Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Peristiwa Malari 1974 yang Menewaskan 11 Orang...

Baca di App
Lihat Foto
Kompas
AKSI MALARI (Limabelas Januari) 1974 di sepanjang Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini 47 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 15 Januari 1974 terjadi peristiwa Malari atau Malapetaka 15 Januari.

Melansir Kompas.com, 15 Januari 2019, saat itu ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta turun ke jalan untuk mengkritik kebijakan ekonomi Pemerintahan Soeharto yang dianggap terlalu berpihak pada investasi asing.

Kejadian itu bertepatan dengan kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka yang menemui Presiden Soeharto.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: John Lennon Tewas di Tangan Penggemarnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi yang awalnya damai, berujung rusuh.

Sejumlah gedung dan kendaraan yang "berbau" Jepang menjadi sasaran amukan massa. Ada yang dirusak, digulingkan, hingga dibakar.

Meski begitu mahasiswa yang melakukan demonstrasi membantah telah melakukan kerusuhan dan mengatakan mereka ditunggangi.

Kerusuhan ini menjadi alasan bagi rezim Orde Baru untuk membungkam gerakan mahasiswa yang dianggap menjadi penggerak Peristiwa Malari 1974.

Baca juga: Sejarah Imlek di Indonesia, dari Zaman Jepang, Orde Baru sampai Gus Dur

Apel Tritura

Demonstrasi berawal dari apel ribuan mahasiswa dan pelajar yang berlangsung dari kampus Universitas Indonesia (UI) di Jalan Salemba menuju kampus Universitas Trisakti di bilangan Grogol pada tengah hari, 15 Januari 1974.

Mahasiswa dan pelajar memaklumatkan Apel Tritura 1974.

Dalam maklumat itu para mahasiswa menuntut pemerintah menurunkan harga, membubarkan asisten presiden, dan menggantung para koruptor.

Baca juga: Pengaktifan Tim Pemburu Koruptor, Urgensi Reformasi Kepolisian, dan Kaburnya Djoko Tjandra...

Setelah apel bubar, mereka membakar patung Perdana Menteri (PM) Jepang Kakuei Tanaka, lalu menuju Istana Kepresidenan tempat Presiden Soeharto bertemu PM Kakuei Tanaka.

Para demonstran ditembaki dengan peluru. Namun mahasiswa membantah telah melakukan kekerasan, karena saat itu mereka melakukan demo di sekitar Jalan MH Thamrin. Sedangkan kerusuhan terjadi di sekitar Pasar Senen.

Kerusuhan Malari 1974 menyebabkan korban tewas sebanyak 11 orang, 685 mobil hangus, 120 toko hancur dan rusak, serta 128 korban mengalami luka berat dan ringan.

Baca juga: Seni Perlawanan Anak Muda di Balik Poster Lucu Pendemo

Persidangan Hariman Siregar

Selain itu proyek Pasar Senen yang ketika itu diperkirakan bernilai sekitar Rp 2,6 miliar terbakar habis.

Dikutip Harian Kompas, 23 Desember 2019, salah satu orang yang harus membayar amat mahal peristiwa itu adalah Hariman Siregar.

Setelah menjalani persidangan selama sekitar empat bulan, mantan Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) itu divonis enam tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Baca juga: Mengingat Kerusuhan Mei 1998, Bagaimana Kronologinya?

Harian Kompas edisi 23 Desember 1974 menulis, Hariman dinyatakan melakukan tindak pidana subversi.

Hariman akhirnya hanya menjalani penjara sekitar dua tahun enam bulan.

Namun, dalam proses itu, ayah dan anak kembarnya meninggal, sedangkan istrinya menderita sakit.

Setelah Peristiwa Malari, sejumlah langkah diambil Soeharto.

Baca juga: Mengapa Indonesia Tak Memiliki Partai Buruh?

Sumitro dicopot dari posisinya sebagai Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban.

Selain itu lembaga asisten pribadi presiden (aspri) dibubarkan dan Ali Moertopo yang ada di dalamnya dipindahkan ke Bakin.

Namun, sampai saat ini masih banyak hal yang belum jelas terkait Peristiwa Malari, misalnya terkait penggerak kerusuhan dan kaitannya dengan konflik elite saat itu.

Ini membuat Peristiwa Malari sampai saat ini tetap menjadi lembaran hitam.

Baca juga: Mengenang Soe Hok Gie, Aktivis yang Meninggal di Puncak Semeru karena Keracunan Gas

(Sumber: Kompas.com/Aswab Nanda Pratama | Editor: Bayu Galih)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi