KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 buatan China Sinovac, Senin (11/1/2021).
Pemberian izin ini dilakukan dua hari sebelum dimulainya program vaksinasi yang dijadwalkan pada Rabu (13/1/2021) besok.
Menurut BPOM, vaksin Covid-19 Sinovac yang diuji coba di Bandung memiliki tingkat efikasi sebesar 65,3 persen. Angka itu melebihi target minimal yang ditentukan WHO, yaitu 50 persen.
Dengan angka efikasi di kisaran 65 persen, seberapa besar peluang terciptanya herd immunity atau kekebalan komunitas?
Ahli epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengatakan, dibutuhkan 80 persen untuk mencapai herd immunity dengan angka efikasi tersebut.
Dengan catatan, 80 persen herd immunity itu bisa didapatkan jika angka reproduksinya 2 persen.
"Artinya situasi pandeminya tidak terlalu buruk. Semakin tinggi angka reproduksi ya semakin tinggi cakupannya," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/1/2021).
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Dimulai Besok, Perhatikan Ini dalam Pelaksanaannya
Akan tetapi, ada satu hal penting untuk bisa menentukan herd immunity itu bisa dicapai, yaitu tingkat efikasi vaksin dalam mencegah transmisi.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada satu pun vaksin Covid-19 yang memiliki data mengenai hal itu.
Tingkat proteksi memadai
Kendati demikian, Dicky menegaskan, tingkat efikasi 65,3 peresn itu sudah menjadi dasar yang kuat bahwa Sinovac aman dan memiliki tingkat proteksi yang memadai.
Ada beberapa catatan yang diberikan Dicky terkait pemberian izin darurat vaksin Sinovac.
Pertama, izin darurat tersebut bersifat temporary atau sementara, sehingga pemerintah harus memonitor ketat pelaksanaan vaksinasi di lapangan.
"Bahwa fase sebelumnya tidak terjadi hal-hal yang mengkhawatirkan ya kita syukuri. Tapi sistem pengawasan harus siap mengantisipasi segala hal yang terjadi," jelas dia.
Kedua, Sinovac memiliki PR besar untuk menjelaskan perbedaan angka efikasi yang muncul di Indonesia, Brazil, dan Turki dalam laporan akhir nanti.
Seperti diketahui, tingkat efikasi vaksin Sinovac di Turki mencapai 91,25 persen dan 78 persen di Brazil.
Ketiga, vaksin Covid-19 butuh waktu untuk menciptakan respons kekebalan tubuh, yaitu setidaknya dua minggu setelah penyuntikan kedua.
Baca juga: Peluang Keberhasilan Program Vaksinasi Covid-19
Tetap terapkan protokol kesehatan
Oleh karena itu, ia berharap kepada masayarakat yang telah menerima suntikan vaksin untuk tetap menerapkan protokol kesehatan 5M.
"Selain memerlukan waktu untuk membentuk kekebalan, ya upaya 5M itu tidak bisa ditinggalkan. Akan bahaya sekali kalau masyarakat yang sudah menerima vaksin ini merasa aman," ujar Dicky.
Selain itu, pemerintah juga harus terus memaksimalkan upaya 3T yaitu testing, tracing, dan treatment.
Dicky kembali mengingatkan bahwa penyampaian hasil izin darurat vaksin Sinovac ini bukanlah satu hal yang dapat mengakhiri pandemi.
"Perjalanannya masih panjang, baik riset vaksinnya, efektivitas vaksinnya, terutama dalam mencegah transmisi, maupun masih jauh dalam mencapai herd immunity yang diharapkan dan dijadikan tujuan," kata Dicky.
"Ini adalah awal yang baik dalam melakukan program vaksinasi, tapi jangan dilupakan bahwa PR masih banyak, dari intervensi maupun meyakinkan penerima vaksin ini, bahwa ada manfaat yang bisa diterima, termasuk counter isu-isu terkait vaksinasi," ujar dia.
Baca juga: Alur 4 Meja Saat Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19, seperti Apa Tahapannya?