Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Akademisi
Bergabung sejak: 7 Okt 2019

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Musik dan Kritik Sosial

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Ilustrasi musik metal
Editor: Heru Margianto

SIAPA yang tidak menyukai musik? Hampir setiap hari kita mendengarkan musik dalam berbagai kesempatan. Kebanyakan orang menikmati musik untuk berbagai alasan, mulai dari hanya sekadar menghilangkan stres hingga mengisi waktu luang.

Sebagai salah satu artefak kultural non benda, musik merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban yang selalu tidak pernah lekang oleh waktu dan terus berevolusi seturut perkembangan zaman.

Musik melalui kekuatan liriknya memiliki kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, keindahan, serta pengalaman sosial pengarangnya sehingga tidak jarang orang yang menyukai lagu tertentu merasa bahwa ia memiliki kenangan tersendiri yang terwakili oleh lirik lagu tersebut.

Oleh karena itu, melalui lirik yang dilekatkan dalam sebuah lagu kita sebenarnya dapat membaca perilaku sosial secara psikologis serta fenomena sosial-budaya karena salah satu alasan mengapa suatu produk seni disukai masyarakat adalah bukan hanya keindahan bunyinya saja, tapi juga liriknya yang merepresentasikan suatu kondisi sosial tertentu. Ini sekaligus menjadi alasan kuat mengapa musik terus bertahan hingga saat ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sama halnya dengan karya sastra, lirik lagu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bahasa puisi, atau puisi pendek yang mengekspresikan emosi. Seperti termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 528), lirik lagu merupakan karya puisi yang dinyanyikan.

Bahasa pada lirik lagu mengikuti kaidah puisi yang memiliki unsur emotif melalui bunyi dan kata. Selain itu, untuk memperoleh kesan tertentu seperti puisi, bahasa lirik lagu juga bersifat ringkas dan sarat makna yang tampak dari kreativitas pemilihan diksi dari penyairnya.

Musik sebagai sarana kritik sosial

Terlepas dari kemampuannya untuk menghibur, musik juga dapat berbahaya dan bersifat politis-ideologis. Bagaimana bisa?

Melalui kekuatan diksi dalam liriknya, musik memuat agenda dan tujuan tertentu, bahkan ia bisa menjadi sarana kritik sosial.

Secara teoritis, musik merupakan salah satu wujud dari budaya populer, yang dalam bahasa Raymond Williams (1983), diproduksi sekaligus dikonsumsi oleh banyak orang.

Kemampuannya untuk menjangkau khalayak dengan cara yang cepat dan masif ini kerap dimanfaatkan oleh beberapa pelaku seni musik untuk menyampaikan pesan tertentu kepada pendengarnya.

Dominic Strinati (1995) dalam An Introduction to Theories of Popular Culture berpendapat bahwa budaya populer memiliki beragam definisi dan peran dalam kebudayaan. Salah satu yang menarik adalah ia memiliki peran ideologis yang secara potensial berperan sebagai salah satu bentuk kontrol sosial yang kerap digunakan oleh rezim politik sebagai salah satu strategi untuk mempertahankan kekuasaannya.

Namun, di sisi lain budaya populer juga memiliki potensi untuk melawan segala bentuk hegemoni karena dalam pandangan kritis. Barker (2004) mengatakan bahwa budaya populer merupakan arena persetujuan atau resistensi dalam perjuangannya melawan pemaknaan budaya (cultural meanings).

Artinya, segala bentuk perlawanan terhadap rezim kekuasaan atau hegemoni budaya dimungkinkan melalui budaya populer. Dalam hal ini, musik sebagai artefak budaya populer juga bisa bersifat ideologis dan hadir sebagai bentuk resistensi.

Iwan Fals dan perjuangan melawan rezim politik

Dalam konteks Indonesia kita dapat melihat bagaimana musik berperan sebagai sarana kritik sosial terhadap suatu rezim politik tertentu melalui karya-karya musisi legendaris Iwan Fals.

Siapa yang tidak mengenal Iwan Fals dan lagu-lagunya yang sangat populer di kalangan masyarakat pada era 70-an hingga saat ini. Selain kekuatan vokalnya yang khas, lirik dalam lagu-lagu Iwan Fals sarat akan kritik sosial terhadap rezim politik tertentu.

Sebagai seorang musisi, Iwan Fals dikenal sebagai seniman yang berani mengkritik rezim politik. Ia banyak mengkritik tentang budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme (terutama di era Orde Baru, bahkan hingga saat ini).

Iwan banyak mengkritik kebijakan rezim pemerintah yang kerap memprioritaskan pertumbuhan ekonomi namun abai terhadap distribusi ekonomi dan pemerataan kesejahteraan.

Kebijakan tersebut melahirkan kesenjangan sosial antara kelompok elite yang diuntungkan dan rakyat kecil yang tertinggal maupun ditinggalkan dalam proses pembangunan.

Ia juga banyak melemparkan sindiran kepada sejumlah konglomerat, pengusaha, birokrat, dan pejabat yang memanfaatkan kedekatannya dengan penguasa untuk menikmati kue pembangunan.

Hal ini mengakibatkan hidup rakyat kecil tertekan sehingga teori yang mengatakan bahwa kemakmuran di kalangan atas pada akhirnya akan mengalir ke bawah (trickle-down effect) dan dinikmati oleh kalangan bawah ternyata tidak terbukti.

Kekuatan liriknya yang mampu menyentuh hati berbagai kalangan masyarakat inilah yang membuatnya dikenal sebagai musisi istimewa yang dikenal mewakili suara rakyat kecil, mengingat pada zamannya tidak banyak seniman yang memiliki keberanian untuk mengkritik pemerintah.

Lagu-lagu Iwan Fals merupakan salah satu karya seni penting dalam sejarah musik Indonesia. Melalui lirik-liriknya yang kritis dan satir, ia banyak bercerita tentang kehidupan sosial kehidupan sosial di Indonesia pada tahun 1970-an.

Kebanyakan lagu-lagunya bertemakan kemanusiaan, kritik atas kinerja pemerintahan Orde Baru, dan ketidakadilan sosial yang merugikan rakyat baik secara moral maupun materi.

Selain musiknya tidak pernah lekang oleh waktu (all time hits), lirik yang termuat dalam lagu-lagu Iwan Fals sangat relevan dengan keadaan Indonesia, seperti Guru Oemar Bakri, Pesawat Tempurku, Aji Mumpung, Bento, dan masih banyak lagi 

Selain Iwan Fals, ada Guruh Soekarnoputra. Lagu gubahan Guruh yang sempat menjadi hits di era 80-an ini diarasemen ulang oleh musisi-musisi muda, Oni dan Ariel Nidji dan dinyanyikan kembali secara duet dengan Ubay Nidji pada tahun 2020.

Pesan dalam lagu ini bercerita tentang kritik terhadap kondisi sosial ketika banyak orang mengabaikan kejujuran demi mendapatkan keuntungan pribadi, seperti dalam potongan lirik berikut:

Di suatu zaman orang pada gila-gilaan
Saling cari kesempatan dalam kesempitan
Memupuk kekayaan, mengejar kedudukan
Berlomba mumpung ada kesempatan, kesempatan
Semua orang ingin mendapat kemuliaan
Sayang banyak yang telah melupakan kebajikan
Korbankan harga diri, menjadi lupa diri
Demi keuntungannya pribadi, pribadi
Tiada tempat bagimu, orang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur
Tiada tempat bagimu, orang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur

Pesan lagu sarat akan kritik terhadap kelompok penguasa yang memprioritaskan kepentingan pribadi dan kelompok serta memanfaatkan kesempatan serta kekuasaan yang dimilikinya untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Tema lagu ini juga bercerita tentang hiprokrasi kelompok elite penguasa yang mengabaikan kualitas diri yang positif seperti kemanusiaan, kejujuran, dan kerja keras yang seharusnya dimiliki oleh mereka yang memiliki kekuasaan untuk menjadi contoh kepada masyarakat.

***

Melalui lirik dalam lagu-lagu Iwan Fals, kita dapat melihat bahwa musik bukan hanya sekadar hiburan remeh-temeh yang dinikmati dalam waktu senggang saja, namun sebagai artefak budaya populer musik juga bisa digunakan untuk mengulirkan kritik sosial terhadap rezim politik yang telah menciptakan kesenjangan dan ketidakadilan sosial.

Kemampuannya untuk secara praktis menjangkau publik memungkinkan kelompok musisi sebagai agen sosial-budaya untuk menyampaikan pesan, edukasi, dan pengetahuan kepada masyarakat tentang segala bentuk hegemoni politik yang melahirkan ketidakadilan sosial, khususnya terhadap rakyat kecil sebagai kelompok yang lemah.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi