Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Kerja GeNose yang Jadi Alat Deteksi Covid-19 di Stasiun

Baca di App
Lihat Foto
Foto Dokumentasi Humas UGM
GeNose pendeteksi Covid-19 karya ahli UGM siap dipasarkan setelah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menetapkan penggunaan alat deteksi Covid-19 GeNose di stasiun mulai 5 Februari 2021.

GeNose dikembangkan oleh tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak Maret 2020.

Pada Oktober 2020, alat yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Eng Kuwat Triyana bersama timnya ini menjalani uji diagnostik.

Diberitakan Kompas.com, 30 Desember 2020, alat ini awalnya dirancang untuk mengkualifikasi kualitas kopi dan teh.

GeNose mulanya dikembangkan oleh 2 orang berlatar belakang matematika dan ilmu pengetahuan alam, serta seorang dokter. Kini, pengembangan GeNose melibatkan 6 peneliti.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

GeNose mendapat izin dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak Ppada 24 Desember 2020.

Bagaimana cara kerja GeNose? Simak penjelasannya berikut ini!

Baca juga: GeNose: Izin, Distribusi, Harga, hingga Prosedur Penggunaannya

Sensor dan kecerdasan buatan

Pendeteksi virus corona ini bekerja melalui embusan napas. Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terdapat dalam GeNose mengambil data dari embusan napas manusia.

GeNose C19 bekerja dengan mendeteksi pola senyawa VoC atau Volatile Organic Compound dalam embusan napas manusia.

Pola VoC orang sakit dan orang sehat akan berbeda. Alat yang dilengkapi dengan 10 sensor utama ini, mampu mengukur perbedaan kadar VoC itu secara lebih sensitif.

Cara mendeteksi Covid-19

VoC terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas.

Untuk menggunakan GeNose, seseorang akan diminta untuk mengembuskan napas ke tabung khusus.

Sensor-sensor dalam tabung kemudian mendeteksi VoC. Data yang diperoleh dari embusan napas, diolah dengan bantuan kecerdasan buatan hingga memunculkan hasil.

Kompas.com, 26 Desember 2020, memberitakan, Ketua Tim Pengembang GeNose Kuwat Triyatna, mengklaim, dalam waktu kurang dari 2 menit, GeNose dapat mendeteksi apakah seseorang positif atau negatif Covid-19.

Baca juga: Mulai 5 Februari Stasiun Akan Gunakan Alat Deteksi Covid-19 GeNose

Pendapat ahli

Pada 24 Desember 2020, GeNose mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan. Harga jual per unit GeNose Rp 62 juta.

Terkait pengembangan GeNose, ahli biologi monekuler Indonesia Ahmad Utomo, mengingatkan soal transparansi dan rekam jejak penemuannya.

Menurut dia, perlu ada publikasi ilmiah mengenai penelitian dan pengembangan alat ini, terutama data yang menjadi dasar bagi GeNose untuk mendapatkan izin edar.

"Tujuannya ini bukan untuk mencari kesalahan atau apa, bukan. Tapi ini kan kita bersama-sama berusaha menghentikan pandemi kan. Kalau data itu bisa diberitakan secara terbuka, misalnya dulu merancang penelitiannya seperti apa sih?" ujar Ahmad, seperti diberitakan Kompas.com, 27 Desember 2020.

Transparansi mengenai data dan rekam jejak peneliti perlu diketahui publik. Hal ini guna memberi akses pada publik untuk memberi koreksi, masukan, atau pengawasan terkait GeNose.

Baca juga: Dapat Izin Kemenkes, Ini Tantangan Tes Covid-19 GeNose Buatan UGM

Ahmad menyarankan agar penggunaan alat ini jangan langsung ditujukan untuk simpul-simpul transportasi, seperti stasiun atau bandara. Ia mengusulkan agar GeNose dipergunakan secara terbatas terlebih dulu, misalnya di rumah sakit akademik.

"Digunakan di rumah sakit akademik, supaya nanti divalidasi lagi. Jangan, misalnya, langsung diterapkan di bandara," kata Ahmad.

GeNose merupakan alat baru. Oleh karena itu, penggunaannya perlu diperhatikan agar tidak memberatkan penanganan pandemi.

Epidemiolog Griffith Universiy Dicky Budiman, mengingatkan, alat ini hanya bersifat screening dini, seperti thermo gun.

Adapun untuk tes dengan tingkat akurasi yang tepat, tetap sesuai anjuran WHO. GeNose tidak dapat menggantikan peran tes PCR, tes rapid antibodi, dan tes rapid antigen.

"Ini sifatnya untuk screening dini, seperti thermo gun cuma ini jauh lebih sensitif, tapi tidak bisa menggantikan PCR, rapid test antibodi atau antigen," kata Dicky seperti diberitakan Kompas.com, akhir Desember 2020.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Penyebaran Virus Corona Melalui Udara

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi