Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekam Jejak Harun Yahya, Pernah Jadi Sorotan karena Penolakannya atas Teori Evolusi Darwin

Baca di App
Lihat Foto
Facebook @www.HarunYahya.Tv
Adnan Oktar alias Harun Yahya.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Nama Adnan Oktar atau lebih dikenal dengan Harun Yahya ramai diperbincangkan warganet dalam 24 jam terakhir.

Pasalnya, televangelis berkebangsaan Turki itu dijatuhi hukuman 1.075 tahun penjara karena terbukti melakukan kejahatan seksual.

Adnan Oktar atau Harun Yahya sebelumnya ditahan oleh Kepolisian Istanbul pada 2018 bersama lebih dari 200 tersangka lain di kelompoknya.

Bantah teori evolusi Darwin

Sepanjang kariernya, Oktar tak pernah luput dari kontroversi, di antaranya, yang paling terkenal adalah penolakan atas teori evolusi Darwin.

Dengan nama pena Harun Yahya, ia menulis buku setebal 770 halaman berjudul The Atlas of Creation untuk membantah teori evolusi Darwin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengutip New York Times, 17 Juli 2007, argumen utama yang disampaikan Oktar dalam buku itu adalah makhluk hidup saat ini sama seperti makhluk hidup yang hidup di masa lalu.

Menurut Harun Yahya, evolusi tidak mungkin terjadi dan hanya sebatas ilusi, kebohongan, tipuan, dan krisis teori.

Baca juga: Harun Yahya, dari Kekerasan Seksual, Kittens, hingga Kasus Penipuan

Dalam bukunya itu, ia menampilkan foto-foto fosil tumbuhan, serangga, dan hewan untuk mendukung klaimnya.

Ia mengatakan, hampir 100 juta fosil yang telah ditemukan sejauh ini menunjukkan tak ada evolusi apa pun dan semuanya diciptakan dengan cara yang sama oleh Tuhan.

Oktar juga berusaha mengungkap hubungan antara pandangan ilmiah dan kejahatan modern, seperti fasisme, komunisme, dan terorisme.

Buku terbitan tahun 2006 tersebut sempat menimbulkan kegemparan dan ditentang oleh para ilmuwan.

Untuk mendapat perhatian global, Harun Yahya disebut mengirim salinan karyanya itu ke banyak ilmuwan dan institusi di luar negeri.

Ahli biologi evolusi dari University of California Kevin Padian mengatakan, banyak rekannya hanya tercengang dengan ukuran, nilai produksi, dan omong kosong di dalam buku itu.

"Jika dia melihat gambar kepiting fosil tua atau sesuatu, dia berkata, 'Lihat, itu terlihat seperti kepiting biasa, tidak ada evolusi'" kata Padian.

"Kepunahan sepertinya tidak mengganggunya. Dia tidak benar-benar memahami apa yang kami ketahui tentang bagaimana hal-hal berubah seiring waktu," lanjut dia.

Baca juga: Siapa Harun Yahya, Pendakwah Asal Turki yang Divonis 1.075 Tahun Penjara?

Namun, dukungan untuk Yahya banyak muncul dari kalangan Muslim seiring terbitnya The Atlas of Creation.

Seorang penulis biologi konvensional Dr Miller mengatakan, ia secara teratur menerima pesan email dari orang-orang yang mempertanyakan evolusi, dengan jumlah yang meningkat datang dari Turki, Lebanon, dan negara Timur Tengah.

Kebanyakan mereka mengutip karya Harun Yahya.

"Itu meresahkan, karena ide-ide Yahya melemparkan evolusi sebagai bagian dari pengaruh Barat yang merusak budaya Islam. Itu juga bisa mendorong sikap anti-sains yang mendalam," kata dia.

Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian pada 22 Desember 2008, Oktar mengaku tak memiliki pengalaman atau latar belakang akademik.

Ia juga bukan seorang akademisi, tetapi pernah belajar mengenai desain interior.

Wartawan The Guardian pun dibuat bingung ketika ia tak mendapati satu pun laboratorium penelitian yang dapat digunakannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi