Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Sakit Penuh Itu Nyata, Ini Cerita Sulitnya Mencari Ruang Perawatan RS...

Baca di App
Lihat Foto
KatarzynaBialasiewicz
Ilustrasi
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Ruang perawatan di banyak rumah sakit penuh. Tak hanya pasien Covid-19, tetapi pasien non Covid-19 juga mengalami kesulitan mendapatkan ruang perawatan.

Keluhan bahwa rumah sakit penuh itu bukan mitos. Hal ini dialami Ratna Masirin (49) sekitar pekan lalu. Kakak iparnya, Ery Himawan (58), meninggal dunia karena kanker nasofaring yang dideritanya.

Kematian kakak iparnya itu menimbulkan duka mendalam bagi keluarga, serta bagi Ratna yang pada waktu itu mendampingi, dan membantu mencari ruang perawatan di rumah sakit.

Akan tetapi, pandemi Covid-19 yang telah melanda Indonesia selama berbulan-bulan ternyata membawa persoalan pelik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratna kesulitan mencari ruang perawatan di rumah sakit bagi kakaknya. Di mana-mana penuh.

Menurut Ratna, kakak iparnya yang dalam kondisi kritis, tak bisa mendapatkan perawatan di beberapa rumah sakit. Ditolak, karena ruang perawatan yang telanjur penuh.

Ratna juga membagikan apa yang dialaminya melalui media sosial Twitter.

Baca juga: Rumah Sakit Penuh, Pasien Corona di Karawang Terpaksa Pulang ke Rumah

Tak sadarkan diri

Ratna, warga Jakarta Timur, ini, mengisahkan, pada Selasa (5/1/2021), dia dihubungi oleh asisten rumah tangga (ART) kakak iparnya yang mengabarkan bahwa sang kakak sudah dalam kondisi tak sadarkan diri.

"Kakakku tinggalnya di Bekasi Barat. Hari Selasa itu memang saya lagi di Jakarta, terus saya ditelepon sama ART kakakku, 'Ini bapak udah enggak respons' katanya begitu," ujar Ratna saat dihubungi Kompas.com, Senin (11/1/2021).

Ratna mengatakan, pada saat itu, di rumah kakak iparnya hanya ada istrinya, anak laki-lakinya yang sedang sakit, dan anak perempuannya.

Setelah mendapat kabar itu, Ratna bergegas berangkat ke rumah kakak iparnya di Bekasi Barat. Dia mengatakan, pada saat itu kakak iparnya sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri.

"Tapi menurut aku refleksnya masih ada, karena kadang alisnya masih naik-turun. Akhirnya saya ajak ponakanku (perempuan) 'Ayo dek, kita cari IGD. Paling enggak kita nemuin tempat, baru kita bawa Papa'" kata Ratna.

Baca juga: Rumah Sakit Penuh, Pasien Covid-19 di Purbalingga Diisolasi di Gedung Bekas Sekolah

Rumah sakit penuh sesak

Bersama keponakannya, Ratna kemudian menuju ke rumah sakit terdekat dari kediaman kakak iparnya. Di sana, dia menceritakan kondisi kakak iparnya kepada petugas rumah sakit.

"Saya bilang, kakak saya sakitnya ini (kanker), terus dibilang 'Oh maaf ya, karena sakitnya udah ketahuan langsung ke rumah sakit tipe B'. Kebetulan yang di situ itu tipe C," kata Ratna.

Menurut petugas rumah sakit, peralatan yang ada tidak memadai sehingga meminta Ratna untuk menuju rumah sakit yang lain.

"Disebutin waktu itu, yang tipe B rumah sakitnya ini, ini, sama ini. Saya datengin itu satu-satu di seputaran Bekasi itu," kata Ratna.

"Mulai dari rumah sakit yang menerima BPJS, karena kebetulan kakakku ASN kan, jadi dia pakai BPJS. Terus saya dateng ke beberapa rumah sakit, baik yang swasta maupun yang menerima BPJS," kata dia.

Dari beberapa rumah sakit yang dia kunjungi, Ratna mengaku menyaksikan sendiri bahwa ruang IGD terisi penuh oleh pasien-pasien yang butuh pertolongan.

"Salah satu rumah sakit itu bilang ada itu space, tapi itu duduk. Jadi di kursi aja gitu dijejer. Nah, kalau kondisi seperti kakakku itu kayaknya enggak memungkinkan dibawa ke IGD yang seperti itu. Terus saya pindah lagi, ke rumah sakit lain lagi," kata Ratna.

Ratna mengatakan, kakaknya dipastikan negatif Covid-19, karena dia selalu menjalani tes swab PCR, sebelum menerima kemoterapi.

"Seminggu sebelumnya, kakakku kemoterapi kan. Selalu sebelum kemoterapi kakakku swab. Ketika ditanyain, karena masih seminggu ya masih berlaku. Negatif sih selama ini, alhamdulillah," kata Ratna.

Baca juga: Berkaca dari Italia, Apa yang Dilakukan Saat Rumah Sakit Penuh?

IGD penuh, pasien tidak bisa turun dari ambulans

Di rumah sakit berikutnya, pemandangan yang dia saksikan lebih mengejutkan lagi. Ada tiga ambulans yang stand-by di depan IGD, dan di dalamnya masih ada pasien yang belum turun.

"Penuhnya asli, dan itu bener-bener full. Saya pakai mata saya sendiri, masuk ke IGD itu, saya lihat memang crowded banget, chaos banget di situ," kata Ratna.

"Sampai akhirnya saya diskusi sama orang IGD-nya, 'Bisa enggak saya dapat layanan visit dokter? Karena ini kakak saya sudah tidak merespons apa pun. Saya hanya perlu penanganan emergency saja'" lanjut dia.

Akan tetapi, karena situasi pandemi Covid-19, maka petugas yang ada di IGD itu menjawab tidak bisa dilakukan layanan visit dokter. Akhirnya, Ratna pindah ke rumah sakit lain.

"Sekitar 4-5 rumah sakit, sampai kembali lagi ke dekat rumah. Saya lihat ada rumah sakit kecil, saya masuk lagi. Di situ ada bed tapi dia (petugas) bilang 'Kami enggak punya ventilator'" ujar Ratna.

Karena Ratna menginformasikan bahwa kakaknya sudah tak sadarkan diri, petugas rumah sakit menyebutkan butuh ventilator untuk perawatan.

"Padahal saya cuma butuh emergency tok kok, tapi memang enggak bisa," ujar dia.

Akhirnya, karena gagal mendapatkan kamar perawatan, Ratna kembali ke rumah kakak iparnya.

Di sepanjang perjalanan itu, dia juga mencoba menghubungi saudara dan temannya yang bekerja di rumah sakit, untuk menanyakan apakah dirinya bisa mendapatkan kamar perawatan untuk kakak iparnya.

"Mereka pun nyerah, 'Aduh mohon maaf banget memang keadaannya full begini', dia bilang begitu," ujar Ratna.

Akhirnya masuk IGD

Karena gagal mendapatkan rumah sakit di daerah Bekasi, akhirnya Ratna mengusulkan agar kakak iparnya dibawa ke sebuah rumah sakit di kawasan Jakarta Pusat. 

"Kebetulan kakakku dulu perawatannya di sana. Kami bawa naik mobil pribadi. Ya udah, akhirnya pasien dalam kondisi kritis seperti itu kami bawa ke mobil, dipangku," kata Ratna.

Sesampainya di rumah sakit itu, ternyata kondisi ruang IGD juga penuh. Pada pukul 19.30 WIB, Ratna akhirnya berhasil mendapatkan satu bed untuk kakak iparnya.

"Tapi baru dipasang oksigen doang. Belum ada dokter yang megang," ujar Ratna.

"Sekitar jam 22.00-an baru ada beberapa nakes yang coba pasang kateter, terus pasang oksigen. Kebetulan kakakku ada luka di leher, bekas (terapi) sinar, itu dibersihkan," kata dia.

Saat itu, Ratna masih terus berusaha menghubungi teman-temannya dengan harapan bisa membantu kakak iparnya agar bisa mendapat kamar perawatan di rumah sakit itu. Akan tetapi, hasilnya nihil.

Akhirnya, pada pukul 23.00 WIB kakak ipar Ratna masuk ke ruang resusitasi di IGD, yang dikhususkan untuk pasien dalam kondisi tidak sadar.

Di rumah sakit, kondisi kakaknya terus menurun.

Pada Rabu (6/1/2021) sekitar pukul 15.00 WIB, dokter mengatakan bahwa kakak iparnya telah meninggal dunia.

"Dokter bilang ini sudah (meninggal), terus mesin di sampingnya juga sudah garis lurus. Saya ya sudahlah, itu yang terbaik," kata Ratna.

Ratna mengatakan, dari pengalaman yang telah ia lalui, kesulitan mendapatkan kamar rumah sakit bagi pasien non Covid-19 di saat pandemi ini adalah hal yang nyata.

"Ini enggak main-main. Kalau kamu belum ngalamin, kamu masih bisa abai," ujar Ratna.

Dia mengungkapkan, kematian kakak iparnya sempat membuatnya merasa tidak berdaya, dan berharap bisa berbuat lebih untuk menyelamatkannya.

"Perasaan enggak berdaya itu enggak bisa saya lepaskan," kata Ratna.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi