Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingginya Kematian karena Covid-19 di Indonesia dan Penuhnya RS...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO
Warga melawat di pemakaman khusus Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Rabu (30/9/2020). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperluas lahan untuk pemakaman jenazah orang-orang yang meninggal dunia karena terkait dengan Covid-19 di Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Lahan diperluas karena jumlah jenazah yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 terus bertambah setiap hari.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Di beberapa daerah, ketersediaan ruang perawatan bagi pasien Covid-19 dan ruang ICU di rumah sakit-rumah sakit dilaporkan nyaris penuh.

Salah satu wilayah yang melaporkan penuhnya ruang-ruang perawatan pasien Covid-19 adalah DKI Jakarta. Di Ibu Kota, baik ruang perawatan maupun ruang ICU, kini sudah terisi sebanyak masing-masing 84 persen.

Akibat ruang-ruang perawatan yang penuh, banyak pasien Covid-19 yang membutuhkan penanganan medis terpaksa berkeliling ke sejumlah rumah sakit demi mendapat ruangan kosong, atau antre hingga ada ruang yang tersedia.

Tidak hanya di pihak pasien, pihak rumah sakit pun mengaku harus memilih di antara pasien-pasiennya, mana yang harus didahulukan mendapatkan ICU atau penanganan karena kapsitas yang terbatas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Satgas: Keterisian Tempat Tidur RS Covid-19 Mengkhawatirkan, DKI Lebih dari 80 Persen

Berbarengan dengan kondisi fasilitas layanan yang mulai kewalahan, angka kasus kematian Covid-19 di Indonesia juga menunjukkan peningkatan.

Hal ini bisa dilihat dari kurva kasus Covid-19 meninggal yang ditampilkan di laman covid19.go.id.

Peningkatan angka kematian setidaknya sudah terlihat sejak 4 hari terakhir, 24-28 Januari 2021.

Lalu, adakah keterkaitan antara kedua hal tersut? Apakah penuhnya ruangan perawatan yang tersedia di rumah sakit bagi pasien Covid-19 berkorelasi dengan peningkatan kematian yang terjadi?

Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada, Riris Andono, menilai, ada keterkaitan antara kedua hal ini.

"Betul (ada hubungannya), rumah sakit yang penuh membuat banyak penderita tidak mendapat perawatan segera sehingga tak jarang menyebabkan fatalitas)," kata Riris saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/1/2021).

Riris menyebutkan, hal ini memiliki andil yang besar terhadap terjadinya kasus kematian, apalagi jika kesulitan mendapatkan ruang perawatan itu terjadi pada mereka yang memiliki kondisi sedang hingga parah.

"Jelas besar (andilnya), terutama kasus-kasus yang moderate dan severe tentu akan semakin meningkat (potensi kematiannya) dengan peningkatan jumlah kasus," ujar dia.

Baca juga: Angka Kematian akibat Covid-19 Tinggi, Epidemiolog: Perlu Ada Strategi Jangka Panjang dan Pendek

Berhasil sembuh atau tidaknya Covid-19 pada seseorang, menurut Risis, sangat bergantung dari bagaimana pelayanan klinis yang didapatkan.

"Untuk kasus-kasus tersebut outcome penyakitnya sangat tergantung pada kualitas manajemen klinis yang didapatkan," kata dia.

Seharusnya lockdown

Dihubungi terpisah, pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman juga membenarkan apa yang disampaikan oleh Riris.

"Ini berkorelasi dengan turunnya (kapasitas) rumah sakit. Dua minggu ini banyak pemberitaan di media, kematian karena tidak tertangani, baik (terlalu lama menunggu) di IGD, atau tidak mendapat ICU, atau di perjalanan (tidak kunjung mendapatkan rumah sakit)," ujar Dicky.

Dengan kondisi seperti ini, Dicky menyebutkan, sudah tidak ada pilihan lain bagi Indonesia.

Pemerintah seharusnya segera memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sesuai dengan regulasinya.

"Dengan penuhnya rumah sakit, kita itu ya memang harus PSBB (yang tidak setengah-setengah dan dilakukan sesuai regulasi), PSBB-nya itu ya lockdown. Memang situasinya sudah berat," ujar dia.

Upaya pemberlakuan PSBB itu juga harus dibarengi dengan penguatan upaya 3T dan 3M dari pemerintah dan masyarakat.

Jika upaya ini tidak juga diambil, Dicky khawatir pandemi ini tidak hanya akan berdampak pada aspek kesehatan dan ekonomi masyarakat,

"Tapi juga trust publik makin menurun, mengganggu semua strategi, mau itu vaksinasi atau yang lain, keberhasilannya akan terpengaruh," ujar Dicky.

Ia juga sangat mengkhawatirkan terjadinya strain baru virus corona di Indonesia yang akan semakin memperburuk kondisi.

"Yang paling saya khawatirkan adalah timbulnya strain baru made in Indonesia yang akan memperburuk situasi. Dan itu masalah waktu (saja) kalau (pandemi) sudah tidak terkendali," kata Dicky.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Macam-macam Penularan Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi