Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Infeksi Covid-19 Picu Respons Antibodi Virus Corona Lainnya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL
Ilustrasi virus corona, Covid-19. (Shutterstock)
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa seseorang yang terinfeksi virus corona SARS-CoV-2 kemungkinan mengandalkan antibodi yang telah ada dari virus corona sebelumnya untuk membantu melawan virus penyebab Covid-19. 

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cell Reports Medicine mencatat, manusia telah menavigasi setidaknya enam jenis virus corona lain, sebelum SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.

"Hasil kami menunjukkan virus Covid-19 dapat membangkitkan respons antibodi yang ada pada manusia sebelum pandemi saat ini," ujar penulis studi dari Translational Genomics Research Institute (TGen) di AS John Altin seperti dikutip dari livemint, Minggu (24/1/2021).

"(Ini) berarti mungkin sudah memiliki kekebalan yang ada sebelumnya terhadap virus ini," lanjutnya.

Baca juga: Studi Temukan Vaksin Pfizer Kemungkinan Besar Efektif Lawan Varian Baru Virus Corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memetakan respons antibodi

Dalam penelitian ini, para ilmuwan menggunakan alat yang disebut PepSeq. Alat tersebut memetakan respons antibodi tubuh terhadap semua virus corona yang menginfeksi manusia.

"Data yang dihasilkan menggunakan PepSeq memungkinkan karakterisasi yang luas dari respons antibodi pada orang yang baru-baru ini terinfeksi Covid-19, dibandingkan dengan orang yang hanya terpapar virus corona sebelumnya, yang sekarang tersebar luas di populasi manusia," ujar Jason Ladner, pemimpin penelitian dan penulis dari Northern Arizona University di AS.

Melansir The Hindu, para peneliti memeriksa respons antibodi dari dua virus corona yang berpotensi mematikan, yaitu MERS dan SARS 2002-2003.

Selain itu, ilmuwan juga menandai respons antibodi dari empat virus corona yang lebih tua, alphacoronaviruses 229E dan NL63, serta beta coronaviruses OC43 dan HKU1.

Baca juga: Studi Temukan Wanita di Italia Terinfeksi Covid-19 pada November 2019

Virus endemik

Menurut para ilmuwan, virus-virus tersebut merupakan virus umum yang endemik di seluruh populasi manusia. Namun biasanya tidak mematikan dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan yang mirip dengan flu biasa.

Dengan membandingkan cara antibodi bereaksi terhadap virus corona yang berbeda tersebut, para peneliti menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat memicu antibodi sistem kekebalan yang awalnya dihasilkan sebagai respons terhadap infeksi virus corona sebelumnya.

Ilmuwan menuturkan, reaktivitas silang dengan antibodi ini terjadi di dua tempat di protein SARS-CoV-2 Spike (S), yang memungkinkan virus masuk dan menginfeksi sel manusia.

"Temuan kami menyoroti situs di mana respons SARS-CoV-2 tampaknya dibentuk oleh paparan virus corona sebelumnya, dan yang berpotensi meningkatkan antibodi penawar secara luas," ujar Altin.

Baca juga: Studi: Orang dengan Covid-19 Terlindungi 83 Persen dari Infeksi Ulang, tetapi Tetap Bisa Menularkan

Mempengaruhi gejala Covid-19

Lebih lanjut, peneliti menunjukkan bahwa antibodi reaktif silang ini secara istimewa mengikat peptida virus corona endemik.

"(Ini) menunjukkan bahwa tanggapan terhadap SARS-CoV-2 di wilayah ini mungkin dibatasi oleh paparan virus korona sebelumnya," paparnya.

Kendati begitu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami implikasinya.

Para ilmuwan percaya temuan tersebut juga menjelaskan reaksi yang sangat bervariasi dari pasien Covid-19 terhadap penyakitnya.

Mulai dari gejala ringan bahkan tanpa gejala, hingga infeksi parah yang memerlukan rawat inap, dan sering menyebabkan kematian.

Disebutkan, perbedaan dalam respons antibodi yang sudah ada sebelumnya yang diidentifikasi oleh penelitian ini mungkin menjelaskan beberapa perbedaan dalam seberapa parah penyakit Covid-19 mempengaruhi orang tua dan orang muda.

"Temuan kami meningkatkan kemungkinan bahwa sifat respons antibodi individu terhadap infeksi virus corona endemik sebelumnya dapat memengaruhi perjalanan penyakit Covid-19," kata Ladner.

Baca juga: Masa Inkubasi Virus Corona, Kapan Paling Menular?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi