Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA Sebut 2020 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah, Ini Sebabnya...

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Ilustrasi cuaca panas
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - National Aeronautics and Space Administration (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat mencatat bahwa tahun 2020 menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah. 

Disebutkan, suhu permukaan rata-rata global bumi pada tahun 2020 setara dengan 2016 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat, menurut analisis NASA dalam laman resminya.

Para ilmuwan NASA di Goddard Institute for Space Studies (GISS) New York, mencatat suhu rata-rata global bertambah 1,02 derajat celcius, dari rata-rata suhu yang terjadi pada 1951-1980.

Baca juga: 2020 jadi Tahun Terpanas dalam Catatan Sejarah Iklim Bumi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan iklim

Penambahan suhu rata-rata ini membuat kondisi permukaan bumi menjadi lebih panas. Tujuh tahun terakhir telah menjadi tujuh tahun terpanas dalam catatan.

“Tahun ini telah menjadi contoh yang sangat mencolok tentang bagaimana rasanya hidup di bawah beberapa efek perubahan iklim yang paling parah yang telah kami prediksi,” kata Lesley Ott, ahli meteorologi NASA, dilansir dari The Guardian, pada Kamis (14/1/2021).

Karena metode yang digunakan sedikit berbeda, Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (Noaa) menilai tahun 2020 sedikit lebih dingin dari tahun 2016.

Sementara Kantor Meteorologi Inggris juga menempatkan 2020 di posisi kedua. Program pengamatan iklim Uni Eropa menempatkan dua tahun dalam panas yang mematikan.

Baca juga: Indonesia Disebut Alami Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG

Penyebab bumi semakin panas

Peristiwa dan faktor yang menyebabkan peningkatan suhu secara global berbeda-beda setiap tahunnya.

Pada 2020, terbatasnya aktivitas global akibat pandemi Covid-19 mengurangi polusi udara di sejumlah wilayah.

Namun sinar matahari yang mencapai permukaan bumi, menghasilkan efek pemanasan yang kecil tetapi berpotensi signifikan.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Penyebab Cuaca Panas Akhir-akhir Ini

Meski jumlah emisi karbon dioksida (CO2) berkurang, tetapi konsentrasi CO2 secara keseluruhan terus meningkat.

NASA juga menyebutkan mengenai kebakaran hutan di Australia, yang melahap 46 juta hektar lahan. Asap dan partikel lain dari peristiwa ini mencapai ketinggi lebih dari 18 mil di atmosfer.

Sementara itu, peristiwa lain yang menyebabkan peningkatan suhu ialah iklim periodik La Nina dan El Nino.

La Nina adalah siklus turunnya suhu permukaan laut di wilayah Samudera Pasifik bagian tengah. Peristiwa ini menyebabkan meningkatnya curah hujan di wilayah Pasifik Ekuatorial Barat, termasuk Indonesia.

Sedangkan El Nino adalah siklus pertukaran panas yang terjadi secara alami antara laut dan atmosfer. Peristiwa ini menyebabkan meningkatnya siklus pertukaran panas yang terjadi secara alami antara laut dan atmosfer.

NASA memperkirakan peristiwa La Nina akan mempengaruhi suhu pada 2021 melebih yang terjadi pada 2020.

Baca juga: Gempa Majene, BMKG Ingatkan Potensi Gempa Susulan hingga Tsunami

Dampaknya

Peningkatan suhu ini dapat membawa dampak jangka panjang perubahan iklim pada kehidupan manusia dan semua mahluk hidup di bumi.

Peningkatan suhu global membuat lapisan es di kutub mencair, permukaan laut menjadi naik, muncul gelombang panas yang lebih intens, dan mengganggu habitat tumbuhan dan hewan.

Krisis iklim dapat mengancam keselamatan dan kualitas hidup manusia. NASA menyarankan agar setiap manusia turut berperan dalam menjaga lingkungan.

Dapat dilakukan dengan cara penanaman heterogen, mengelola sumber daya air dengan bijak, dan selalu waspada menghadapi cuaca ekstrim.

Baca juga: Perbandingan Telegram dan Signal, dari Keamanan hingga Fitur yang Ditawarkan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi