Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Orang Percaya Khasiat Rendaman Meteorit?

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Humas Itera Lampung
Batu meteorit yang menghantam rumah warga di Lampung Tengah. Peneliti Itera Lampung memastikan batu itu adalah pecahan meteor yang masuk atmosfer bumi.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebongkah batu jatuh di rumah Munjilah, Dusun 5 Astomulyo, Desa Mulyodadi, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah, Kamis (28/1/2021). Sejumlah warga mengambil air rendaman batu yang diketahui meteorit itu dan meminumnya.

Diberitakan Kompas.com, Minggu (31/1/2021), Kepala Dusun 5 Astomulyo, Edi Kurniawan membenarkan adanya sejumlah warga yang sempat mengambil air rendaman batu itu. Mereka menganggap batu tersebut berkhasiat sebagai alat pengobatan.

Peneliti dari Observatorium Astronomi Itera Lampung (OAIL) Robiatul Muztaba mengkonfirmasi bahwa benda yang jatuh di rumah Munjilah adalah batu meteorit.

"Benar, itu adalah batu sisa meteorit yang masuk ke bumi. Ada sejumlah ciri yang sesuai dengan benda antariksa," kata Robiatul, mengutip Kompas.com, Jumat (30/1/2021) malam.

Ia pun menimbau warga untuk tidak meminum rendaman batu meteroit tersebut, karena berbahaya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di media sosial, fenomena ini mengingatkan warganet pada fenomena Ponari pada 2009 lalu. Seorang bocah cilik dengan 'batu ajaib'-nya yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Lebih dari satu dekade telah berlalu, mengapa sampai saat ini masih ada orang yang percaya dengan khasiat batu ajaib?

Baca juga: Dianggap Bernilai Tinggi, Batu Meteorit di Lampung Tengah Akan Dijual

Akses kesehatan minim

Psikolog sosial dari Universitas Airlangga, Surabaya, Rizqy Amelia Zein menjelaskan, ada dua akar masalah dari fenomena ini. Pertama, persoalan struktural.

Yang paling dapat ditengarai dari kepercayaan masyarakat atas khasiat batu meteorit adalah minimnya fasilitas kesehatan (faskes).

"Untuk masyarakat di daerah terpencil, itu wajar. Karena akses layanan kesehatan tidak mereka dapatkan. Faskes (fasilitas kesehatan) jauh, butuh effort besar, belum tentu sembuh juga," kata Amel saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/2/2021).

Sebagai upaya untuk memperoleh kepastian kesehatan, masyarakat lebih memilih pengobatan alternatif meskipun caranya tidak rasional.

Amel mencontohkan persoalan struktural ini dengan kondisi masyarakat Tengger, Jawa Timur. Jarak rumah dari faskes di sana sejauh 30 kilometer, sementara penghasilan hariannya hanya Rp 50.000. Oleh karena itu, pengobatan alternatif jadi pilihan utama.

Aspek individu

Selain persoalan struktural, Amel menjelaskan, aspek berikutya yang memengaruhi adalah epistimological believe, yaitu kepercayaan individu berdasarkan pengetahuan yang diperoleh masyarakat.

Pengetahuan masing-masing individu berbeda. Hal ini memengaruhi kepercayaan setiap individu terhadap suatu hal.

Untuk kasus khasiat batu ini, menurut Amel, masyarakat lebih percaya pengetahuan dibangun dari kesaksian atau testimoni yang menyebar dari mulut ke mulut.

"Asal-usul pengetahuannya dari yang sederhana, dari mulut ke mulut, atau mencocokkan sesuatu yang sebenarnya tidak ada hubungannya," kata dia.

Adapun aspek individu lain dapat dipengaruhi oleh rasa percaya terhadap tenaga medis, serta kurangnya relevansi masyarakat dengan sains atau data ilmiah.

Amel menambahkan, kedua aspek baik struktural maupun individual berperan dalam suatu psikologi sosial.

"Enggak dipisahkan yang struktural, sama yang individual. Karena keduanya sama-sama berkontribusi," ujar Amel.

Baca juga: Rendaman Air Batu Meteorit di Rumah Muljinah Diburu, Ahli Ingatkan Hal Ini

Pengaruh budaya

Hal yang sama disampaikan psikolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Laelatus Syifa.

Ia menjelaskan, kepercayaan masyarakat terhadap batu bertuah, batu ajaib, dan sebagainya merupakan perilaku tahayul.

Ada faktor budaya yang memengaruhinya. Perilaku ini ada secara turun temurun, menjadi kebiasaan, sehingga sulit dihilangkan.

Hal inilah yang membuat tahayul dapat bertahan sampai era modern seperti sekarang.

Perilaku ini, menurut dia, muncul karena kebutuhan manusia untuk mendapat kepastian.

"Beberapa orang pada akhirnya bisa merasakan ketidakpastian. Sehingga, jalan short cut untuk keluar dari ketidakpastian tersebut dengan membuat kepercayaan yang menguntungkan mereka, sehingga percaya pada tahayul," kata Laelatus, saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/2/2021).

Ketidakpastian itu termasuk ketidakpastian masalah kesehatan karena mereka mencoba terbebas dari rasa cemas.

"Indonesia dekat dengan budaya mistis, magis, dan tahayul. Di luar negeri pun juga, banyak juga yang mereka dekat dengan budaya tahayul," tambah Laelatus.

Seperti disebutkan dalam jurnal yang diterbitkan International Meteor Organization, negara-negara di bagian Timur Eropa masih memegang kepercayaan masyarakat terhadap meteor.

Negara tersebut antara lain Balkan, Ceko, Estonia, Lithuania, Rusia, dan Ukraina. Dengan tahayul atau kepercayaan yang beragam.

Baca juga: Ramai Diburu Warga, Air Rendaman Batu Meteorit Bisa Picu Penyakit, Ini Penjelasan Ahli

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi