KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan untuk menunda pelaksanaan Asesmen Nasional (AN) tahun ini.
Sedianya, pelaksanaan Asesmen Nasional dilakukan pada Maret 2021, kemudian ditunda ke September-Oktober 2021.
Asesmen nasional adalah pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah, dan program kesetaraan jenjang dasar dan menengah.
Baca juga: Curhatan Seorang Guru di Tengah Pandemi Corona...
Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI) pun mengapresiasi penundaan tersebut.
Pasalnya, selain pandemi Covid-19 yang belum terkendali, jumlah bencana alam yang terjadi di sejumlah daerah belakangan juga meningkat.
"FSGI mengapresiasi Kemdikbud RI atas kebijakannya menunda pelaksaan Asesmen Nasional (AN) yang semula akan dilaksanakan pada Maret 2021 ditunda menjadi September-Oktober 2021," kata Sekjen FSGI Heru Purnomo dalam sebuah pernyataan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (23/1/2021).
"Salah satu alasan utama penundaan adalah meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Indonesia dan terjadinya bencana alam di sejumlah daerah pada masa pandemi," lanjutnya.
Baca juga: Mengenal Randoseru, Tas Anak SD di Jepang yang Multifungsi
Rekomendasi FSGI
Ada beberapa rekomendasi yang ditawarkan oleh FSGI.
Pertama, FSGI mendoro pemerintah untuk memenuhi hak pembelajaran dengan menentukan prioritas dalam situasi bencana saat ini.
Maksudnya, peserta didik kelas akhir di setiap jenjang pendidikan perlu menjadi prioritas terkait pemenuhan hak atas pembelajaran dan ujian sekolah.
Baca juga: Saat Masa Studi SMK Setara dengan Diploma Satu...
Kedua, FSGI mendorong Dinas Pendidikan dan sekolah untuk menggunakan kurikulum khusus dalam situasi darurat terkait materi atau kisi-kisi ujian akhir sekolah.
"Kerena waktunya sudah dekat, maka dibutuhkan penyiapan dari sekarang, seperti materi ujian akhir sekolah untuk peserta didik kelas 6 SD, kelas IX SMP, dan XII SMA," jelas FSGI.
Hal yang tidak kalah pentingnya menurut FSGI adalah persiapan mekanisme ujian, materi ujian, dan teknis pelaksanaannya oleh Kemendikbud dan Dinas Pendidikan di wilayah-wilaYah terdampak bencana.
Baca juga: Masih PJJ, Kapan KBM Tatap Muka di Sekolah Bisa Dilangsungkan?
Pendidikan kebencanaan
Ketiga, FSGI mengusulkan pendidikan kebencanaan diperkuat dalam kurikulum dengan disertai simulasi rutin di sekolah-sekolah.
"Mengingat wilayah Indonesia rawan bencana, terutama gempa bumi, serta lokasi geografis Indonesia yang berada di atas lempeng bumi yang terus bergerak secara alamiah," kata FSGI.
Dengan memberikan pendidikan kebencanaan disertai simulasi rutin, maka peserta didik diharapkan akan mewarisi kesiapan dan mitigasi bencana.
Baca juga: Masih PJJ, Kapan KBM Tatap Muka di Sekolah Bisa Dilangsungkan?
Keempat, FSGI mengusulkan para pengungsi yang berprofesi guru dan kondisinya sehat jasmani dan psikis, dapat membantu melakukan trauma healing kepada anak-anak dipengungsian.
"Para guru tersebut dapat diberdayakan dengan dilatih terlebih dahulu oleh para relawan yang datang ke posko posko pengungsian," imbuhnya.
Baca juga: Banjir di Indonesia, Benarkah karena Curah Hujan dan Cuaca Ekstrem?