Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Covid-19 dan Ancaman Rabun Jauh pada Anak...

Baca di App
Lihat Foto
ANWAR AMRO/AFP
Maroun Dagher, pengembang web berusia 34 tahun yang kehilangan satu matanya akibat ledakan dahsyat 4 Agustus, menjalani pemeriksaan mata di Rumah Sakit Mata dan Telinga, sebelah utara ibu kota Lebanon, Beirut, pada 17 Agustus 2020.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penguncian akibat virus corona memaksa semua orang untuk lebih banyak tinggal di rumah.

Dengan adanya bekerja dari rumah dan sekolah daring, intensitas kita dalam menatap layar ponsel lebih sering selama pandemi.

Ini berarti bahwa mata kita terus-menerus terfokus pada obyek dalam jarak dekat dan semakin berkurang waktu untuk melihat ke kejauhan.

Baca juga: Masih PJJ, Kapan KBM Tatap Muka di Sekolah Bisa Dilangsungkan?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi terbaru dari Belanda dan China menunjukkan, pembatasan Covid-19 membuat jumlah penderita miopia atau rabun jarak jauh meningkat secara dramatis, seperti dikutip dari DW, Kamis (21/1/2021).

Data lebih dari 120.000 anak di China menampilkan anak-anak berusia antara enam dan delapan tahun memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar untuk menderita miopia pada 2020 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Pada kelompok usia ini, ketajaman visual bergeser 0,3 dioptri menjadi miopia.

Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia

Faktor

Penurunan pengelihatan yang drastis pada anak kecil ini sangat mengkhawatirkan, mengingat kondisi itu ditentukan sejak usia dini.

Begitu seseorang mengalami rabun jauh, mereka nantinya akan tetap seperti itu.

Dalam kebanyakan kasus, rabun jauh dimulai di sekolah dasar dan meningkat seiring dengan pertumbuhan anak. Semakin awal dimulai, semakin parah penyakit itu.

Jika bola mata tumbuh terlalu banyak antara usia enam dan 10 tahun, itu berarti anak lebih sulit melihat benda yang berada di kejauhan.

Rabun jauh yang parah juga meningkatkan risiko lepasnya retina, katarak akibat tekanan tinggi di dalam mata, atau bahkan kebutaan di kemudian hari.

Baca juga: Kenapa Mata Hewan Menyala Saat Malam Hari?

Pendidikan

Menurut the Brien Holden Vision Institute, lima miliar orang atau setengah dari populasi dunia akan mengalami rabun jauh pada pertengahan abad ini.

Di negara-negara industri, jumlah penderita rabun jauh meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir.

Bahkan ada korelasi langsung antara peningkatan kesempatan pendidikan dan penglihatan yang lebih buruk. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi risiko miopia.

Baca juga: Catat, Ini Fitur-fitur Baru WhatsApp pada 2021

"Peningkatan ini terutama disebabkan oleh penggunaan PC, smartphone, dan tablet yang sangat awal dan intensif, dikombinasikan dengan jumlah waktu yang semakin singkat yang dihabiskan di luar ruangan pada siang hari," kata Direktur Departemen Ophthalmology di University of Munster Nicole Eter.

Negara-negara Asia memiliki angka rabun jauh usia anak-anak dan remaja di atas rata-rata dunia.

Di China, empat dari lima anak muda sekarang menderita rabun jauh.

Baca juga: 4 Daerah Berikut Laporkan Penuhnya Ruang Perawatan Pasien Covid-19, Mana Saja?

Mata butuh istirahat

Orang tua harus membatasi penggunaan media digital oleh anak-anak mereka, terutama untuk kelompok usia termuda.

"Dari sudut pandang oftalmologi, PC, smartphone, dan tablet sama sekali tidak cocok untuk anak-anak hingga usia tiga tahun," kata Bettina Wabbels dari Bonn University Eye Clinic.

Ahli mata merekomendasikan penggunaan harian tidak lebih dari 30 menit untuk anak usia empat sampai enam tahun.

"Pada usia sekolah dasar, waktu media maksimal satu jam per hari akan dapat diterima dari sudut pandang oftalmologi, dan hingga dua jam per hari dari usia sekitar sepuluh tahun," jelas Wabbels.

Namun, nasihatnya tidak hanya berlaku untuk anak-anak dan remaja. Sebab, mata orang dewasa juga butuh istirahat.

Baca juga: Sama-sama Terinfeksi Covid-19, Ini Beda Sikap Doni Monardo dan Airlangga Hartarto

Pencegahan

Risiko miopia dapat dikurangi dengan tidak terlalu lama menatap suatu obyek dalam jarak dekat, terlepas dari apakah itu smartphone atau buku yang menarik.

Risiko miopia berkurang terutama dengan waktu yang lebih lama dihabiskan di luar ruangan, karena siang hari menghambat pertumbuhan bola mata lebih lanjut.

Di ruangan tertutup, intensitas cahaya rata-rata 300 hingga 500 lux (ukuran tingkat cahaya), sedangkan pada hari musim panas yang cerah bisa sekitar 100.000 lux di luar ruangan.

Studi dari Skandinavia juga menunjukkan bahwa miopia meningkat di musim yang lebih gelap, sementara angka itu stagnan selama waktu yang lebih cerah dalam setahun.

Baca juga: Berikut Negara-negara yang Menyetujui Penggunaan Vaksin Sinovac untuk Lawan Covid-19, Mana Saja?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Cek Penerima Vaksin Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi