Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Mendukung “Ketakutan” Pak Kwik Kian Gie

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/ALIF ICHWAN
Pakar ekonomi senior, Kwik Kian Gie.
Editor: Heru Margianto

MAHAGURU nasionalisme ekonomi saya, Drs Kwik Kian Gie, sama sekali bukan seorang penakut. Bahkan sebaliknya beliau sangat berani menyatakan yang benar sebagai benar dan yang tidak benar sebagai tidak benar.

Maka saya prihatin ketika mendengar pak Kwik sempat berkicau melalui akun twitter beliau.

"Saya belum pernah setakut saat ini mengemukakan pendapat yang berbeda dng maksud baik memberikan alternatif. Langsung saja di-buzzer habis2an, masalah pribadi diodal-adil. Zaman Pak Harto saya diberi kolom sangat longgar oleh Kompas. Kritik2 tajam. tidak sekalipun ada masalah."

Eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti turut mengomentari unggahan Kwik Kian Gie yang mengeluhkan kondisi kebebasan berpendapat masa kini. Bu Susi sepenuhnya menyetujui pendapat pak Kwik tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahfumi

Dengan siap menghadapi risiko juga dihujat oleh para buzzer, saya sepenuhnya memahfumi maka mendukung pernyataan pak Kwik. Apa yang dialami pak Kwik telah saya alami sendiri ketika saya berani-berani sebenarnya bukan mengkritik namun sekadar memohon agar penguasa jangan menggusur rakyat miskin secara sempurna melanggar hukum, HAM, agenda pembangunan berkelanjutan serta makna luhur yang terkandung pada sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dan Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat Indonesia.

Akibat permohonan tersebut saya dihujat para pendengung (buzzer) dan pemengaruh (influencer) sebagai orang tua bangka bau tanah kurang kerjaan cari popularitas sampai yang terlalu biadab untuk dimuat di dalam naskah yang dipublikasikan media terhormat ini.

Public relations 

Saya siap menghadapi risiko dihujat para buzzer akibat mendukung Pak Kwik dan Bu Susi. Pada hakikatnya Pak Kwik dan Bu Susi memuji keberhasilan penguasa dalam secara profesional menggerakkan jurus ampuh public relations dengan menggerakkan masyarakat media alam maya alias yang disebut sebagai netizen untuk rawe-rawe-rantas-malang-malang-putung maju tak gentar membela penguasa agar jangan sampai disentuh kritik sedikit pun.

Para pendengung dan pemengaruh media asosial bersatupadu ramai-ramai mengeroyok demi membunuh karakter mereka yang berani mengkritik penguasa.

Siapa berani mengkritik penguasa langsung habis-habisan dihabisi agar jera mengkritik.

Heinrich Goebels sebagai menteri propaganda Nazi pasti kalah efektif dalam membela Hitler sebab pada masa dasarwarsa tigapuluhan abad XX belum ada media sosial maka belum ada para pendengung dan pemengaruh bayaran mau pun amatiran seperti pada masa dasarwarsa duapuluhan abad XXI.

Teknologi internet yang mendemokratisasikan kebebasan mengungkap pendapat memungkinkan siapa pun juga untuk menjadi buzzer dan influencer demi membunuh karakter sesama manusia.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi