Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strain Baru Virus Corona Bermunculan, Apa yang Membuatnya Terbentuk?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL
Ilustrasi virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Peneliti kembali buktikan efek virus corona pada otak yang dapat menyebabkan efek kognitif, kabut otak hingga kelelahan.(SHUTTERSTOCK/creativeneko)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pandemi virus corona belum juga berakhir. 

Sejak pertama kali terdeteksi di Wuhan, China pada Desember 2019 silam, virus yang diketahui menyerang saluran pernapasan tersebut terus mengalami mutasi dan menjadi strain virus baru.

Adanya mutasi tersebut membuat sifat dan karakteristiknya berbeda dari virus induknya.

Baca juga: Epidemiolog: Sudah Ada 40.000-an Mutasi SARS-CoV-2 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada yang disebutkan lebih cepat menular, ada yang memiliki tingkat keganasan lebih lemah dan sebagainya.

Misalnya strain baru virus corona yang ditemukan di Inggris, Jepang, Afrika Selatan, dan Brasil.

Strain baru virus ini juga ternyata bisa terjadi di mana saja, termasuk di Indonesia.

Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, varian baru virus corona di Inggris atau VOC 202012/01 telah terdeteksi di 60 negara.

Melansir AFP melalui The Guardian, Rabu (20/1/2021), dibandingkan minggu lalu, jumlah tersebut bertambah 10 negara.

Strain baru virus corona di Inggris, pertama kali terdeteksi pada pertengahan Desember, oleh WHO diperkirakan antara 50 dan 70 persen lebih menular daripada aslinya.

Baca juga: Studi Ungkap Alasan Mengapa Varian Baru Covid-19 Inggris Lebih Menular

Hanya masalah waktu

Ini yang menjadi perhatian sekaligus kekhawatiran pakar epidemiologi Indonesia dari Griffith University, Dicky Budiman.

"Yang paling saya khawatirkan adalah timbulnya strain baru made in Indonesia yang akan memberburuk situasi pandemi di Indonesia," kata Dicky, kepada Kompas.com, baru-baru ini.

Hal itu ia kemukakan ketika membahas penuhnya fasilitas rumah sakit di sejumlah kota di Indonesia saat jumlah kasus infeksi terus meningkat, sehingga menimbulkan tingginya angka kasus kematian.

Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?

Dicky bahkan menyebut, munculnya strain virus baru di Indonesia ini bukan lagi masalah akan muncul atau tidak. Jawabannya adalah iya, akan terjadi.

"Dan itu (hanya) masalah waktu," jawabnya singkat.

Lalu apa saja yang menyebabkan strain baru virus semacam ini bisa muncul atau terbentuk?

Ia menjelaskan secara kronologis, mengapa strain baru ini muncul. Semua itu diawali dari kondisi pandemi yang tidak terkendali.

Baca juga: 5 Bisnis Rumahan yang Menjanjikan di Masa Pandemi Covid-19

Lebih merugikan bagi manusia

Di saat penanganan dan penyebaran virus tidak lagi sebanding, maka banyak pihak akan kewalahan. Di sanalah akan semakin banyak terjadi infeksi.

"Semakin banyak orang terinfeksi, artinya semakin banyak virus. Semakin banyak virus menginfeksi manusia artinya dia semakin banyak yang bereplikasi di dalam tubuh manuusia," jelas Dicky.

"Semakin dia sering dia bereplikasi, ya itu terjadi mutasi itu, lebih cepat," lanjutnya.

Baca juga: Menilik Varian B117, Mutasi Virus Corona yang Diyakini Lebih Mudah Menular

Dari setiap mutasi yang terjadi, imbuhnya memang tidak semua menghasilkan strain yang lebih merugikan bagi manusia.

Namun di antara sekian banyak strain yang terbentuk, Dicky meyakini pasti ada di antaranya yang menimbulkan kerugian bagi manusia.

"Dan dari sekian ribu itu akan ada 1 atau 2 yang merugikan. Lebih efektif (penyebarannya), mungkin bisa lebih menyebabkan keparahan (gangguan kesehatan), kematian, dan sebagainya," pungkas dia.

Baca juga: 60 Negara Melaporkan Strain Baru Virus Corona Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 6 Gejala Covid-19 yang Berdampak pada Jantung

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi