Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Analisis Lapan soal Penyebab Banjir Besar di Kalimantan Selatan

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S
Warga melintasi banjir yang menggenangi kawasan padat penduduk di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Jumat (15/1/2021).. Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor menyatakan peningkatan status siaga darurat menjadi tanggap darurat, keputusan itu diambil mengingat musibah banjir yang terjadi semakin meluas di beberapa daerah di Provinsi Kalimantan Selatan. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/foc.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) telah melakukan analisis mengenai penyebab banjir yang terjadi sejak 12-13 Januari 2021 di Kalimantan Selatan.

Akibat banjir itu, ribuan rumah warga terendam banjir, dan tidak kurang dari 20.000 warga harus mengungsi.

Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lapan M. Rokhis Khomarudin mengatakan, pengamatan curah hujan dengan data satelit Himawari-8, menunjukkan bahwa liputan awan penghasil hujan terjadi sejak 12 Januari hingga 13 Januari, dan masih berlangsung hingga 15 Januari 2021.

"Curah hujan ini menjadikan banjir melanda provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 13 Januari 2021," kata Rokhis dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (17/1/2021).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 5 Daerah yang Dilanda Banjir pada Awal 2021, Mana Saja?

Selain melakukan analisis terhadap curah hujan, Rokhis mengatakan, Lapan juga menganalisis perubahan penutup lahan di daerah aliran sungai (DAS) Barito.

Sebagai catatan, seluruh hasil pengolahan data ini sepenuhnya masih menggunakan data satelit penginderaan jauh resolusi menengah.

"Hasil masih bersifat estimasi dan belum dilakukan verifikasi serta validasi untuk mengetahui tingkat akurasinya," kata Rokhis.

Baca juga: Ramai soal Unggahan Gambar Penyusutan Hutan Kalimantan, Benarkah Separah Itu?

Penurunan luas hutan

Rokhis mengatakan, analisis terhadap perubahan penutup lahan di DAS Barito dilakukan menggunakan data mosaik Landsat, untuk mendeteksi penutup lahan antara tahun 2010 dan 2020.

Pengolahan data dilakukan secara digital menggunakan metode random forest sehingga mampu lebih cepat dalam menganalisis perubahan penutup lahan yang terjadi.

"Hasil yang didapatkan dalam kurun waktu 10 tahun tersebut, menunjukkan adanya penurunan luas hutan primer, hutan sekunder, sawah dan semak belukar," kata Rokhis.

Baca juga: Banjir Kalsel, Meluasnya Lahan Sawit, dan Masifnya Pertambangan...

Berikut rincian penurunan luas masing-masing area:

  • Hutan primer: turun 13.000 hektar
  • Hutan sekunder: turun 116.000 hektar
  • Sawah: turun 146.000 hektar
  • Semak belukar: turun 47.000 hektar

Untuk diketahui, menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hutan primer didefinisikan sebagai seluruh kenampakan hutan yang belum menampakkan bekas tebangan/gangguan.

Sedangkan seluruh kenampakan hutan yang telah menampakkan bekas tebangan/gangguan disebut hutan sekunder.

Baca juga: UPDATE Banjir Kalsel: Kebutuhan Mendesak Logistik dan 3.571 Rumah Masih Terendam

Peningkatan luas perkebunan

Berbanding terbalik dengan adanya penurunan luas hutan di DAS Barito, Rokhis menyebut, terjadi peningkatan siginfikan pada luas area perkebunan.

Dalam kurun waktu 10 tahun, tercatat ada perluasan area perkebunan yang cukup signifikan, yakni sebesar 219.000 hektar.

Kendati demikian, Rokhis menyebut bahwa belum bisa dipastikan apakah perluasan area perkebunan yang signifikan itu terjadi karena perkebunan kelapa sawit.

"Karena datanya dari data satelit resolusi menengah, belum dapat ditentukan sawit atau perkebunan lainnya," katanya lagi.

Dia menyebut, perubahan penutup lahan dalam 10 tahun ini dapat memberikan gambaran kemungkinan terjadinya banjir di DAS Barito, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu masukan untuk mendukung upaya mitigasi bencana banjir di kemudian hari.

Baca juga: Mengenal B20, Produk Kelapa Sawit untuk Campuran Biodiesel

Luas genangan banjir Kalimantan Selatan

Selain curah hujan dan analisis perubahan penutup lahan, Lapan juga menganalisis luas genangan banjir yang terjadi dengan menggunakan data satelit Sentinel 1A.

Data yang digunakan adalah data pada 12 Juli 2020 (sebelum banjir) dan 13 Januari 2021 (saat/setelah banjir).

"Hasil perhitungan luas genangan tertinggi terdapat di Kabupaten Barito Kuala dengan luas sekitar 60 ribu hektar," kata Rokhis.

Baca juga: Pengungsi Banjir di Martapura, Kalsel: Kami Butuh Pakaian dan Obat-Obatan

Berikut rincian luas genangan banjir di Kalsel:

  • Kabupaten Barito Kuala dengan luas sekitar 60.000 hektar
  • Kabupaten Banjar sekitar 40.000 hektar
  • Kabupaten Tanah Laut sekitar 29.000 hektar
  • Kabupaten Hulu Sungai Tengah sekitar 12.000 hektar
  • Kabupaten Hulu Sungai Selatan sekitar 11.000 hektar
  • Kabupaten Tapin sekitar 11.000 hektar
  • Kabupaten Tabalong sekitar 10.000 hektar

Kemudian untuk wilayah Kabupaten Balangan, Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Hulu Sungai Utara, Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Murung Raya, diketahui luas genangan banjir antara 8.000–10.000 hektar.

Baca juga: Mengapa Bandung Kerap Diterjang Banjir?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara membersihkan rumah setelah banjir

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi