Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Wilayah yang Alami Hujan Lebat hingga Ekstrem Tiga Hari ke Depan

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/CHOKCHAI POOMICHAIYA
Ilustrasi musim hujan yang dipengaruhi La Nina. BMKG merilisi anomali iklim La Nina sedang berkembang di Samudera Pasifik, dampaknya pada Indonesa dapat menyebabkan curah hujan yang tinggi dan berakibat pada bencana hidro-meteorologis seperti banjir dan tanah longsor.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki masa puncak musim hujan.

Sebanyak 94 persen dari 342 zona musim di Indonesia, saat ini telah memasuki puncak musim hujan seperti yang telah diprediksikan sejak Oktober tahun lalu.

Kepala BMKG Dwikorita mengatakan, puncak musim hujan akan terjadi pada Januari dan Februari 2021, sehingga perlu diwaspadai terjadinya cuaca ekstrem.

"Kami mengimbau masyarakat dan seluruh pihak untuk terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode puncak musim hujan ini," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kepada Kompas.com, Sabtu (23/1/2021) malam.

Baca juga: BMKG: 1-21 Januari, Hampir Setiap Hari Terjadi Gempa di Indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puncak musim hujan

Beberapa daerah diperkirakan akan mengalami puncak musim hujan yang akan berlangsung hingga Februari 2021, dengan sebagian besar berada di wilayah berikut.

Baca juga: Fenomena Hujan Salju di Gurun Sahara, Keempat Kalinya Sepanjang Sejarah

 

Waspada hujan lebat

BMKG memperingatkan, beberapa wilayah akan berpotensi mengalami hujan lebat tiga hari ke depan, pada 23-26 Januari 2021. Berikut rinciannya:

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Bengkulu
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Lampung
  • Banten
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Yogyakarta
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku
  • Maluku Utara
  • Papua

Baca juga: Analisis BMKG soal Cuaca Ekstrem Januari-Februari 2021...

Sementara itu, hujan dengan intensitas lebat di wilayah perairan berpotensi terjadi di

  • Selat Malaka
  • Laut Cina Selatan
  • Samudra Hindia barat Bengkulu hingga selatan NTT
  • Perairan Barat Bengkulu hingga selatan NTT
  • Laut Jawa bagian timur
  • Selat Sunda
  • Selat Makassar bagian selatan
  • Laut Bali
  • Laut Flores
  • Laut Banda bagian selatan
  • Laut Timor
  • Laut Maluku bagian utara
  • Laut Sulawesi
  • Perairan Utara Halmahera hingga Papua
  • Laut Arafuru
  • Samudra Pasifik Utara Papua.

Baca juga: BMKG: Daftar Wilayah yang Berpotensi Alami Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi

 

Hujan ekstrem

Sementara itu, diprediksi hujan ekstrem pada 23-26 Januari 2021 dapat terjadi di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara Sulawesi Tengah, Papua Barat, dan Papua.

Hujan ekstrem sangat berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, serta hujan lebat disertai kilat/petir dan gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran dan penerbangan.

Berdasarkan analisis terintegrasi dari data BMKG, PUPR dan BIG, perlu diwaspadai daerah yang diprediksi berpotensi banjir kategori menengah pada Dasarian III (sepuluh hari ke-3) di bulan Januari 2021, meliputi:

Baca juga: Jokowi: Bulan ini Curah Hujan Ekstrem, Waspadai Banjir dan Tanah Longsor

  • Banten bagian selatan
  • Jawa Barat bagian tengah dan timur
  • Sebagian besar Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
  • Jawa Timur bagian tengah dan timur
  • Bali bagian utara
  • Nusa Tenggara Barat bagian utara
  • Sebagian kecil Nusa Tenggara Timur
  • Sulawesi Tengah bagian tenggara
  • Sulawesi Selatan bagian selatan
  • Sulawesi Tenggara bagian utara
  • Maluku Utara
  • Papua Barat wilayah Kepala Burung
  • Provinsi Papua bagian tengah.

"Informasi potensi banjir kategori menengah hingga tinggi untuk 10 hari ke depan ini sebagai upaya mitigasi agar menjadi perhatian dan kewaspadaan bagi masyarakat terhadap potensi bencana banjir, longsor, dan banjir bandang," tutur Deputi bidang Klimatologi Herizal.

Baca juga: BMKG Ungkap 59 Kali Gempa Dirasakan Masyarakat sejak Awal Januari 2021

Cuaca ekstrem

Pada periode musim hujan dan puncak musim hujan, juga sering terjadi peristiwa cuaca ekstrem dengan curah hujan kategori tinggi dan sangat tinggi.

Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan, selain dipicu fenomena dan/atau gangguan skala iklim, peningkatan trend curah hujan ekstrem dikaitkan juga sebagai dampak perubahan iklim.

"Dari pengamatan BMKG walaupun curah hujan berada pada tingkat sedang, namun masih berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. Hal ini tergantung pada daya dukung lingkungan dalam merespon kondisi curah hujan," ujar Guswanto.

Lebih lanjut, kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

Ditambah kombinasi antara MJO, gelombang Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan gelombang Low Frequency di wilayah dan periode yang sama di Laut China Selatan, Samudera Pasifik utara Papua, Samudera Hindia barat Lampung hingga selatan NTT, sebagian besar Jawa, Bali, NTT bagian barat, Laut Bali, Laut Sumbawa, mampu meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.

Baca juga: Hasil Analisis Lapan soal Penyebab Banjir Besar di Kalimantan Selatan

Sirkulasi siklonik

BMKG memantau adanya bibit siklon tropis 93S di Samudera Hindia sebelah barat daya Sumatera, yang posisi sistemnya cukup jauh dan arah gerak menjauhi wilayah Indonesia.

Ini tidak memberikan dampak terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia, namun dapat berpengaruh terhadap potensi hujan lebat, peningkatan kecepatan angin dan tinggi gelombang di Samudera Hindia Selatan Sumatera-Jawa Barat.

Selain itu, terpantau sirkulasi siklonik di Teluk Carpentaria bagian barat yang membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang dari Sulawesi Tengah bagian selatan, perairan barat Sulawesi Tenggara, Laut Banda hingga Laut Arafura bagian barat.

Adapun sirkulasi siklonik lainnya terpantau di Laut Cina Selatan sebelah barat Palawan.

Kondisi-kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Penyebab Cuaca Ekstrem di Sulawesi Utara

Daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lainnya, yang mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi terpantau di beberapa tempat, yaitu

  • Memanjang dari Thailand bagian selatan hingga perairan utara Kepulauan Mentawai
  • Jawa Barat hingga Jawa Timur bagian barat
  • Perairan utara Pulau Kalimantan hingga perairan timur Kalimantan Timur
  • Bandar Seri Begawan bagian selatan hingga Kalimantan Selatan bagian utara
  • Perairan utara Papua Barat hingga Papua Barat bagian timur dan di Papua bagian barat hingga Papua Nugini bagian barat

Intrusi udara kering (dry air intrusion) terpantau melintasi Samudera Hindia barat Aceh hingga perairan utara Aceh yang mampu mengangkat massa yang lebih hangat dan lembab di depan batas intrusi, seperti di Aceh dan Sumatera Utara bagian utara, sehingga mampu meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di daerah depan batas intrusi tersebut.

Labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan bagian barat, Lampung bagian barat, sebagian besar Jawa, NTB, NTT, Kalimantan barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, sebagian besar Sulawesi, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

Baca juga: Daftar Wilayah Waspada Cuaca Ekstrem dan Potensi Banjir pada Pekan Ini

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi