Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi di Wuhan Temukan Gejala Covid-19 Dapat Bertahan hingga 6 Bulan

Baca di App
Lihat Foto
AFP PHOTO/JOHANNES EISELE
Foto yang dirilis pada 23 Februari 2017 menunjukkan staf bekerja di kandang tikus (kanan) di dalam laboratorium P4 di Wuhan, China. Media China menawarkan tayangan sekilas mengenai laboratorium yang dituding sebagai pusat menyebarnya Covid-19.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sebuah penelitian yang ditebritkan dalam jurnal The Lancet menemukan bahwa gejala Covid-19 dapat bertahan hingga enam bulan.

Penelitian dilakukan dengan mengamati beberapa orang, yang termasuk kelompok awal terinfeksi virus corona di rumah sakit di Wuhan, China.

Studi berfokus pada 1.733 orang positif Covid-19 yang mendapatkan perawatan di rumah sakit di Wuhan dari Januari hingga Mei.

Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekitar tiga perempat pasien melaporkan gejala yang menetap selama enam bulan setelah diagnosis awal.

Sementara itu, sebanyak 63 persen dari sampel mengungkapkan masih mengalami kelelahan atau kelemahan otot, sebanyak 23 persen masih merasakan kecemasan atau depresi, dan 26 persen kesulitan tidur.

"Analisis kami menunjukkan sebagian besar pasien terus hidup dengan setidaknya beberapa efek virus, setelah meninggalkan rumah sakit," kata seorang penulis studi dan wakil direktur dari Pusat Penyakit Pernapasan di Rumah Sakit Persahabatan China-Jepang di Beijing, Dr Bin Cao seperti dikutip dari NBC News, 9 Januari 2021.

Baca juga: Berikut Kelompok yang Tidak Boleh Disuntik Vaksin Covid-19

Kesulitan bernapas

Kendati begitu, penelitian ini merupakan studi observasi, yang berarti tidak mungin untuk menghubungkan gejala-gejala tersebut secara langsung dengan virus corona.

Lebih lanjut, untuk menunjukkan hubungan sebenarnya, diperlukan penelitian yang membandingkan hasil Covid-19 terhadap orang yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi serupa yang juga dapat menyebabkan pneumonia.

"Saya ingin melihat data pasien yang dirawat dengan penyakit selain Covid-19 selama periode itu," ujar Dr Hana El Sahly, seorang profesor virologi molekuler dan mikrobiologi dan kedokteran di Baylor College of Medicine di Houston, yang tidak terlibat dalam penelitian.

Baca juga: Studi Temukan Bukti Baru, Covid-19 Dapat Merusak Pembuluh Darah Otak

Selain itu, studi juga menunjukkan orang dengan kasus paling parah masih mengalami kesulitas bernapas dalam waktu enam bulan setelah terinfeksi.

Lebih dari separuh orang yang membutuhkan ventilator, selanjutnya mengalami kondisi yang mengurangi aliran oksigen dari paru-paru ke darah.

Tapi, belum diketahui secara pasti terganggunya fungsi paru-paru disebabkan oleh virus atau terkait dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Efek jangka panjang

Seluruh pasien dalam penelitian yang dirawat di rumah sakit, beberapa di antaranya dirawat di unit perawatan intensif, mengartikan temuan ini kemungkinan tidak berlaku untuk pasien dalam kondisi parah.

"Karena Covid-19 adalah penyakit baru, kami baru mulai memahami beberapa efek jangka panjangnya pada kesehatan pasien," ujar Cao.

Cao menambahkan, penelitian ini dapat digunakan untuk menyoroti peningkatan kebutuhan perawatan untuk pasien Covid-19, bahkan setelah keluar dari rumah sakit.

Baca juga: Alur 4 Meja Saat Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19, seperti Apa Tahapannya?

Sementara itu, melansir Worldometers, penyebaran kasus Covid-19 di seluruh dunia telah mencapai 91,9 juta kasus hingga Rabu (13/1/2021) pagi.

Kematian akibat virus SARS-CoV-2 tersebut disebutkan sebanyak 1,9 juta, dan pasien yang dikabarkan sembuh berjumlah 65,7 juta orang.

Sejauh ini, proses vaksinasi telah dilakukan di sejumlah negara.

Indonesia direncanakan akan memulai vaksin pada Rabu, 13 Januari 2021.

Baca juga: Melihat Efektivitas Vaksin Covid-19 yang Telah Diumumkan, dari Pfizer-BioNTech hingga Sinovac

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Kriteria Vaksin Covid-19 Sinovac Bisa Mendapat Izin Darurat

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi