Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Lapan soal Lapisan Inversi dan Penyebab Suara Dentuman Misterius

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi suara dentuman misterius
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Dalam dua pekan terakhir, di sejumlah daerah dilaporkan adanya suara dentuman misterius, yang tidak diketahui sebabnya.

Di antaranya adalah laporan suara dentuman yang terdengar oleh masyarakat yang tinggal di kawasan Buleleng, Lampung, dan Malang.

Salah satu kemungkinan timbulnya suara semacam itu adalah adanya benda antariksa yang memasuki atmosfer bumi.

Akan tetapi, suara dentuman juga bisa muncul akibat adanya lapisan inversi di atmosfer.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengutip penjelasan Tim Reaksi Analisis Kebencanaan (TREAK) dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), lapisan inversi adalah lapisan atmosfer yang hangat berada di atas lapisan atmosfer yang dingin.

"Pada kondisi normal, suhu atmosfer turun bersama ketinggian, sehingga lapisan atmosfer yang dingin berada di atas lapisan atmosfer yang hangat," demikian penjelasan Lapan.

Namun, pada lapisan inversi terjadi sebaliknya. Lapisan atmosfer yang hangat berada di atas lapisan atmosfer yang dingin. Oleh karena itu, disebut inversi (terbalik).

Baca juga: Tak Ada Mendung Tak Ada Petir, Kok Bisa Ada Suara Dentuman?

Proses terjadinya lapisan inversi

Menurut TREAK, lapisan inversi biasa terjadi pada malam dan dini hari, karena udara di dekat permukaan mendingin (pendinginan radiatif), sementara udara di atasnya tetap hangat.

Lapisan inversi juga dapat terjadi karena aliran udara hangat/dingin (adveksi) dan bertemunya udara hangat/dingin (front).

"Lapisan inversi merupakan sesuatu yang biasa dan normal terjadi dalam dinamika atmosfer," demikian penjelasannya.

Inversi dapat terjadi di dekat permukaan hingga lapisan batas sampai dengan 5 km, bahkan terjadi pada ketinggian sekitar 17 km (tropopause), dan luasnya bervariasi dari skala lokal hingga regional.

Dampak lapisan inversi

Lapisan inversi menahan pengangkatan udara ke atas (konveksi) sehingga dapat mengakibatkan terkumpulnya energi di dekat permukaan dan dilepaskan dalam bentuk badai petir (thunderstorm) yang kuat.

Lapisan inversi juga dapat menyebabkan cuaca yang berkabut dan menahan polutan berada di dekat permukaan.

Selain itu, lapisan inversi juga dapat menyebabkan suara dipantulkan atau dibelokan sampai ke tempat yang lebih jauh.

TREAK menyebutkan, tidak ada bukti bahwa suara yang dipantulkan lapisan inversi dapat mengakibatkan kaca pecah.

Apalagi, keberadaan lapisan inversi juga perlu dibuktikan dengan data. Misalnya, dari pengukuran radiosonde (alat pengukur profil vertikal atmosfer yang diterbangkan balon) atau alat lainnya.

Kemudian, energi suara merambat akan mengalami pelemahan yang cepat bersama jarak, apalagi jika mengalami pemantulan, di mana sebagian besar energi akan diserap atau diteruskan.

"Untuk memecahkan kaca diperlukan energi suara yang cukup kuat, shock, blast, atau proses resonansi dengan frekuensi yang tepat," jelas TREAK.

Baca juga: [POPULER TREN] GeNose: Syarat dan Harga Tes | Penyebab Suara Dentuman Misterius di Malang

Memantulkan suara

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Daryono menjelaskan, gelombang suara yang bersumber dari kereta api, mobil, petir, dan sumber suara lainnya dapat terpantul dari lapisan inversi sehingga terdengar di tempat lain.

"Hal tersebut terjadi karena lapisan inversi berperan sebagai pemantul kurang sempurna bagi gelombang akustik, gelombang radio, dan bahkan cahaya," kata Daryono, seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (7/2/2021).

Lapisan inversi juga dapat membuat suara menjadi lebih lantang hingga terdengar dari jarak jauh, misalnya suara petir.

"Lapisan inversi membuat suara petir tidak mampu menyebar ke atas atau menjalar semaunya ke segala arah, karena sudah terjebak dan hanya dapat menjalar ke permukaan bumi saja," ujar Daryono.

Dalam hal ini, suara petir akan terdengar lebih keras dan dapat didengar hingga jauh di kawasan yang terlingkupi lapisan inversi.

Terdengar mirip dentuman

Suara petir seolah merambat melalui sebuah kanal audio mirip tropospheric ducting. 

Daryono mengatakan, secara teori, suara merupakan gelombang akustik yang sudah terbukti dapat dipantulkan lapisan inversi.

Dalam kondisi inversi suhu, gelombang suara akan dibiaskan ke bawah, sehingga dapat terdengar pada jarak yang lebih jauh.

"Inilah konsep dasar mengapa lapisan inversi dapat membuat suara petir terdengar hingga jauh karena proses multi refleksi," kata Daryono.

Dia menambahkan, suara petir jika sudah jauh dan dalam kondisi atmosfir tertentu dapat berubah anatominya sehingga tidak lagi seperti suara petir asli di sumbernya, tapi dapat mirip dentuman.

Selain memantulkan gelombang akustik biasa, lapisan inversi juga berkemampuan memantulkan gelombang mekanik dan akustik ekstrim dalam bentuk gelombang kejut, yang dapat menyebarkan suara dan efek getaran di wilayah yang lebih jauh.

Baca juga: Gemuruh Gunung Raung Dikaitkan dengan Dentuman di Malang, Ini Rekaman Aktivitasnya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi