KOMPAS.com - Grafik kasus virus corona secara global masih terus mengalami peningkatan. Hingga Sabtu (9/1/2021) pagi, berdasarkan data Worldometers, total kasus infeksi virus corona di seluruh dunia telah mencapai 89.253.936 kasus.
Dari jumlah itu, sebanyak 1.919.523 orang meninggal dunia, dan 63.933.171 orang dinyatakan pulih.
Amerika Serikat masih menjadi negara dengan angka kasus tertinggi sampai saat ini.
Berikut ini 10 negara dengan jumlah kasus infeksi virus corona terbanyak di dunia:
- Amerika Serikat: 22.396.011 kasus, 377.096 orang meninggal dunia, dan 13.211.824 orang pulih
- India: 10.432.525 kasus, 150.835 orang meninggal dunia, dan 10.055.922 orang pulih
- Brasil: 8.015.920 kasus, 201.542 orang meninggal dunia, dan 7.114.474 orang pulih
- Rusia: 3.355.794 kasus, 60.911 orang meninggal dunia, dan 2.731.129 orang pulih
- Inggris: 2.957.472 kasus, 79.833 orang meninggal dunia, dan 1.364.821 orang pulih
- Perancis: 2.747.135 kasus, 67.431 orang meninggal dunia, dan 201.286 orang pulih
- Turki: 2.307.581 kasus, 22.450 orang meninggal dunia, dan 2.182.145 orang pulih
- Italia: 2.237.890 kasus, 77.911 orang meninggal dunia, dan 1.589.590 orang pulih
- Spanyol: 2.050.360 kasus, dan 51.874 orang meninggal dunia
- Jerman: 1.895.081 kasus, 40.401 orang meninggal dunia, dan 1.494.100 orang pulih
Berikut ini beberapa perkembangan terkait pandemi virus corona di sejumlah negara, dilansir dari The Guardian, Jumat (8/1/2021):
WHO
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut, sebagian besar negara berpendapatan rendah dan menengah saat ini masih belum mendapatkan suplai vaksin Covid-19.
"Negara-negara kaya memiliki sebagian besar suplai yang ada," kata Tedros.
Tedros mendesak negara-negara kaya dan produsen vaksin untuk berhenti membuat kesepakatan bilateral, yang dapat merugikan kerja sama berbagi vaksin internasional, COVAX.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kebakaran Bioskop Laurier Palace di Kanada, 78 Anak Tewas
WHO mengatakan, awal pekan ini COVAX telah mengumpulkan dana sebesar 6 miliar dollar AS dari target 7 miliar dollar AS pada 2021.
Dana tersebut disiapkan untuk membantu membiayai penyediaan vaksin Covid-19 ke 92 negara berkembang dengan sarana terbatas, atau negara yang benar-benar tidak mampu membeli vaksin sendiri.
Hingga saat ini, negara-negara kaya seperti Inggris, anggota Uni Eropa, Amerika Serikat, Swiss, dan Israel berada di garis depan antrean pengiriman vaksin dari produsen, termasuk Pfizer dan mitranya BioNTech, Moderna, serta AstraZeneca.
Iran
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, Iran akan melarang vaksin Covid-19 buatan Amerika Serikat dan Inggris untuk memasuki negaranya.
"Mereka sama sekali tidak dapat dipercaya. Bukan tidak mungkin mereka ingin mencemari negara lain," kata Ali Khamenei dalam pidato langsung di televisi.
"Mengingat pengalaman kami dengan suplai darah Perancis yang tercemar HIV, vaksin Perancis juga tidak dapat dipercaya," imbuhnya, merujuk pada skandal suplai darah Perancis yang terkontaminasi pada 1980-an dan 1990-an.
Baca juga: Iran Terapkan Larangan Impor Vaksin Covid-19 Asal Amerika dan Inggris
Sebelumnya, para pejabat Iran mengatakan bahwa mengimpor vaksin Pfizer, yang harus dikirim dan disimpan pada suhu minus 70 derajat celcius, akan menimbulkan masalah distribusi.
Sebagai gantinya, negara itu telah memulai uji coba manusia terhadap kandidat vaksin Covid-19 buatan dalam negeri akhir bulan lalu.
Iran juga berencana membeli vaksin melalui kerja sama internasional untuk berbagi vaksin, COVAX.
Denmark
Denmark akan membatasi perjalanan dari semua negara mulai Sabtu (9/1/2021), dan menyarankan warganya untuk tidak pergi ke luar negeri.
Kebijakan tersebut diberlakukan untuk membatasi penyebaran Covid-19, khususnya setelah ditemukan mutasi virus corona yang lebih menular di Inggris dan Afrika Selatan.
Menteri Luar Negeri Jeppe Kofod mengatakan, pembatasan perjalanan adalah konsekuensi logis dari pengetatan di dalam negeri yang diterapkan oleh pemerintah dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga: Jerman dan Denmark Pertimbangkan Opsi Tunda Dosis Kedua Vaksin Covid-19
Amerika Serikat
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyebut, lebih dari 6,5 juta orang di negara itu telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19.
Pada Jumat (8/1/2021) berdasarkan laporan Reuters, CDC telah menyuntikkan 6.688.231 dosis pertama, dan telah mendistribusikan 22.137.350 dosis ke berbagai negara bagian.
Angka tersebut mencakup dua vaksin yang digunakan oleh AS, Moderna dan Pfizer-BioNTech.
Meksiko
Otoritas kesehatan Meksiko, Cofepris, menyetujui uji klinis tahap 3 vaksin Covid-19 buatan Jerman, Curevac.
Kabar tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, pada Jumat (8/1/2021) melalui akun Twitternya.
Dia menyebut, persetujuan tersebut merupakan kabar yang sangat bagus.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.