Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Etika Medis Vaksinasi, Begini Penanganan Negara Tempat Uji Coba Vaksin

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/PalSand
Ilustrasi vaksin Covid-19, uji vaksin Covid-19 pada varian virus corona Afrika Selatan. Novovax dan Johnson & Johnson ujikan vaksin virus corona pada varian baru virus corona Afrika Selatan, hasilnya efikasi vaksin kurang efektif.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebagian besar negara telah menjalankan program vaksinasi Covid-19 untuk warganya. Lalu, bagaimana kondisi negara yang menjadi tuan rumah uji vaksin Covid-19?

Diketahui, ada sejumlah negara yang menjadi tempat uji coba vaksin virus corona.

Dalam proses pengembangan vaksin di masa pandemi, ada istilah etika medis.

Seorang ahli etika medis dan penulis, Harriet Washington, menjelaskan, negara memiliki risiko lebih tinggi, dengan terobosan penanganan medis yang kurang memadai.

“Ada ketidakadilan yang melekat yang berulang di setiap epidemi. Itu adalah pola yang konsisten," kata Harriet dikutip dari The Intercept, 31 Desember 2020. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

 

Belum lama ini, Covid Performance Index menunjukkan peringkat kinerja negara-negara dalam menangani pandemi Covid-19

Di negara berkembang, indeks penanganan pandeminya lebih rendah. Meski ribuan warga negaranya telah berjasa dalam pengembangan vaksin Covid-19.

Sebagai contoh, CEO Pfizer Albert Bourla memberi ucapan terima kasih pada hampir 44.000 orang yang tanpa pamrih berpartisipasi dalam uji coba vaksin.

Melalui laman resmi Pfizer, penelitian vaksin Covid-19 Pfizer dilakukan di Argentina, Afrika Selatan, Brazil, Jerman, dan Turki serta Amerika Serikat (AS).

Ucapan tersebut disampaikan pada 9 November 2020, bertepatan dengan pengumuman efektivitas Pfizer yang lebih dari 90 persen.

The Intercept memperkirakan, penjualan vaksin Covid-19 dapat mencapai 100 miliar dolar AS.

Akan tetapi, negara seperti Afrika Selatan, Brazil, Argentina, dan Turki harus puas dengan rasa terima kasih Pfizer.

Lantas, bagaimana kondisi negara-negara yang menjadi tuan rumah uji coba vaksin?

Afrika Selatan

Lebih dari sepertiga kasus Covid-19 di benua Afrika, terjadi di Afrika Selatan.

Berdasarkan data Wordometers, hingga Minggu (31/1/2021) pukul 17.00 WIB, jumlah kasus Covid-19 di Afrika Selatan tercatat 1.449.236 kasus, dengan total kematian 43.951. Adapun indeks penanganannya, ada di urutan 82.

Dilansir dari BBC, Jumat (29/1/2021), Menteri Kesehatan Zweli Mkhize mengatakan, dia berharap vaksin gelombang pertama tiba di negara itu pada 1 Februari, dengan distribusi vaksin mulai 10-14 hari kemudian.

Vaksin Pfizer dari BioNTech, menurut Mkhize, tidak akan sesuai untuk vaksinasi massal, terutama untuk daerah pedesaan terpencil, karena persyaratan penyimpanannya -70 derajat Celcius.

Selain Pfizer, Afrika Selatan juga menjadi tuan rumah uji coba vaksin Oxford AstraZeneca/

Adapun Pfizer menawarkan penjualan vaksin ke Afrika Selatan dengan potongan harga 50 persen, sehingga harganya 10 dolar Amerika per suntikan. Akan tetapi, harga tersebut dinilai masih terlalu mahal.

Baca juga: Data Terbaru Menunjukkan Vaksin Covid-19 Efektif untuk Varian Baru Afrika Selatan

Brazil

Berdasarkan data Worldometers, hingga Minggu (31/1/2021) pukul 17.00 WIB, jumlah kasus Covid-19 di Brazil tercatat 9.176.975 kasus, dengan total kematian 223.971 kasus. Adapun indeks penanganannya, ada di urutan paling akhir, yaitu 98.

Dilansir dari Reuters, Presiden Brazil Jair Bolsonaro telah memesan bahan untuk 100 juta suntikan vaksin, yang akan diproduksi oleh Fiocruz.

Bolsonaro sempat menjadi sorotan karena terinfeksi Covid-19 dan menyatakan menolak vaksinasi. 

Adapun laporan The Independent, pada 7 Desember 2020, mencatat, orang di Kota Rio dan São Paulo, Brazil yang berminat pada vaksinasi Covid-19 hanya 72 persen. Jauh dari minat vaksinasi wajib yang selama ini disuntikan pada anak, yaitu sebesar 97 persen.

Padahal, vaksinasi Covid-19 tidak seperti menjalankan program vaksinasi anak, tetapi lebih mirip dengan upaya imunisasi flu musiman.

Keadaan ini diperparah dengan kondisi sebagian besar negara berpenghasilan rendah tidak memiliki cukup klinik atau basis data untuk menjangkau masyarakat berisiko tinggi.

Baca juga: Brazil Setujui Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Produksi Sinovac dan Oxford

Argentina

Berdasarkan data Worldometers, hingga Minggu (31/1/2021) pukul 17.00 WIB, jumlah kasus Covid-19 di Brazil tercatat 1.922.264 kasus, dengan total kematian 47.931 kasus.

Pada 24 Desember 2020, Reuters melaporkan Argentina mendatangkan 300.000 dosis vaksin Sputnik V pertama dari Rusia.

Argentina menjadi negara ketiga yang menyetujui vaksin Sputnik V, setelah Rusia dan Belarusia. Sampai saat ini kritikus dari Argentina maupun di luar negeri telah mempertanyakan kemanjuran vaksin, efek samping dan transparansi hasil uji coba.

Selain Sputnik V, Argentina juga telah menyetujui vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh Pfizer dan BioNTech.

Turki

Berdasarkan data Worldometers, hingga Minggu (31/1/2021) pukul 17.00 WIB, jumlah kasus Covid-19 di Brazil tercatat 2.470.901 kasus, dengan total kematian 25.865 kasus. Adapun indeks penanganannya, ada di urutan paling akhir, yaitu 74.

Meski terlibat dalam uji coba Pfizer, Turki memakai vaksin Sinovac dari China. Dilansir dari Reuters, program vaksinasi nasional sejauh ini telah diberikan kepada lebih dari 250.000 petugas kesehatan.

Sebuah riset dari Duke University di AS, memetakan komitmen vaksinasi di sejumlah negara.

Dari riset tersebut, menunjukkan bahwa selain negara-negara terkaya, ada sejumlah negara kurang mampu yang telah mengonfirmasi kesepakatan vaksinasi.

Akan tetapi, di antara negara-negara yang memiliki lebih dari satu juta kasus, selain Afrika Selatan, masih ada negara lain yang belum mulai vaksinasi seperti Kolombia, Peru, Ukraina, dan Iran.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 6 Vaksin Covid-19 yang Ditetapkan untuk Vaksinasi di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi