Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Tips Menjaga Privasi Data Tetap Aman dari Pakar Keamanan Siber

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/
Ilustrasi media sosial (ipopba)
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Era digital menyajikan keterbukaan dan kecepatan informasi melalui jaringan internet.

Sayangnya, kemudahan ini juga diimbangi dengan potensi ancaman privasi data pengguna internet yang semakin besar.

Padahal, privasi data pengguna merupakan satu hal yang sangat penting di era sekarang ini.

Baca juga: Heboh Muncul Pemberitahuan WhatsApp di Status Pengguna, Ada Apa?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai ekonomi data hingga keamanan negara

Pemerhati keamanan siber sekaligus staf engagement and learning specialist di Engage Media, Yerry Niko Borang mengatakan, data tersebut memiliki nilai ekonomi hingga pertahanan dan keamanan negeri.

"Bahaya penyalahgunaan data bisa merusak ekonomi, misalnya penjebolan akun bank pribadi hingga jebolnya sistem perbankan," kata Yerry kepada Kompas.com, Jumat (29/1/2021).

Data yang dicuri bahkan dapat memprediksi kecenderungan politik pemilih, misalnya merekayasa dan mendorong arah pilihan politik dalam pemilu.

Agar data tetap aman

Yerry menyebut beberapa cara yang bisa dilakukan agar privasi data tetap aman saat berselancar di internet.

Pertama, pengguna bisa membuat password yang lebih rumit, tapi tetap mudah diingat.

"Jangan menggunakan password dengan hal-hal yang dapat diidentifikasi," jelas dia.

Kedua, mengganti passowrd secara rutin setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali.

Ketiga, memakai keamanan berlapis, misalnya 2 faktor otentifikasi (2FA).

"Keempat hindari sebisa mungkin mengunjungi laman internet yang penuh resiko, semacam situs dewasa, permaninan online dan sebagainya," ujarnya.

Baca juga: 4 Pesan WhatsApp yang Dikirimkan lewat Status ke Pengguna, Ini Isinya

 

Aplikasi mencuri data pengguna

Dibandingkan 10-15 tahun lalu, kata Yerry, saat ini ada banyak peralatan atau software di internet untuk mengamankan diri.

Namun, ia juga memperingatkan adanya aplikasi yang justru bisa menjadi bumerang dan mencuri data pengguna.

Sementara itu mengenai keramaian akhir-akhir ini tentang keamanan WhatsApp, Yerry mempertanyakan banyak orang pindah ke aplikasi perpesanan Telegram.

Sebab, Telegram merupakan aplikasi perpesanan biasa yang tidak terenkripsi.

"Baru setelah secret chat dinyalakan (terenkripsi), beda dgn WA ato Signal. Group message-nya juga sama sekali tidak diproteksi," papar dia.

"Malah jauh riskan ketimbang WA. Saya mengajurkan Signal setidaknya," jelasnya.

Baca juga: Pengganti WhatsApp, Berikut 4 Aplikasi Pesan yang Lindungi Privasi

Status WhatsApp

Baru-baru ini WhatsApp mengirimkan pesan kepada para penggunanya melalui status. Ada 4 pesan yang dikirimkan WhatsApp terkait kebijakan terbarunya. 

Pesan pertama pada status tersebut meyakinkan penggunanya jika privasi akan masih terjaga. "Kami berkomitmen untuk privasi Anda".

Sementara tiga pesan lainnya menjelaskan WhatsApp tidak dapat membaca atau mendengarkan percakapan pribadi yang terenkripsi, tidak dapat melihat lokasi yang dibagikan, dan tidak membagikan kontak dengan Facebook.

Berikut bunyi ketiga pesan tersebut:

"WhatsApp tidak dapat membaca atau mendengarkan percakapan pribadi Anda karena terenkripsi end-to-end"

"WhatsApp tidak dapat melihat lokasi yang Anda bagikan"

"WhatsApp tidak membagikan kontak Anda dengan Facebook".

Baca juga: 5 Aplikasi Pesan Selain WhatsApp, Apa Saja?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi