KOMPAS.com - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyampaikan mulai 5 Februari 2021 alat deteksi Covid-19 GeNose akan digunakan di stasiun.
Pihaknya telah berkomunikasi dengan Satgas Penanganan Covid-19 dan akan segera ditindaklanjuti dengan surat persetujuan untuk penggunaan di simpul-simpul transportasi umum.
"Selanjutnya Kemenhub akan membuat Surat Edaran kepada para operator transportasi. Kita rencanakan penggunaannya sudah dimulai pada 5 Februari 2021 pada stasiun KA terlebih dahulu, baru kemudian bertahap selanjutnya di bandara," kata Budi saat meninjau penggunaan GeNose di Stasiun Pasar Senen, Sabtu (23/1/2021).
Baca juga: Mengenal Apa Itu GeNose, Alat Pendeteksi Covid-19 UGM yang Akurasinya Disebut Capai 75 Persen
Sementara itu, staf khusus Menhub Bidang Komunikasi Adita Irawati menambahkan pelaksanaan penggunaan GeNose di stasiun tersebut masih dalam tahap persiapan.
"Implementasi teknisnya sedang dipersiapkan bersama KAI," kata Adita kepada Kompas.com, Minggu (24/1/2021).
Dihubungi terpisah, VP Public Relations PT Kereta Api Indonesia (KAI) Joni Martinus mengatakan, teknis pelaksanaan seperti penerapan di stasiun mana saja dan siapa saja yang bisa menggunakannya, masih menunggu surat edaran atau informasi lebih lanjut.
"Kami masih menunggu info lebih lanjut dari pemerintah/Kemenhub terkait penggunaan Genose," katanya pada Kompas.com, Minggu (24/1/2021).
Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia
Penerapan di seluruh simpol transportas
Kendati demikian, pihaknya mendukung segala kebijakan pemerintah terkait penanganan Covid-19.
Sebelumnya, pada Sabtu (23/1/2021), Menhub Budi Karya Sumadi bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyaksikan langsung penggunaan alat deteksi Covid-19 GeNose buatan anak bangsa di Stasiun KA Pasar Senen.
Melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (24/1/2021), pemerintah mendorong penggunaan alat deteksi Covid-19 GeNose di simpul-simpul transportasi umum seperti di stasiun kereta api, bandara, pelabuhan dan terminal.
“Ke depannya kita akan gunakan ini di semua area publik seperti di hotel, mal, di lingkungan masyarakat RT/RW," ujar Luhut.
Baca juga: Panduan Naik KRL Jogja-Solo, dari Cara Bayar hingga Larangannya
Rencananya akan dilakukan bertahap, dimulai dari stasiun kereta api, setelah itu bandara.
Luhut mengatakan salah satu kelebihan GeNose adalah harganya yang murah.
Untuk satu alat dijual 62 juta dan harga per-orangnya hanya dikenakan sekitar Rp 20.000. Namun dia berharap harganya bisa di bawah Rp 20.000.
"Jadi kita berharap tarif ini bisa di bawah Rp 20.000. Karena makin banyak digunakan," katanya lagi.
Akurasi di atas 90 persen
Menurutnya, jika pemakaian lebih banyak tentu cost-nya akan semakin turun. Selain itu alat itu bisa mendeteksi lebih cepat dengan akurasi di atas 90 persen.
Luhut juga mengungkapkan bahwa GeNose telah telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Dalam kunjungannya, Luhut langsung mencoba alat deteksi GeNose dengan cara mengembuskan napas ketiga ke dalam kantung yang telah disiapkan. Hasilnya, dia dinyatakan negatif Covid-19.
Baca juga: Pandemi Covid-19 dan Ancaman Rabun Jauh pada Anak...
Diberitakan sebelumnya, alat deteksi Covid-19 (GeNose) ini berbeda dari alat lainnya, karena menggunakan embusan napas untuk menentukan seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak.
Hasil pemeriksaan alat yang menggunakan sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence) itu diklaim bisa selesai dalam waktu sekitar 80 detik.
Pola embusan napas seseorang yang terinfeksi Covid-19 akan berbeda dengan pola embusan napas orang sehat.
Virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh seseorang akan menghasilkan volatile organic compounds atau senyawa organik mudah menguap yang khas.
Senyawa organik mudah menguap itu juga terdapat dalam embusan napas seseorang.
Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal Sesak Napas sebagai Gejala Covid-19