KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum juga bisa dikendalikan.
Angka kasus baru yang berhasil teridentifikasi melalui upaya testing terus mengalami peningkatan dari hari ke hari. Peningkaan ini setidaknya telah terlihat dalam 6 hari terakhir sejak 11-16 Januari 2021.
Dalam grafik penambahan kasus baru harian secara nasional yang ditampilkan di laman covid19.go.id, adanya peningkatan kasus baru tersebut dapat dilihat dengan jelas.
Baca juga: Cara Registrasi Vaksinasi Covid-19 bagi Tenaga Kesehatan via WhatsApp
Pada Senin, 11 Januari 2021, kasus baru ada di angka 8.692 kasus, jumlah ini memang terbilang menurun dari hari sebelumnya, 10 Januari 2021 yang mencapai 9.640 kasus.
Akan tetapi, sejak saat itu hingga hari ini, Sabtu (16/1/2021) angka kasus baru bukannya berlanjut turun tapi justru terus meningkat.
Tercatat pada Selasa, 12 Januari 2021, kasus baru sudah ada di angka 10.047 kasus, sehari setelahnya, 13 Januari 2021 kasus meningkat ke angka 11.278 kasus.
Baca juga: Pemerintah Tetapkan 7 Jenis Vaksin Covid-19 untuk Vaksinasi, Bolehkah Masyarakat Memilih?
Kemudian pada Kamis (14/1/2021) bertepatan dengan dimulainya program vaksinasi nasional, kasus baru harian kembali melambung ke 11.557 kasus.
Pada Jumat (15/1/2021), kasus baru harian lagi-lagi juga terpantau meningkat ke angka 12.818 kasus.
Kasusnya pun terus bertambah. Pada Sabtu (16/1/2021), berdasarkan data terbaru dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19, jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia dalam 24 jam terakhir bahkan sudah mencapai 14.224 kasus.
Baca juga: 5 Artis dan Influencer yang Sudah Divaksin Covid-19
Menjadi perhatian bersama
Meski kenaikan yang terjadi tidak memiliki pola yang tetap, namun semua ini tentu perlu menjadi perhatian bersama.
Terlebih beberapa waktu yang lalu masyarakat Indonesia memang memiliki libur panjang ketika Natal dan Tahun Baru.
Pada saat libur panjang seperti itu, mobilitas masyarakat cenderung meningkat.
Baca juga: 3 Hari Tembus 11.000 Kasus Covid-19, Apakah Libur Nataru Penyebabnya?
Libur Natal dan Tahun Baru 2021 memang belum dipastikan menjadi faktor utama di balik lonjakan kasus yang terjadi akhir-akhir ini.
Hanya saja, Indonesia sudah memiliki sejumlah riwayat lonjakan kasus Covid-19 pasca-liburan panjang yang pernah ada.
Berikut ini adalah data terkait peningkatan kasus infeksi usai libur panjang berdasarkan paparan Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B. Harmadi, dikutip dari Kompas.com (29/12/2020):
- Libur Idul Fitri 22-25 Mei 2020: Peningkatan kasus 69-93 persen di 6-28 Juni 2020
- Libur HUT RI 15-17 Agustus 2020: Peningkatan kasus 58-188 persen di 1-3 September 2020
- Libur Akhir Oktober: Peningkatan kasus 17-22 persen di 8-22 November 2020
Baca juga: Studi di Wuhan Temukan Gejala Covid-19 Dapat Bertahan hingga 6 Bulan
Lantas apa yang menjadi penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia?
Epidemiolog dari Unair Windhu Purnomo menjelaskan, penyebab tingginya kasus Covid-19 yang dilaporkan saat ini dipengaruhi dari peristiwa yang terjadi seminggu sampai dua minggu sebelumnya.
"Tinggal kita telusuri ke belakang 7-14 hari yang lalu ada peristiwa apa, ya itulah yang kemungkinan besar sebagai kausa atau faktor pemicu. Sedang kepastian penyebabnya harus melalui hasil tracing," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (15/1/2021).
Saat disinggung terkait libur Nataru, menurutnya bisa jadi menjadi salah satu penyebab lonjakan.
Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia
Yang menjadi persoalan, yakni tracing kasus di Indonesia masih sedikit, sehingga penyebab pastinya juga tidak dapat diketahui.
Sementara itu, epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia tersebut bukan hanya karena libur Nataru, melainan akumulasi dari peristiwa-peristiwa besar seperti Pilkada 2019, cuti bersama, dan hari libur lainnya.
Oleh karena itu, ia mengingatan akan adanya vaksin Covid-19 saat ini bukan berarti masyarakat sudah bisa leluasa untuk kembali beraktivitas seperti biasa.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Pandemic Fatigue, Alasan Masyarakat Abaikan Protokol Kesehatan
Menurutnya, saat ini vaksin masih ada di taraf perlindungan pribadi, bukan komunitas. Untuk itu, protokol kesehatan penting selalu diterapkan.
Selain protokol kesehatan, Dicky juga menekankan Pemerintah wajib untuk terus meningkatkan 3T (testing, tracing, dan treatment), agar kasus-kasus yang ada di masyarakat segera ditemukan dan tidak menyebar semakin luas.
"Perlu diingat bahwa program vaksinasi hanya salah satu bagian dari ikhtiar untuk menyelesaikan pandemi, dengan belum ada kepastian berapa persen kemampuan vaksin, tentu kita harus terus melakukan strategi yang sangat vital, penting, fundamental, yaitu 3T dan 5M," kata Dicky belum lama ini.
Baca juga: 7 Pemimpin Negara yang Sudah Divaksin Covid-19, Termasuk Joko Widodo