Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Antartika M 6,9 dan Munculnya Peringatan Dini Tsunami...

Baca di App
Lihat Foto
NASA EOSDIS/LANCE and GIBS/Worldview
Polynya, lubang terbentuk di es laut di lepas pantai Antartika. Studi baru ungkap lubang misterius yang muncul pertama kali tahun 1973, diduga disebabkan siklon parah sebagai dampak dari sirkulasi atmosfer yang ekstrem.
|
Editor: Sari Hardiyanto

 

KOMPAS.com - Gempa berkekuatan 6,9 mengguncang wilayah Samudra Selatan di dekat Antartika pada Sabtu (23/1/2021).

Melansir dari BNO News, gempa yang terjadi memicu peringatan dini tsunami untuk daerah-daerah yang hampir tidak berpenghuni menurut para pejabat.

Gelombang tsunami kecil dilaporkan, namun kerusakan serius diperkirakan tidak terjadi.

Baca juga: Benarkah Tsunami Rawan Terjadi di Bulan Desember?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa terjadi pada pukul 20.37 waktu Chili dan berpusat di sekitar 55 kilometer selatan Elephant, sebuah pulau bergunung-gunung dan tertutup es di bagian terluar Kepulauan Shetland Selatan.

Berdasarkan data dari US Geological Survey (USGS) gempa magnitudo 6,9 ini semula diperkirakan berskala 7,3 dan 7,0.

Adapun kedalaman gempa adalah 10 km .

Baca juga: Mencairnya Es di Greenland dan Risiko Banjir Tahunan...

Pulau-pulau dekat episentrum gempa yang ikut merasakan yakni pulau ELephant, Pulau King George dan Clarence.

Pulau-pulau tersebut tak memiliki penghuni permanen namun merupakan rumah bagi sejumlah stasiun penelitian.

Peringatan tsunami dikeluarkan untuk wilayah-wilayah tak berpenghuni itu, namun lokasi berpenghuni yang juga diperingatkan adalah Kota Kecil dan Stasiun Penelitian dengan nama Villa Las Estrellan.

"Permintaan Onemi adalah meninggalkan area pantai di wilayah Antartika," ujar Kantor Darurat Nasional (Onemi).

Baca juga: Banjir Kalsel, Meluasnya Lahan Sawit, dan Masifnya Pertambangan...

Peringatan tsunami

Melansir dari ABC, peringatan tsunami ini sempat memicu kesalahpahaman.

Kepanikan menyebar akibat peringatan tsunami yang tidak tepat.

Sebelumnya peringatan keluar lewat Twitter di mana meminta agar wilayah pesisir Antartika dievakuasi karena risiko tsunami.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tsunami Terjang Pantai Banten hingga Lampung, 437 Orang Meninggal

Namun, peringatan lewat telepon seluler kemudian juga dikirimkan ke orang-orang di sekitar Chili di mana peringatan tersebut mendesak orang-orang untuk meninggalkan daerah pesisir,

Namun pesan tersebut kemudian dikoreksi.

"Kami ingin memberikan ketenangan pikiran kepada penduduk, memberi tahu mereka bahwa tidak perlu mengevakuasi seluruh wilayah nasional, hanya pangkalan Antartika," ujar Miguel Ortiz dari Kantor Darurat Nasional kementerian (ONEMI) dalam konferensi pers.

Baca juga: Viral Megathrust Sulawesi Sebabkan Gempa dan Tsunami Besar, Ini Penjelasannya

Ia mengatakan agensi menyesal atas ketidaknyamanan yang timbul yang menurutnya terjadi akibat kesalahan teknis.

Peringatan tsunami untuk Antartika saat ini telah dicabut.

Akibat pesan itu, orang-orang di kota pesisir termasuk La Serena di utara Santiago dan Valparaiso telah mulai meninggalkan daerah dekat pantai usai peringatan muncul hingga akhirnya muncul laporan bahwa pesan sebelumnya alarm palsu.

Baca juga: Banjir di Indonesia, Benarkah karena Curah Hujan dan Cuaca Ekstrem?

Gempa susulan

Sejumlah warga mulai bereaksi dengan adanya kekeliruan itu, namun gempa susulan kemudian muncul dengan magnitudo 5,6.

Gempa kedua muncul di perbatasan Chili-Argentina pukul 21.07 di kedalaman 133 km.

Tak ada kerusakan yang terjadi dari kedua gempa.

Saat gempa pertama terjadi, 80 orang dievakuasi dari pangkalan utama Chili di Antartika, Pangkalan Presidente Eduardo Frei Montalva di Semenanjung Fildes di barat Pulau King George, dan 55 lainnya dari tiga pangkalan lainnya, bersama dengan lima pangkalan asing.

Baca juga: Kapan Musim Kemarau 2020 Berakhir dan Musim Penghujan di Indonesia Dimulai?

KOMPAS.com/Dhawam Pambudi Infografik: Tsunami, Tanda-Tanda dan Cara Menghadapinya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi