Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trainer bisnis
Bergabung sejak: 19 Feb 2018

Mitra Pengelola GALERIHC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di lilik@galerihc.com.

Sensus Penduduk dan Keterampilan SDM Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/RED MANGO
Ilustrasi pekerja milenial.
Editor: Heru Margianto

BADAN Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan hasil sensus penduduk 2020. Total ada dua ratus tujuh puluh juta dua ratus ribu penduduk Indonesia.

Generasi alfa - lazim disebut generasi Z - yang lahir pada1997 - 2012 menjadi penghuni paling banyak di republik dengan porsi 27,94 persen. Diikuti oleh generasi milenial kelahiran tahun 1981 - 1996 berjumlah 25,87 persen.

Pada urutan ketiga adalah generasi X yang lahir tahun 1965 - 1980, pada angka 21,88 persen. Baby boomer lahir antara 1946 - 1964 dengan jumlah 11,56 persen berada pada urutan keempat.

Disusul pada posisi kelima paska-generasi Z dengan anggotanya 10,88 persen. Posisi paling buncit diraih oleh generasi sebelum Indonesia merdeka, ada 1,87 persen.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komposisi penduduk berdasar pada generasi ini menjadi menarik. Usia kerja (produktif) yang dihuni oleh generasi X, sebagian baby boomer dan sebagian besar generasi milenial berjumlah mayoritas.

Sensus 2020 ini menjadi babak awal bernama bonus demografi, yaitu jumlah usia produktif melampaui usia non produktif. Bonus demografi terjadi apabila penduduk berumur produktif memiliki keterampilan yang dikehendaki oleh zamannya.

Berubah menjadi petaka demografi manakala penduduk berumur produktif justru tidak produktif karena tidak memiliki keterampilan. Pun bila lowong keterampilan dasar yang menjadikan mereka, minimal untuk dapat menghidupi dirinya sendiri.

Keterampilan sesudah pandemi

Konsultan ternama, McKinsey Global Institute merilis hasil penelitian menyoal keterampilan yang diperlukan hingga 2030. Rilis dikeluarkan sebelum pandemi, tepatnya pada 23 Mei 2018.

Ada lima jenis keterampilan yang diteliti, yaitu: fisik dan manual, kognitif dasar, kognitif lanjut (tingkat tinggi), sosial dan emosional, serta teknologi. Penelitian membandingkan kebutuhan kelima keterampilan tersebut pada 2002 hingga 2016 dan 2016 hingga 2030. Akibat pandemi diperkirakan terjadi percepatan perpindahan keterampilan, maju lima tahun.

Keterampilan fisik dan manual, selaras dengan namanya fokus pada kemampuan motorik yang menuntut stamina, kekuatan dan kinerja fisik lainnya. Pada 2002 keterampilan fisik dan manual berada pada angka 33 persen jam kerja pada rata-rata jenis pekerjaan. Turun menjadi 31 persen pada 2016 dan turun lagi jadi 26 persen di 2030.

Dari 2016 sampai 2030 keterampilan fisik dan manual mengalami penurunan sebanyak 11 persen dari total jam kerja.

Keterampilan kognitif dasar juga mengalami penurunan fungsi. Keterampilan ini bermain pada kemampuan dalam melakukan konstruksi proses berpikir, kreativitas, termasuk pemecahanan masalah dan pengambilan keputusan yang sifatnya masih dasar dan sederhana.

Pada 2002 keterampilan kognitif dasar mengambil porsi 20 persen pada total jam kerja, turun ke 18 persen di 2016 dan menjadi 15 persen pada 2030. Dari 2016 ke 2030 terjadi penurunan 14 persen dari jam kerja.

Keterampilan kognitif lanjut (tingkat tinggi) bisa dikatakan stabil. Pada 2002 mengambil porsi 21 persen jam kerja, Pada 2016 dan 2030 menjadi 22 persen.

Menarik ketika zaman serba digital dan hampir semua ranah kehidupan terhubung dalam jejaring internet, justru keterampilan sosial dan emosional mengalami kenaikan cukup signifikan.

Inti dari keterampilan ini adalah respek dan memanusiakan manusia lain. Pada 2002 keterampilan sosial dan emosional prosentasenya 17 persen. Naik menjadi 18 persen di 2016 dan berubah menjadi 21 persen di 2030.

Artinya dari 2016 ke 2030, keterampilan sosial dan emosional mengalami peningkatan 26 persen dari total jam kerja.

Keterampilan paling mencolok perubahannya adalah keterampilan teknologi. Jika pada 2002 keterampilan teknologi hanya diperlukan sebanyak 9 persen dari empat keterampilan lainnya, maka pada 2016 berubah menjadi 11 persen.

Kemudian melonjak menjadi 16 persen pada 2030. Artinya dari 2016 ke 2030 keterampilan teknologi mengalami perubahan sebesar 60 persen. Perubahan prosentase paling tinggi dibanding empat keterampilan lainnya.

Komposisi penduduk

Usia produktif manusia Indonesia, yaitu gabungan generasi X dan milenial, ditambah sebagian generasi baby boomer dan generasi Z, dapat dipastikan jumlahnya mendekati 70 persen. Komposisi yang ideal untuk membawa Indonesia berlari lebih kencang dibanding era sebelumnya. Hanya saja, komposisi ideal ini perlu didukung dengan keterampilan yang ideal juga.

Keterampilan yang diperlukan pada dunia kerja - apapun jenis pekerjaannya - tetap mengerucut pada lima keterampilan seperti dirilis oleh McKinsey. Berdasar urutan prosentase, keterampilan fisik dan manual menduduki tempat teratas, yaitu 26 persen. Disusul berturut-turut adalah kognitif tingkat lanjut (22 persen), sosial dan emosional (21 persen), teknologi (16 persen) dan kognitif dasar (15 persen).

Dari jumlah prosentase peningkatan dari tahun 2016 ke 2030, maka keterampilan teknologi meningkat paling tinggi, sebesar 60 persen. Disusul keterampilan sosial dan emosional sebanyak 26 persen.

Keterampilan fisik dan manual justru mengalami penurunan, yaitu 11 persen walaupun tetap pada posisi paling tinggi yang diperlukan dalam bekerja, Sementara keterampilan kognitif dasar turun curam sebesar 14 persen.

Akibat pandemi terjadi percepatan perubahan fungsi keterampilan ini. Keterampilan teknologi dan kognitif tingkat lanjut menjadi garda depan untuk menghadapi aneka disrupsi.

Tentu dibarengi dengan keterampilan sosial dan emosional, karena disrupsi pada semua ranah kehidupan akibat pandemi, hanya bisa disiasati dengan modal sosial yang kuat. Respek, apresiasi dan guyub kepada sesama merupakan wujud dari modal sosial ini.

Hasil pengukuran Indeks Modal Sosial 2017 menunjukkan Indonesia memiliki poin 47,86. Angka tersebut menggambarkan bahwa kondisi modal sosial masyarakat Indonesia tergolong baik untuk dijadikan modal pembangunan (Prof Candra Fajri Ananda PhD, 2020).

Artinya keterampilan sosial dan emosional bagi SDM Indonesia lebih dari cukup untuk menuntaskan pekerjaan dan tanggungjawabnya.

Menjadi pekerjaan rumah apabila menyoal tentang keterampilan teknologi dan kognitif tingkat lanjut. Belum ada pengukuran pastinya terhadap SDM Indonesia menyoal dua keterampilan ini.

Namun meminjam laporan Programme for International Student Assessment ( PISA) untuk Indonesia pada 2018, terlihat bahwa hasilnya memprihatinkan. Pengukuran PISA untuk mengukur kinerja siswa pendidikan menengah, terutama pada tiga bidang utama, yaitu matematika, sains, dan literasi.

Skor PISA Indonesia untuk matematika di angka 379 dan sains di 396. Ini adalah skor yang rendah. Sebagai pembanding rerata skor PISA negara peserta untuk matematika dan sains 489. China dan Singapura menempati peringkat tinggi dengan skor 591 dan 569. (Kompas.com, 4/12/2019).

Jika SDM Indonesia benar-benar menjadi bonus demografi, alhasil meningkatkan keterampilan teknologi dan kognitif tingkat lanjut menjadi tidak terelakkan. Tidak harus segera menjadi tinggi dalam jangka pendek ini.

Pada posisi menengah sudah lebih dari cukup bagi SDM Indonesia untuk berkinerja produktif karena mereka memiliki keterampilan sosial dan emosional yang tinggi.

Tiga pihak, yaitu pemerintah, kampus (sekolah) dan tempat kerja perlu bersinergi lebih erat lagi untuk meningkatkan keterampilan teknologi dan kognitif tingkat lanjut bagi SDM Indonesia.

Dengan demikian bonus demografi benar-benar menjadi bonus bukan sekedar alamiah karena komposisi penduduk. Lebih dari itu, karena penduduk diusia produktif memiliki keterampilan yang relevan dengan zamannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi