Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Angka Kesembuhan, Ini Indikator Sebuah Negara Berhasil Kendalikan Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/HERU DAHNUR
Pemakaman pasien Covid-19 di TPU Bukit Lama, Pangkalpinang, Babel, Jumat (25/12/2020).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Indonesia rencananya akan memulai tahapan vaksinasi pada pertengahan bulan Januari 2021 ini. 

Vaksinasi mulai dilakukan di tahap pertama pada para tenaga kesehatan. Saat ini telah ada sebanyak 3 juta dosis vaksin Sinovac dari China. 

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan vaksinasi Covid-19 akan dilakukan pada 13 Januari 2021. Vaksinasi akan diawali oleh Presiden Jokowi dan kemudian dilanjutkan secara serentak di 34 provinsi secara bertahap.

Baca juga: Simak, Ini Fasyankes dan Syarat agar Bisa Melakukan Vaksinasi Covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 di Indonesia

Dikutip dari Worldometers, Indonesia saat ini melaporkan 779.548 kasus Covid-19 positif. 

Sebanyak 23.109 orang meninggal dunia karena virus corona dan 645.746 orang sembuh. 

Satgas Penanganan Covid-19 menggarisbawahi angka kesembuhan sebagai salah satu keberhasilan dalam pengendalian pandemi Covid-19 di Indonesia.

"Sejak awal pandemi, kasus positif terus mengalami peningkatan yang siginifikan. Kematian cenderung meningkat namun masih dapat ditekan. Kesembuhan juga terus meningkat secara signifikan," kata Wiku Adisasmito, Jubir Satgas Penanganan Covid-19, dikutip dari video di kanal YouTube BNPB Indonesia, 31 Desember 2020.

Penekanan pada tingginya angka kesembuhan di Indonesia juga dapat dilihat pada laporan Penanganan Kesehatan (3M dan 3T) yang disampaikan oleh Satgas Penanganan Covid-19, dan dapat diakses di laman covid19.go.id. 

Highlight angka kesembuhan

Satgas Penanganan Covid-19 secara khusus memberi highlight pada angka kesembuhan pasien Covid-19 yang berhasil dicapai Indonesia melalui laporan harian mereka.

Pada Jumat (1/1/2021), Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan "Hari Pertama Tahun 2021 Kesembuhan Terus Meningkat Menjadi 617.936 Orang".

Baca juga: Vaksinasi untuk 181,5 Juta Orang Akan Dilakukan dalam 15 Bulan, Bagaimana Prosesnya?

Kemudian pada Sabtu (2/1/2021), angka kesembuhan juga kembali menjadi sorotan utama, dengan laporan berjudul "7.582 Orang Sembuh, Kesembuhan Harian Capai Angka Tertinggi".

Sebelumnya, pada 31 Desember 2020, Satgas Penanganan Covid-19 merangkum data pengendalian pandemi sepanjang 2020 dengan judul "Sebanyak 611.907 Pasien Sembuh Covid-19 di Tahun 2020".

Angka kesembuhan bukan indikator keberhasilan

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, angka kesembuhan, baik itu tinggi maupun rendah, tidak bisa dijadikan patokan untuk menilai performa pengendalian pandemi Covid-19 di suatu negara atau wilayah.

Dicky mengatakan, untuk menilai keberhasilan sebuah negara atau wilayah dalam mengendalikan pandemi Covid-19, maka aspek pertama yang harus dilihat adalah testing.

"Testing itu menandakan adanya suatu pandemi, kemudian menilai performa pengendalian pandemi, dan testing itu juga yang menilai akhir dari suatu pandemi," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Minggu (3/1/2021).

Baca juga: 6 Cara Efektif Mencegah Flu di Tengah Pandemi Covid-19

Dicky mengatakan, dari aspek testing maka akan diketahui test positivity rate, yakni perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang telah dilakukan.

"Test positivity rate inilah yang memperlihatkan berhasil atau tidaknya suatu negara mengendalikan pandemi," kata Dicky.

Indikator positivity rate

Dicky mengatakan, bila suatu negara memiliki test positivity rate 5 persen ke bawah, maka negara itu berhasil mengendalikan pandeminya.

Kemudian, bila suatu negara memiliki test positivity rate 5-8 persen, maka pengendalian yang dilakukan masih bersifat moderat.

Sedangkan jika suatu negara memiliki test positivity rate 8-10 persen, maka negara itu berada dalam risiko tinggi atau situasi krisis. 

"Kalau di atas 10 persen test positivity rate-nya, artinya pandeminya tidak terkendali. Karena laju penyebaran itu (virus) tinggi, yang mengakibatkan banyaknya kasus-kasus infeksi di masyarakat, yang tidak terdeteksi dini. Akibat jumlah cakupan testing yang tidak memadai atau minim" ujar Dicky.

"Dan itu akan berkonsekuensi pada rendahnya mutu intervensi tracing, dan karantina," imbuhnya.

Baca juga: [HOAKS] Unggahan Tulisan Mantan Menkes Siti Fadilah Supari soal Pengobatan Covid-19

Positivity rate Indonesia

Mengutip Kompas.com, Minggu (3/1/2021), positivity rate Covid-19 di Indonesia mencapai 29,46 persen pada Jumat (1/1/2021). Itu berarti 1 dari 3 orang yang diperiksa terkonfirmasi positif Covid-19.

Angka positivity rate itu didapat dari jumlah penambahan kasus sebanyak 8.072 dari pemeriksaan terhadap 27.401 orang.

Adapun dalam sepekan terakhir dari rata-rata 34.164 orang yag diperiksa ditemukan 7.310 kasus positif yang menunjukkan rasio kasus positif sebesar 21,4 persen.

Indikator angka kematian

Selain dari test positivity rate, Dicky mengatakan, keberhasilan suatu negara menangani pandemi juga bisa dilihat dari angka kematian.

"Sebetulnya, walaupun satu kematian, itu sudah menunjukkan ada ketidakberhasilan kita dalam mendeteksi secara dini satu kasus infeksi. Meskipun satu kematian," kata Dicky.

"Apalagi angka kematian itu tiga digit dan terus menerus meningkat, tiap hari ada, ya itu berarti ada kesalahan strategi," imbuhnya.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, hingga Minggu (3/1/2021) jumlah korban meninggal dunia akibat penyakit ini secara kumulatif tercatat ada sebanyak 22.734 orang.

Jumlah tersebut diperoleh setelah adanya tambahan 179 korban meninggal dunia dalam kurun waktu 24 jam terakhir.

Baca juga: Update 779.548 Kasus Covid-19 di Indonesia dan Darurat Kapasitas Rumah Sakit

Highlight pada angka kesembuhan tidak tepat

Dicky mengatakan, pemberian highlight pada angka kesembuhan di atas indikator lain, merupakan hal yang tidak tepat.

Alasan pertama, menurut Dicky, angka kesembuhan tidak bisa memberikan gambaran performa pengendalian pandemi suatu negara, atau suatu wilayah.

Kemudian, angka kesembuhan tidak bisa dijadikan rujukan untuk pelonggaran atau pengetatan pembatasan sosial.

"Angka kesembuhannya rendah 'Oh kita harus lakukan pengetatan', tidak, bukan seperti itu. Tapi test positivity rate, itulah yang harus dijadikan rujukan indikator pelonggaran atau pengetatan," kata Dicky.

Istilah sembuh tidak tepat

Selain itu, Dicky juga menyebut bahwa penggunaan istilah 'sembuh' adalah hal yang tidak tepat.

Dia mengatakan, seharusnya istilah yang digunakan adalah 'pulih', karena sampai saat ini belum ada obat definitif yang menyembuhkan pasien Covid-19. 

"Berbeda antara yang 'pulih' dengan yang 'sembuh'. Kalau yang pulih ini definisinya belum bisa kita yakini betul karena belum diketahui dampak jangka panjang, dan yang saat ini diketahui yang pulih itu pun ternyata antibodi yang muncul, sebagian besar rendah," kata Dicky.

Baca juga: Epidemiolog Sarankan Jawa dan Bali Tunda Sekolah Tatap Muka

"Artinya, kasus pulih ini bisa jadi kasus infeksi lagi karena ada re-infeksi, dan oleh karena itu kasus pulih yang dibanggakan ini ya tetap akan menjadi beban. Karena mereka pun masuk dalam kategori rawan dan tetap harus mendapat vaksinasi," kata Dicky melanjutkan.

Dengan alasan-alasan yang telah ia kemukakan, Dicky mengatakan angka 'kesembuhan' tidak bisa ditempatkan sebagai capaian keberhasilan pengendalian pandemi.

"Ketika kita salah menempatkan definisi atau posisi kasus pulih ini, ini akan memberikan pesan komunikasi yang keliru, yang akhirnya akan menjauhkan dari kewaspadaan, dan menjauhkan dari prinsip bahwa sebetulnya pencegahan lebih baik daripada terinfeksi Covid-19," kata Dicky.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Ini Fasyankes dan Syarat agar Bisa Melakukan Vaksinasi Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi