Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Corona Dunia 30 Januari: 102 Juta Kasus Covid-19 | Pesan WHO soal Pasokan Vaksin

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/FAUZAN
Sejumlah warga negara asing (WNA) dengan menggunakan baju hazmat tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (2/1/2021). Guna mencegah masuknya varian baru virus corona, Pemerintah Indonesia melarang seluruh WNA masuk wilayah Indonesia mulai 1 Januari hingga 14 Januari 2021 kecuali WNA yang memegang visa diplomatik, visa dinas yang terkait kunjungan resmi pejabat asing setingkat menteri ke atas, pemegang izin tinggal diplomatik dan izin tinggal dinas serta pemegang Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) dan Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP). ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Penyebaran virus corona di dunia masih terus bertambah dari hari ke harinya.

Melansir data dari laman Worldometers, hingga Sabtu (30/1/2021) pagi, total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 102.554.468 (102 juta) kasus.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 74.255.673 (74 juta) pasien telah sembuh, dan 2.213.595 orang meninggal dunia.

Kasus aktif hingga saat ini tercatat sebanyak 26.081.503. RInciannya, 25.975.773 pasien dengan kondisi ringan dan 109.427 dalam kondisi serius.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Tim WHO Mulai Turun ke Lapangan untuk Selidiki Asal-Usul Virus Corona

Berikut 10 negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak:

  1. Amerika Serikat: 26.477.368 kasus, 446.694 orang meninggal, total sembuh 16.168.522
  2. India: 10.727.240 kasus, 154.069 orang meninggal, total sembuh 10.399.560
  3. Brazil: 9.119.477 kasus, 222.775 orang meninggal, total sembuh 7.960.643
  4. Rusia: 3.813.048 kasus, 72.185 orang meninggal, total sembuh 3.255.462
  5. Inggris: 3.772.813 kasus, 104.371 orang meninggal, total sembuh 1.673.936
  6. 6. Perancis: 3.153.487 kasus, 75.620 orang meninggal, total sembuh 223.174
  7. 7. Spanyol: 2.830.478 kasus dan 58.319 orang meninggal
  8. 8. Italia: 2.529.070 kasus, 87.858 orang meninggal, total sembuh 1.973.388
  9. 9. Turki: 2.464.030 kasus, 25.736 orang meninggal, total sembuh 2,348,309
  10. 10. Jerman: 2.207.393 kasus, 57.052 orang meninggal, total sembuh 1.898.900. 

Indonesia

Kasus virus corona di Indonesia tercatat juga mengalami peningkatan, baik dari jumlah kasus, sembuh, maupun yang meninggal dunia.

Hingga Jumat (29/1/2021) pukul 12.00 WIB, kasus positif Covid-19 bertambah sebanyak 13.802. Sehingga jumlahnya saat ini menjadi 1.051.795 orang.

Untuk kasus sembuh ada penambahan sebanyak 10.138 orang.

Penambahan itu menjadikan total pasien yang telah sembuh menjadi 852.260 orang.

Namun, pasien yang meninggal dunia karena infeksi Covid-19 ini juga ikut bertambah sebanyak 187 orang. Oleh karena itu, jumlah pasien yang meninggal dunia kini jumlahnya menjadi 29.518 orang.

Baca juga: Mengapa Kasus Covid-19 di Indonesia Bisa Tembus 1 Juta? Ini Kata Epidemiolog

WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa para produsen vaksin bekerja tanpa henti untuk mengisi kekurangan pasokan di negara-negara yang berjuang menangani pandemi Covid-19 dan mendesak mereka untuk bersabar menunggu pengiriman.

"Solidaritas tidak selalu berarti bahwa setiap negara di dunia mulai (memvaksinasi) pada saat yang sama. Pemahaman yang baik adalah bahwa tidak ada yang aman sebelum semua orang aman," kata Direktur WHO Eropa Hans Kluge, dikutip dari Reuters, Kamis (28/1/2021).

Saat ditanya tentang penundaan upaya percepatan vaksin Pfizer dan AstraZeneca untuk pasien di 27 negara Uni Eropa (EU), Kluge mengatakan pemerintah dan produsen harus bekerja sama untuk mengatasi "masalah yang berkaitan dengan produk baru" dalam peluncuran vaksin.

"Kenyataannya adalah ada kekurangan vaksin. (Tetapi) kami tidak meragukan bahwa produsen dan produsen bekerja 24 jam selama tujuh hari untuk menjembatani celah, dan kami yakin penundaan yang kami lihat sekarang akan diganjar dengan produksi ekstra di masa depan," ujar dia.

Baca juga: WHO Merilis Pedoman Baru untuk Merawat Pasien Covid-19, Apa Saja?

Kanada

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mengumumkan pembatasan yang lebih ketat untuk para pelancong sebagai tanggapan terhadap varian baru Covid-19 yang kemungkinan lebih menular.

Melansir Al Jazeera, Jumat (29/1/2021), para pelancong diwajibkan untuk melakukan karantina mandiri di hotel dengan biaya sendiri ketika mereka tiba di Kanada.

Trudeau juga mengumumkan, akan menangguhkan layanan maskapai penerbangan ke Meksiko dan semua tujuan Karibia hingga 30 April.

Dia menambahkan, selain tes pra-boarding yang sudah diwajibkan Kanada, pemerintah akan melakukan pengujian PCR test wajib di bandara untuk orang-orang yang kembali ke Kanada.

"Wisatawan kemudian harus menunggu hingga tiga hari di hotel yang disetujui untuk hasil tes mereka dengan biaya sendiri. Mereka yang hasil tesnya negatif dapat dikarantina di rumah dengan pengawasan dan penegakan yang meningkat secara signifikan," ujar Trudeau.

Baca juga: Kanada dan Sederet Negara yang Akan Gratiskan Vaksin Covid-19

Bolivia

Masih dari sumber yang sama, para dokter di Bolivia menuntut dilakukan penguncian nasional dan mengancam akan berhenti menerima pasien baru karena lonjakan kasus Covid-19.

Pasalnya, lonjakan kasus Covid-19 tersebut menurut mereka menewaskan rata-rata satu orang petugas medis per hari dan membuat rumah sakit semakin kewalahan.

Berdasarkan data dari Worldometers, Sabtu (30/1/2021) pagi, terdapat 2.652 kasus baru Covid-19 yang dilaporkan di Bolivia.

Serikat pekerja kesehatan dan dokter menuntut agar Presiden Luis Arce kembali melakukan penguncian sampai gelombang Covid-19 saat ini atau yang kedua kalinya di Bolivia dapat berlalu.

Akan tetapi, Pemerintah Bolivia memiliki pandangan lain karena dengan melakukan penguncian, dapat "lebih merusak" ekonomi.

Presiden Luis Arce mengungkapkan, dengan datangnya vaksin asal Rusia, Sputnik, dapat membantu Bolivia "bernafas sedikit lebih mudah".

Baca juga: Pandemi Virus Corona dan Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Moderna di AS...

Thailand

Vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca dan Oxford University yang diproduksi di Thailand akan siap digunakan untuk vaksinasi massal pada Juni 2021.

Hal tersebut dikatakan Kepala Institut Vaksin Nasional Nakorn Premsri, Jumat (29/1/2021).

Menurut Nakorn, Thailand dapat memproduksi kurang lebih 18 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca tiap bulannya.

Namun, sejauh ini belum jelas berapa banyak vaksin yang akan disalurkan ke rakyat Thailand dan berapa yang akan diekspor ke negara-negara di Asia Tenggara, mengingat mereka telah meneken kontrak pembelian vaksin dengan AstraZeneca.

AstraZeneca Plc tengah menghadapi banyak kritik karena kurang transparan dan lambat mengirim vaksin Covid-19 ke negara-negara penerima.

Strategi pengadaan vaksin di Thailand bergantung pada persediaan vaksin Covid-19 AstraZeneca yang diproduksi oleh Siam Bioscience, yakni perusahaan induk biofarmasi yang dimiliki oleh Raja Thailand.

Baca juga: India Setujui Penggunaan Vaksin AstraZeneca dan Buatan Dalam Negeri

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi