Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harun Yahya, dari Kekerasan Seksual, "Kittens", hingga Kasus Penipuan

Baca di App
Lihat Foto
screenshoot
Tangkapan layar Youtube Harun Yahya English yang memperlihatnya Harun Yahya dengn para kittens
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Adnan Oktar alias Harun Yahya divonis hukuman penjara 1.075 tahun karena terbukti melakukan kekerasan seksual, pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, penipuan, serta spionase politik dan militer.

Vonis terhadap Oktar dijatuhkan oleh pengadilan di Istanbul, Turki, pada Senin (11/1/2021).

Melansir The Guardian (11/1/2021), Oktar sebelumnya ditahan oleh kepolisian Istanbul pada 2018 bersama lebih dari 200 tersangka lain di kelompoknya.

Dia disebut seorang televangelis karena kerap berdakwah di televisi bersama para perempuan berwajah mirip yang dia sebut "kittens".

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Siapa Harun Yahya, Pendakwah Asal Turki yang Divonis 1.075 Tahun Penjara?

Membangun keperyaaan sekte

Oktar secara rutin menyampaikan ceramahnya melalui siaran televisi di kanal pribadinya, A9 TV. Ia menyatakan sikap anti Yahudi dan penolakan terhadap teori Darwin mengenai evolusi.

Lebih dari 200 pengikut Oktar ditahan polisi. Mereka ditangkap karena dicurigai melakukan serangkaian tindakan kriminal, seperti pelanggaran pajak, pelecehan seksual, dan melanggar undang-undang kontraterorisme.

Keterangan dari jaksa penuntut Turki, geng yang dipimpinnya telah terlibat dalam skema rekrutmen sejak akhir 1990-an, dan melibatkan pencucian otak terhadap para perempuan muda.

Harun Yahya dan “kittens”


Rumah Oktar mewah. Ia memiliki beberapa jenis hewan langka, air mancur emas, patung marmer, furnitur mewah dan perempuan-perempuan yang ia sebut dengan “kittens”.

Semua perempuan tersebut tampak identik, mulai dari wajah, bentuk badan, sampai cara berpakaian.

Dilansir dari hurriyetdailynews.com, salah seorang korban bernama Koncagül menjelaskan bahwa setiap “kitten” menjalani operasi atas perintah Oktar.

Baca juga: Adnan Oktar alias Harun Yahya Dihukum Penjara 1.075 Tahun karena Kejahatan Seksual

Kemiripan para “kitten” mengindikasikan selera Oktar pada para perempuan itu.

Koncagül merupakan salah satu pengikut Oktar yang dibebaskan dengan syarat setelah setuju untuk bekerja sama dengan jaksa penuntut.

Koncagül sebelumnya tinggal di rumah Oktar selama 9 tahun. Dia mengaku secara rutin disiksa dan diperkosa.

“Saya mencoba melarikan diri lima kali tetapi dia memiliki 60 penjaga bersenjata, ratusan kamera. Mustahil melarikan diri,” terang Koncagül.

Para “kitten” diperintahkan untuk melayani Oktar. Banyak dari mereka yang mendapat kekerasan fisik and seksual.

“Dia memukuli kami, mengutuk kami, melecehkan kami, memaksa kami melakukan hubungan seksual. Kami terpaksa memanggilnya 'cintaku' apapun yang dia lakukan,” tambah Koncagül dilansir dari hurriyetdailynews.com.

Baca juga: Siapakah Adnan Oktar yang Terkenal dengan Nama Pena Harun Yahya?

Hal serupa juga dialami oleh Ceylan. Ia pertama kali mendengar mengenai sekte Oktar saat berusia 13 tahun. Untungnya, ia berhasil kabur dari sekte tersebut.

“Mereka melatih Anda untuk percaya pada hal-hal, seperti 'jika Anda melakukan ini, Anda sedang melayani Tuhan,” kata Ceylan dilansir dari dailysabah.com.

Dia melarikan diri dari pemujaan Adnan Oktar alias Harun Yahya itu dua tahun lalu.

Buku-buku Harun Yahya

Tak cukup dengan mengembangkan sekte lewat saluran televisinya, Oktar juga menulis banyak buku.

Dia biasa memakai nama pena Harun Yahya. Pada 1987, pria Turki ini menerbitkan buku setebal 550 halaman berjudul Judaism and Freemasonry. Buku itu sangat laris, hingga dicetak hampir 100.000 kali.

Buku Keruntuhan Teori Darwin karya Oktar yang terbit tahun 1997, sempat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dalam buku setebal 277 halaman ini, ia menentang terori evolusi.

Oktar alias Harun Yahya juga menulis buku setebal 770 halaman berjudul The Atlas of Creation.

Buku ini masih mengangkat tema penolakan terhadap teori evolusi Darwin. Ia kerap mengaitkan religiusitas untuk menentang teori-teori yang sudah berkembang.

Baca juga: Masyarakat Masih Ragu soal Vaksin Covid-19 Sinovac? Ini Kata Epidemiolog

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi