Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Foto Awan Mirip Ombak di Langit Yogyakarta, Ini Penjelasan BMKG

Baca di App
Lihat Foto
FACEBOOK/JAMUS KALIMASADA
Tangkapan layar video yang menampilkan fenomena awan Arcus tampak di langit Bandar Udara Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sejumlah unggahan yang membagikan foto awan berbentuk mirip ombak di langit Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), Kulon Progo, viral di media sosial.

Salah satu pengguna media sosial yang mengunggah fenomena tersebut adalah akun Facebook Wawan di grup Facebook Warga Sleman Sembada, Jumat (15/1/2021).

"Awan pagi tadi saat mendung gelap di atas Bandara NYIA Kulonprogo...semoga bukan tanda" yang tidak mengenakan, semoga ini hanya fenomena Alam biasa," tulis Wawan.

Hingga Sabtu (16/1/2021) siang, unggahan itu telah disukai lebih dar 280 kali dan mendapat komentar puluhan kali dari sesama warganet.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena itu juga diabadikan oleh akun Facebook Jamus Kalimasada.

"Fenomena Awan Memanjang Seperti Ular Di Bandara NYIA Kulonprogo Yogyakarta...
Semoga Tidak Terjadi Apa-apa, Tetap Aman Terkendali," tulis Jamus.

Baca juga: Foto Viral Awan Melingkar Mirip Cincin di Kediri, Awan Apa Itu?

Baca juga: Video Viral Awan Mirip Ombak Tsunami di Makassar, Ini Penjelasannya

Awan apa seperti yang terlihat pada sejumlah foto viral itu?

Awan Arcus

Pihak otoritas Bandara YIA membenarkan video viral yang merekam awan gelap di atas langit bandara baru yang berada di pesisir pantai selatan itu.

Kepala Seksi Meteorologi Bandara YIA, Warjono mengatakan, awan menyerupai ombak itu disebut sebagai awan Arcus atau roll cloud.

"Fenomena awan Arcus terjadi kemarin (Jumat, 15 Januari 2021) jam 07.00 sampai jam 08.00 WIB. Hari ini juga terjadi lagi sekitar jam 06.00 WIB," kata Warjono saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (16/1/2021).

Menurut dia, awan Arcus juga terlihat memanjang dari perbatasan Purworejo, Jawa Tengah, hingga Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Warjono menjelaskan, fenomena awan Arcus ini terjadi karena adanya pertemuan massa udara.

"Massa udara hangat dari laut dan massa udara dingin dari darat, yang menyebabkan awan menggulung atau seperti ombak awan jenis ini biasanya diikuti hujan dan turbulensi," papar Warjono.

Baca juga: Viral Foto Awan di Merapi, BMKG Sebut Awan Stratiform

Proses terbentuknya awan Arcus

Sementara itu, Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hary T. Djatmiko menjelaskan, awan Arcus terkadang terlihat di bawah awan Cumulonimbus.

Awan itu berbentuk kolom horizontal yang dapat menggelinding atau bergulung panjang apabila dalam awan mengalami perbedaan arah angin di lapisan bagian atas dan bawah.

Awan ini terjadi ketika aliran udara dingin yang turun dari awan cumulonimbus hingga mencapai tanah.

Udara dingin itu diindikasikan menyebar dengan cepat di sepanjang tanah, kemudian mendorong udara lembab dan hangat yang ada di sekitarnya ke atas.

"Saat udara ini naik, uap air mengembun membentuk pola awan Arcus," ujar Hary saat dihubungi terpisah oleh Kompas.com, Sabtu (16/1/2021).

Saat awan Arcus terbentuk dengan awan Cumulonimbus dan downdraft, hal itu biasanya dikaitkan dengan hujan lebat atau hujan es, kilat atau petir, dan angin kencang.

Selain itu, awan Arcus juga mempunyai ketinggian hingga sekitar 6.500 kaki atau sekitar 2.000 meter atau 2 kilometer.

Baca juga: Viral Foto Awan di Merapi, BMKG Sebut Awan Stratiform

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi