Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IDI: Kematian Tenaga Medis Indonesia akibat Covid-19 Tertinggi di Asia, Tercatat 647 Meninggal

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT
Sebuah kalimat penyemangat tertulis di hazmat salah satu tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (26/1/2021). Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Pusat mengumumkan per Selasa (26/1) pukul 15.55 WIB, terdapat penambahan jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 13.094 orang sehingga total telah mencapai 1.012.350 kasus di Indonesia. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang terjadi di Indonesia turut merenggut nyawa para petugas kesehatan.

Sejak kasus pertama Covid-19 secara resmi diumumkan di Tanah Air pada Maret tahun lalu, sejauh ini terdapat 647 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid-19.

Data tersebut berdasarkan rangkuman Tim Mitigasi IDI dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (PATELKI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petugas medis dan kesehatan yang meninggal dunia terdiri dari 289 dokter (16 guru besar) dan 27 dokter gigi (3 guru besar), 221 perawat, 84 bidan, 11 apoteker, 15 tenaga laboratorium medik.

Sementara dokter yang wafat terdiri dari 161 dokter umum (4 guru besar), 123 dokter spesialis (12 guru besar), dan 5 residen yang berasal dari 26 IDI Wilayah (provinsi) dan 116 IDI Cabang (Kota/Kabupaten).

Baca juga: Pasien BPJS Disebutkan Diminta Bayar Obat Rp 229 Juta, Bagaimana Aturan Kemenkes?

Berikut rincian data berdasarkan provinsi:

Serta, terdapat 1 dokter yang masih dalam konfirmasi verifikasi.

Baca juga: [HOAKS] Dokter di Palembang Meninggal Dunia gara-gara Vaksin Covid-19

Kematian tenaga medis tertinggi di Asia

Menurut informasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), berdasarkan perbandingan statistik testing dan populasi, kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia dan masuk dalam tiga besar di seluruh dunia.

Tim Mitigasi PB IDI Dr Adib Khumaidi mengatakan, meski program vaksinasi sudah mulai dilakukan di hampir seluruh wilayah di Indonesia, hal ini hanya merupakan salah satu upaya pencegahan (preventif).

Ia menegaskan, pencegahan tidak akan berjalan maksimal apabila masyarakat tetap abai dalam menjalankan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan menghindari kerumunan.

Baca juga: WHO Rencanakan Persetujuan Beberapa Vaksin Covid-19, Apa Saja?

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga diminta untuk meningkatkan strategi testing secara serentak bagi seluruh lapisan masyarakat, sehingga dapat menentukan diagnosis dini dan tindakan segera bagi yang terkonfirmasi positif terpapar virus.

Menurut Adib, saat ini situasi penularan Covid-19 sudah tidak terkendali, terutama dikarenakan aktivitas mobilitas masyarakat semakin meningkat.

Ia menuturkan, testing, screening (penyaringan), tracing (penelusuran) dan evaluasi penyembuhan sangat diperlukan.

"Saat ini angka testing di Indonesia masih baru mencapai kurang dari 5 persen dari total populasi penduduk Indonesia," kata dia.

Sehingga, pemerintah setempat dan pengelola fasilitas kesehatan diimbau memberikan tes rutin untuk mengetahui status kondisi kesehatan terkini para pekerja medis dan kesehatan yang bertugas menangani pasien.

Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

Cuaca dan bencana

Terkait dengan perubahan cuaca dan maraknya bencana alam di Indonesia, Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia dr Mahesa Paranadipa Maikel memperingatkan perlunya antisipasi kondisi penumpukan pengungsi dari korban bencana alam.

Pihaknya meminta adanya keseriusan seluruh pihak dalam penanganan korban bencana alam dalam situasi pandemi dengan selalu memperhatikan protokol kesehatan.

"Hal ini untuk meminimalisir adanya penularan Covid terjadi di klaster pengungsian korban bencana alam," tuturnya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Pandemic Fatigue, Alasan Masyarakat Abaikan Protokol Kesehatan

Ia menjelaskan, protokol kesehatan di lokasi pengungsian bencana yang perlu diperhatikan oleh para pemangku kebijakan dan para relawan penanggulangan bencana serta masyarakat korban bencana antara lain:

  1. Pengaturan sirkulasi udara di lokasi penampungan pengungsi bencana alam tetap terjamin
  2. Penggunaan masker dan rajin mencuci tangan bagi semua lapisan juga harus tetap terjaga walaupun mungkin beberapa kondisi penjagaan jarak antara keluarga inti korban bencana mungkin sulit dihindari
  3. Tempat pengungsian sebaiknya berusaha menyediakan fasilitas tempat pencucian tangan yang disertai dengan sabun cuci tangan 
  4. BNPB atau BNPD harus bisa memfasilitasi pemeriksaan kesehatan atau pengawasan kesehatan di lokasi lokasi pengungsian, sehingga bila ada pengungsi yang mengalami gangguan kesehatan dapat segera diperiksa dan jika kondisi kesehatannya mengarah pada suspect covid maka harus dilakukan testing

"Sementara jika ada pengungsi yang didapati terkonfirmasi Covid-19 melalui PCR, maka harus segera dilakukan tracing (penelusuran) agar tidak terjadi penularan yang besar di klaster pengungsian dan penanganan pengungsi bisa berjalan dengan baik," imbuhnya.

Baca juga: Banjir di Indonesia, Benarkah karena Curah Hujan dan Cuaca Ekstrem?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 9 Syarat Penerima vaksin Covid-19 di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi