Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Kasus Artis TikTok di Madiun, Mengapa Para Remaja Cenderung Abai Prokes Saat Kasus Covid-19 Terus Meningkat?

Baca di App
Lihat Foto
ISTIMEWA
salah satu tangkapan layar yang menunjukkan adanya kerumunan dalam jumpa fans artis tik tok asal Solo, Viensboys di salah satu restoran di Kota Madiun, Jawa Timur, Minggu (24/1/2021)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sebuah video menampilkan adanya kegiatan berkerumun yang diduga meet and greet antara artis aplikasi TikTok dengan penggemarnya viral di media sosial pada Minggu, (24/1/2021).

Diketahui, kegiatan diduga jumpa fans itu berlangsung di salah satu restoran di Madiun, Jawa Timur.

"Di Madiun kasus Covid-19 masih up terus sampai rumah sakit full, eh ini ada tiktokers ta* dari luar kota bikin meet and greet di sini :) berjubel-jubel lagi :) dan salah satu contect creator IG di Madiun yg ngikuti di acara itu (jadi panitia persiapan) bangga banget nampilinnya :) ingin berkata kasar," tulis akun Twitter @NAffogato23 dalam twitnya.

Baca juga: Mengapa Banyak Ahli dan Jurnalis Dadakan Setiap Kali Ada Peristiwa Besar?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Tarif Tol Jakarta-Cikampek Naik Bulan Ini, Mengapa Tarif Tol Kerap Naik?

Dalam utas twit yang dibuatnya, pemilik akun @NAffogato23 menyebutkan bahwa acara tersebut berlangsung ramai dan padat, tidak adanya jarak sosial antar orang.

"Yak seperti yang kalian lihat disitu berjubel jubel ga ada jarak sama sekali antara satu orang dan yang lainnya sampe sesek sendiri lihat nya :)" tulis akun @NAffogato dalam twitnya.

Hingga kini, unggahan tersebut telah di-retwit sebanyak 2.100 kali dan telah disukai sebanyak lebih dari 5.800 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Baca juga: Daftar 108 Daerah Berstatus Zona Merah Covid-19 di Indonesia, Jawa Tengah Masih Tertinggi

Berkaca dari hal ini, mengapa orang-orang khususnya remaja cenderung mengabaikan protokol kesehatan (prokes) di saat kasus Covid-19 harian terus mengalami peningkatan?

Dosen Fakulas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Nael Sumampouw mengatakan, remaja yang mengabaikan protokol kesehatan termasuk contoh dari tingkah laku yang berisiko.

Menurutnya, terlibat dalam tingkah laku yang berisiko merupakan salah satu ciri masalah kesehatan mental remaja di situasi pandemi.

"Terlibatnya tingkah laku berisiko umumnya dilakukan remaja untu mengatasi kebosanannya," ujar Nael saat dihubungi Kompas.com, Rabu (27/1/2021).

Baca juga: [HOAKS] Dokter di Palembang Meninggal Dunia gara-gara Vaksin Covid-19

Keterbatasan dukungan sosial

Adapun penyebab kebosanan yang terjadi pada remaja yakni keterbatasan dukungan sosial, kurangnya kegiatan/aktivitas yang menstimulasi, dan tidak adanya variasi rutinitas.

"Bosan di masa pandemi pada remaja adalah hal wajar. Namun, reaksi menghadapi kebosanannya yang bisa wajar atau tidak wajar, efektif atau tidak efektif," lanjut dia.

Nael mengatakan, kebosanan yang tidak wajar dan tidak efektif merupakan sikap yang cenderung destruktif atau merusak.

Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia

Bahkan, sikap ini dapat merugikan orang lain.

Ia menegaskan, para remaja bukanlah anak-anak lagi.

Mereka bisa memilah mana yang aman dan keputusan seperti apa yang mereka ambil dan bagaimana dampak keputusan itu pada dirinya maupun ke orang lain.

Baca juga: WHO Rencanakan Persetujuan Beberapa Vaksin Covid-19, Apa Saja?

Self center

Tak hanya itu, Naekl mengungkapkan bahwa di dalam pikiran remaja, mereka cenderung fokus pada dirinya sendiri atau self center. Namun, ia menganggap kondisi ini sebagai "me me me generation".

Faktor lain yang menyebabkan remaja cenderung abai pada protokol kesehatan karena munculnya persepsi subyektif bahwa mereka sehat atau bahkan imun (kebal), termasuk keyakinan bahwa ini semua diatur oleh Tuhan.

Tak hanya itu, seorang remaja juga memiliki persepsi, dirinya sehat, dan juga mereka meyakini bahwa dirinya atau kelompok usianya cenderung tidak rentan terinfeksi virus corona dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

"Mereka over-confident tentang penilaian bahwa dirinya terproteksi, artinya tidak ada keluhan, sudah pakai masker, dan lainnya," lanjut Nael.

Baca juga: Seni Perlawanan Anak Muda di Balik Poster Lucu Pendemo

Perlunya kesadaran

Meski masyarakat golongan remaja dinilai aktif dan memiliki mobilitas yang tinggi, Nael megimbau kepada para remaja agar tetap mau mematuhi protokol kesehatan.

Supaya tetap mau mematuhi protokol kesehatan, Nael mengatakan, perlunya menekankan pada remaja bahwa manfaat terbesar dari mematuhi protokol kesehatan adalah untuk dirinya sendiri terlebih dahulu, bukan untuk orang lain.

Selain itu, remaja biasanya cenderung meniru atau bagaimana protokol kesehatan itu efektif jika ada gambaran dari sosok yang diidolakannya.

"Adanya ide/gambaran bahwa remaja yang keren/cool adalah yang tetap gaya, tapi juga mematuhi protokol kesehatan adalah penting sebagai inti pesan edukasi," ujar Nael.

"Maka, tampil tetap oke/kekinia meski dengan protokol kesehatan," lanjut dia.

Kendati demikian, salah satu edukasi yang ampuh untuk membuat remaja patuh pada protokol kesehatan yakni mengajak influencer.

Baca juga: Media Asing Soroti Raffi Ahmad yang Lepas Masker dan Tidak Jaga Jarak

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 9 Syarat Penerima vaksin Covid-19 di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi