Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terancam Tutup, Berikut Kilas Sejarah Saung Angklung Udjo

Baca di App
Lihat Foto
kompas.com / Nabilla Ramadhian
Pertunjukan permainan angklung oleh para murid di Saung Angklung Udjo, Bandung, Kamis (16/1/2020).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang melanda Indonesia sejak tahun lalu memberi dampak besar bagi perekonomian masyarakat.

Pembatasan yang memaksa semua orang harus tinggal di rumah membuat sejumlah tempat usaha dan wisata sepi dari pengunjung.

Salah satunya adalah Saung Angklung Udjo, tempat wisata di Kota Bandung, Jawa Barat yang kerap dikunjungi wisatawan mancanegara.

Baca juga: PPKM Jawa-Bali Diperpanjang, Berikut 46 Stasiun dan 13 Bandara Penyedia Rapid Test Antigen Beserta Harganya...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena sepinya pengunjung, Saung Angklung Udjo telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lebih dari 90 persen karyawannya.

"Pengurangan pegawai bukan akan, tapi sudah sebagian bulan-bulan kemarin. Dari 600, sekarang cuma 40," kata Direktur Utama Saung Angklung Udjo Taufik Hidayat, Jumat (22/1/2021).

Baca juga: Mengenang Kurt Cobain, Ikon Musik Rock Modern

Berikut sejarah Saung Angklung Udjo...

Membicarakan saung tersebut, tak bisa dipisahkan dari sosok Udjo Ngalagena atau akrab disapa Mang Udjo.

Sejak usia enam tahun, Mang Udjo sudah memainkan angklung bersama teman-teman sebaya di bawah pimpinan Abah Almawi, dikutip dari Harian Kompas, 4 Mei 2001.

Kecintaannya kepada angklung semakin meluap setelah berkenalan dengan Daeng Sutigna pada 1955. Daeng Sutigna merupakan tokoh angklung legendaris yang menciptakan angklung diatonis.

Baca juga: Mengapa Orang Tua Tidak Menyukai Musik Modern?

Proses pendirian

Pada 1958, Udjo sudah memainkan angklung secara berkeliling dan mengenalkan alat musik bambu yang namanya diambil dari suaranya itu kepada masyarakat.

Tak lama kemudian, Mang Udjo bersama istrinya Ny Uum Sumiati mendirikan Saung Angklung Udjo (SAU) pada 1966.

Di masa-masa awal berdirinya SAU, bentuk kemasan pertunjukkan benar-benar membebaskan anak-anak untuk bermain-main.

Baca juga: Mengenang Habibie, dari Dunia Dirgantara hingga Kecamannya terhadap Musik Rap

Mereka bersembunyi di balik rumpun padi, karena saat itu di sekitar lokasi saung masih banyak sawah.

Begitu Mang Udjo memberi tanda, sontak puluhan anak keluar dari gerombolan padi.

Para penonton tentu saja kaget, tidak mengira kalau angklung akan disuguhkan oleh anak-anak usia balita sampai remaja.

Baca juga: Mengenang Seniman Musik Djaduk Ferianto...

Didominasi wisatawan asing

Seiring berjalannya waktu, wisatawan yang berkunjung justru didominasi wisawatan asing pada 1990-an.

Pasalnya, promosi saat itu gencar dilakukan ke dunia internasional.

Namun, krisis moneter kemudian menciptakan komposisi penonton.

Baca juga: Mengenang Musikalitas Chrisye, Sang Legenda Musik Indonesia

SAU lantas mendekati penonton lokal, seperti dikutip dari Harian Kompas, 4 Mei 2002.

Mereka mengundang, bahkan mendatangi, guru dan murid sekolah agar menonton pertunjukan angklung.

Maka tak heran jika kini wisatawan domestik mendominasi.

Sepeninggal Mang Udjo pada 2001, usaha melestarikan kesenian angklung diteruskan oleh anak-anaknya hingga saat ini.

Baca juga: Suka Mendengarkan Musik Saat Berolahraga? Ini Manfaatnya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi