Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER TREN] Vaksin Sinovac Tak Mungkin Sebabkan Infeksi Covid-19 | 10 Negara dengan Militer Terkuat di Dunia

Baca di App
Lihat Foto
screenshoot
Populer Tren 23 Januari 2021

KOMPAS.com - Kasus Bupati Sleman Sri Purnomo yang dinyatakan positif Covid-19 seminggu setelah divaksin sempat ramai dibicarakan.

Kementerian Kesehatan RI menjelaskan bahwa, penyebab Sri Purnomo terinfeksi Covid-19 bukan karena vaksin Sinovac.

Sebab hampir tak mungkin seseorang terinfeksi virus corona karena vaksin. Sebab, vaksin tersebut berisi virus mati.

Selain penjelasan Kemenkes soal vaksin Sinovac, berikut ini sejumlah berita Populer Tren sepanjang Jumat (22/1/2021) hingga Sabtu (23/1/2021):

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1. Vaksin Sinovac tak mungkin sebabkan infeksi Covid-19

Juru Bicara Vaksinasi dr Siti Nadia Tarmizi menegaskan, hampir tak mungkin seseorang yang divaksin Sinovac terinfeksi virus corona karena vaksin.

Sebab, vaksin tersebut berisi virus mati.

"Vaksin Sinovac adalah vaksin berisi virus mati (inactivivated), jadi hampir tidak mungkin menyebabkan seseorang terinfeksi," kata Nadia dalam sebuah pernyataan yang diterima Kompas.com, Jumat (22/1/2021).

Ia menjelaskan, waktu antara paparan dan munculnya gejala virus sedang dan tinggi secara alamiah adalah sekitar 5-6 hari.

Selengkapnya dapat dibaca di sini:

Kemenkes: Vaksin Sinovac Berisi Virus Mati, Hampir Tak Mungkin Sebabkan Orang Terinfeksi

2. Indonesia peringkat 16 militer terkuat di dunia

Global Fire Power (GFP) merilis daftar militer terkuat dunia untuk 138 negara pada 2021.

Indonesia menduduki posisi ke-16 sebagai negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia.

Kendati demikian, Indonesia berhasil menjadi yang pertama di Asia Tenggara sebagai negara dengan militer terkuat.

Di Asia, Indonesia menempati posisi ke-9 di bawah Iran dan di atas Arab Saudi.

Penjelasan selengkapnya dapat dibaca di sini:

Daftar Negara dengan Militer Terkuat di Dunia 2021, Indonesia Juara 1 di ASEAN, 20 Besar di Dunia

3. Wacana polantas tak lagi menilang

Calon Kepala Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo mengatakan, ia akan mengedepankan mekanisme penegakan hukum berbasis elektronik di bidang lalu lintas.

Penegakan hukum lalu lintas berbasis elektronik itu salah satunya melalui Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE).

Tujuannya, meminimalisasi penyimpangan penilangan saat anggota polisi lalu lintas melaksanakan tugas.

"Secara bertahap akan mengedepankan mekanisme penegakan hukum berbasis elektronik atau ETLE," kata Listyo dalam uji kepatutan dan kelayakan, di Komisi III DPR, Rabu (20/1/2021).

Berita lengkapnya dapat dibaca di sini:

Wacana Polantas Tak Lagi Menilang, Ini Pesan untuk Kapolri yang Baru

4. Daftar 10 negara dengan militer terkuat di dunia

Global Fire Power (GFP) merilis daftar militer terkuat dunia untuk 138 negara pada 2021.

GFP adalah situs web independen berbasis statistik yang melacak informasi pertahanan 138 negara dan diperbarui setiap tahunnya.

GFP menggunakan lebih dari 50 faktor untuk menentukan skor PowerIndex suatu negara, mulai dari kekuatan militer, keuangan hingga kemampuan logistik dan kondisi geografi.

Daftar negara dengan militer terkuat dapat disimak di sini:

10 Negara dengan Militer Terkuat di Dunia 2021, Bagaimana dengan Indonesia?

5. Sensus penduduk, jumlah laki-laki lebih banyak

Hasil sensus penduduk 2020 menunjukkan, pada September 2020, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 270,20 juta jiwa.

Sensus Penduduk 2020 juga mencatat, jumlah penduduk laki-laki di Indonesia lebih banyak daripada penduduk perempuan.

Rinciannya penduduk laki-laki berjumlah 136 juta orang atau 50,58 persen dari penduduk Indonesia.

Sementara penduduk pperempuan berjumlah 133,54 juta orang atau 49,42 persen dari penduduk Indonesia.

Hasil lengkap sensus penduduk dapat dilihat di sini:

Sensus Penduduk 2020: Jumlah Laki-laki Lebih Banyak daripada Perempuan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Editor: Rizal Setyo Nugroho
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi