Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Banjir Darah Terjadi di Pekalongan, Jawa Tengah

Baca di App
Lihat Foto
FACEBOOK
Tangkapan layar video disertai dengan narasi yang menyebut terjadi banjir darah di Pekalongan, Jawa Tengah.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Di media sosial Facebook, tersebar video disertai dengan narasi yang menyebutkan terjadi banjir darah di Pekalongan, Jawa Tengah.

Beredarnya informasi itu tak lama selepas Kota Batik tersebut dilanda banjir yag terjadi pada Sabtu (6/2/2021).

Dalam video dan gambar yang tersebar, tampak air banjir berwarna merah seperti warna darah.

Dari penelusuran yang dilakukan tim Cek Fakta Kompas.com, informasi banjir darah di Pekalongan adalah tidak benar. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warna merah dalam banjir di Pekalongan bukan berasal dari darah, melainkan dari obat batik yang hanyut terbawa banjir dan pembungkusnya sobek sehingga menyebabkan air banjir berwarna merah.

Narasi yang beredar

Diketahui, sejumlah akun di media sosial Facebook mengunggah informasi yang menyatakan banjir darah di Pekalongan.

Salah satunya, adalah pemilik akun Facebook Achmat Faesol yang mengunggah video banjir berwarna merah disertai narasi terjadi banjir darah di Pekalongan.

"Banjir darah...di pekalongan," tulis Achmat Faesol, Sabtu (6/2/2021).

Berikutnya, adalah akun Facebook Kartika Putri yang juga mengunggah video banjir berwarna merah.

Selain itu, dia juga menuliskan narasi di daerah Pekalongan terjadi banjir darah.

"td pagi di pekalongan banjir darah lurrr," tulisnya, Sabtu (6/2/2021).

Penelusuran Kompas.com

Setelah dilakukan penelusuran oleh tim Cek Fakta Kompas.com, informasi yang menyebut terjadi banjir darah di Pekalongan adalah tidak benar.

Faktanya, warna merah air banjir itu berasal dari obat batik yang bungkusnya sobek sehingga tumpah terbawa banjir.

Terungkapnya hal itu seperti dijelaskan dalam artikel berjudul "Polresta Pekalongan amankan barang penyebab banjir warna merah" yang dimuat di Antara, Sabtu (6/2/2021).

Polres Pekalongan Kota, mengamankan pembungkus sisa obat batik yang menyebabkan air banjir berwarna merah pekat menggenangi permukiman warga di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Sabtu (6/2/2021).

Kapolres Pekalongan Kota AKBP Mochammad Irwan Susanto, mengatakan air banjir yang berwana merah pekat tersebut disebabkan obat batik yang dibungkus dalam plastik sobek, dan terbawa air banjir.

"Air genangan banjir itu disebabkan karena ada obat batik berwarna merah berasal dari industri rumah batik yang hanyut terbawa banjir. Kemudian, plastik pembungkus obat batik itu sobek sehingga menyebabkan air banjir di wilayah itu ikut berwarna merah," kata dia.

Irwan yang didampingi Kapolsek Pekalongan Selatan Kompol Basuki Budisantosa mengatakan, obat batik yang dibungkus dalam plastik itu disimpan di tempat produksi batik namun tidak diketahui jika obat batik itu hanyut terbawa air banjir.

"Juragan (pemilik) batik kebetulan tidak mengecek tempat produksi batik karena banjir dan memang tidak ada aktivitas membatik. Obat batik itu ada yang hanyut," ungkap Irwan.

Menurut dia, polisi sudah mengamankan barang bukti sisa obat batik yang hanyut itu, yaitu sekitar 1 kilo gram.

Sementara ini, polsek belum menemukan bukti adanya unsur kesengajaan maupun orang yang sengaja mencecerkan obat batik warna merah ke genangan banjir.

"Sementara informasi yang kami dapatkan seperti itu. Kami juga masih melakukan pemeriksaan terhadap warga yang menemukan obat batik yang hanyut itu maupun lurah setempat sebagai saksi," katanya.

Kesimpulan

Dari penelusuran yang berhasil dihimpun tim Cek Fakta Kompas.com, informasi yang menyebut terjadi banjir darah di Pekalongan adalah tidak benar.

Faktanya, air banjir yang berwana merah pekat tersebut karena obat batik yang dibungkus dalam plastik sobek dan terbawa air banjir sehingga membuat ari berwarna merah layaknya darah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi