun kabisat.

Salah satu akun yang mengunggah kesamaan kalender antara 2 tahun masehi berjarak 50 tahun ini adalah akun Instagram @aqunhiburan.

"Siklus 50 tahun sekali," tulisnya.

Baca juga: Foto Viral Pak Yono, Tukang Bersih-bersih Keliling di Jawa Timur, Berikut Kisah Lengkapnya...

Selain beredar di Instagram, unggahan foto yang menyebutkan adanya kesamaan kalender 1971 dengan 2021 juga beredar di Facebook.

Salah satunya diunggah oleh @Jas Artub.

Baca juga: Viral Video Kecelakaan Tunggal di Tol Pemalang-Batang, Mobil Ditembus Besi Pembatas Jalan

Kendati demikian, ada salah satu akun yang berkomentar dan seolah menyanggah pendapat sebelumnya yang menyebutkan bahwa kalender kembar tersebut merupakan siklus 50 tahun sekali.

"Tahun 2016 juga sama kaya 2021, cek aja," tulis akun @mnurfaizal_.

Baca juga: Viral, Video Pria Diduga Mendapatkan Sikap Tidak Enak di iBox Senayan City, Ini Penjelasannya...

Penjelasan peneliti Lapan

Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Pusainsa Lapan), Emanuel Sungging Mumpuni membantah jika adanya kesamaan kalender 1971 dengan 2021 tersebut merupakan siklus yang terjadi 50 tahun sekali.

"Sebetulnya yang namanya kalender itu kan sistem waktu yang berulang, sama seperti jam. Proses pengulangannya juga tidak melulu 50 tahun lalu kok," ujarnya saat dihubungi Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Selasa (5/1/2021).

Sebagai bukti, ia mencontohkan banyaknya kalender tahun-tahun lain yang satu sama lain adalah sama persis dan tidak hanya terjadi dalam kurun waktu setengah abad sekali.

"Yakni pada 1971, 1982, 1993, 1999, 2010, itu yang masa lalu, Kemudian 2027 di masa depan itu juga akan sama," papar dia.

Baca juga: Mengapa Bandung Kerap Diterjang Banjir?

Sementara itu, jika ditilik dari sisi astronomi, imbuhnya peristiwa kalender kembar seperti ini juga disebut tidak menandakan adanya proses yang berjalan sama atau kembar di luar angkasa sana.

Meskipun kalender tahun Masehi yang kita gunakan berdasarkan pada perhitungan benda langit, yakni Matahari.

"Secara astronomi, kalender satu tahun itu biasanya dinyatakan sebagai proses ketika Bumi melakukan satu periode edar mengelilingi Matahari, tapi memang dalam proses modern ini sistem kalender lebih sebagai sistem matematika yang sudah diperhitungkan dengan cermat," katanya lagi.

Baca juga: Simak, Berikut Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama 2021

Sistem matematika

Yang ia maksud sebagai sistem matematika adalah pembulatan-pembulatan yang diterapkan secara cermat pada kalender berdasarkan proses kerja benda-benda langit, khususnya Bumi dan Matahari.

Semua ini ditujukan untuk memudahkan manusia dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.

Contoh sederhana dari pembulatan dan hitungan matematis ini bisa dilihat dari penetapan tahun kabisat dan nonkabisat.

Baca juga: Melihat Fenomena Halo Matahari di Surabaya, Apa yang Terjadi?

Tahun kabisat terjadi 4 tahun sekali dengan jumlah hari sebanyak 366, sementara tahun nonkabisat adalah 3 tahun sebelum dan sesudah tahun kabisat dengan jumlah hari yang lebih sedikit, yakni 365 hari.

"Tahun kabisat itu juga memang pembulatan matematis, karena secara matematis satu tahun itu dihitung sebesar 365,25 hari. Makanya perlu ada pembulatan di tahun kabisat," jelas Sungging.

"Kalau tidak (dibulatkan) nanti ada pemotongan hari karena hari kalender tidak sesuai lagi dengan kondisi astronomis. Misalnya awal tahun baru biasanya berdekatan dengan perihelion," pungkas dia.

Baca juga: Viral, Video Oknum Anggota Polisi di Maluku Pukul Pantat Warga yang Tak Gunakan Masker dengan Rotan

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Daftar HariLibur Nasional dan Cuti Bersama 2021

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi