Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Menua Bersama di Kereta", Prameks Jogja-Solo dalam Kenangan...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Kereta api Prambanan Ekspres (Prameks) melintas di atas Jembatan Kewek Yogyakarta.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

 

KOMPAS.com - Setelah beroperasi sejak Mei 1994, Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) akhirnya resmi berhenti beroperasi pada Selasa (9/2/2021).

Perjalanan kereta Jogja-Solo kini berganti dengan Kereta Rel Listrik (KRL).

Prameks, kereta lokal bertarif ekonomis yang menghubungkan Kutoarjo, Yogyakarta (Jogja), Klaten, dan Solo ini meninggalkan banyak kenangan di benak para pelanggannya.

Apalagi, mereka yang mengandalkan Prameks sebagai moda transportasi harian menuju tempat kerja atau sekolah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenangan bertahun-tahun menjadi penumpang Prameks ini dirasakan Yusticia Eka Noor Ida.

Anggota Ombudsman DIY ini belasan tahun menggunakan Prameks untuk menuju tempat kerjanya di Solo.

"Saya pengguna, saya tinggal di Jogja, bekerja di Solo, sudah sejak 2004 saya ngelaju, hampir 14 tahun saya ngelaju. Tapi kebetulan ini dinas di Jogja jadi beberapa waktu ini belum naik Prameks lagi," ujar Ida saat dihubungi melalui telepon, Rabu (10/2/2021).

Baca juga: Kereta Prameks Akan Pensiun, Ini Sejarahnya dari 1960 hingga Kini

Suka dan duka...

Selama menjadi pengguna setia Prameks, Yustisia mengaku memiliki banyak kenangan dan pengalaman berharga, baik suka maupun duka.

Hal paling membahagiakan adalah interaksi dan jejaring yang terbangun dengan para pengguna lainnya.

"Yang jelas kalau orang Jawa bilang tambah sedulur. Saya membuat quote ''Menua bersama di kereta', karena kebetulan kami setiap hari bareng. Ada sentimen perasaan yang sama, sepenanggungan, senasib, dan berada di lingkungan yang sama," ungkap Ida.

Dari interaksi yang terbangun itu, mereka bisa saling berbagi. Tak hanya cerita yang dibagi.

Jika Anda pernah naik Prameks dari Jogja-Solo pada pagi hari, tak jarang mereka berbagi makanan pula. Sekadar pengisi perut di pagi hari.

Dengan waktu tempuh sekitar 75 menit dari Jogja hingga Solo Balapan, Prameks dianggap istimewa. Istimewanya, menghubungkan dua kota dalam waktu lebih singkat jika dibandingkan dengan kendaraan pribadi atau moda transportasi yang lain.

"Saya pernah naik bis (saat jadwal Prameks yang biasa ia gunakan ditiadakan), saking kacaunya intermoda itu, saya sampai Solo jam 11.00 WIB, padahal saya dari Jogja jam 6 pagi," cerita Ida.

Baca juga: KRL Yogya-Solo Segera Beroperasi, Begini Nasib KA Prameks

Oleh karena itu, jika sudah kehabisan tiket Prameks untuk kembali pulang ke Jogja, Ida mengaku lebih memilih untuk mengeluarkan biaya lebih banyak dan tetap menggunakan kereta api daripada harus menggunakan bus. 

"Saya akan menumpang kereta jarak jauh dengan tiket harga berapa pun saya bayar daripada saya naik bis. Kemewahan waktu tempuhnya (kereta api) tidak dimiliki oleh moda transportasi lain," ujar dia.

Kenangan lainnya, ia berada di rangkaian Prameks ketika mengalami kecelakaan di daerah Kalasan, Sleman.

"Saya kebetulan pernah ngalamin yang (Prameks) guling di petak Kalasan, pengalaman yang sangat wah ternyata. Kalau macet kan masih... kalau kecelakaan itu kan peristiwa yang luar biasa, saya sangat terkenang," ujar Ida.

Terima kasih, Prameks!

Atas semua pelayanan yang sudah diberikan Prameks kepada masyarakat, sebagai salah satu penumpang setia, Ida mengucapkan banyak terima kasih. 

"Kami sangat berterima kasih sekali atas layanan Prameks yang sudah menjadi bagian keseharian kami yang menjadi penglaju, baik teman-teman dari Kutoarjo, dari Jogja, dari Solo, dan sebaliknya," kata Ida.

"Ini sesuatu yang betul-betul membantu kehidupan kami, membantu mobilitas kami, sehingga kehidupan kami menjadi seperti sekarang ini," lanjut dia.  

Meski banyak kenangan baik dan manfaat yang ia rasakan dari Prameks, Ida bersyukur atas kehadiran KRL yang menggantikan Prameks.

"Ini menjadi harapan yang terkabulkan," ujar Ida.

Ia mengisahkan, ada banyak persoalan terkait operasional Prameks yang dirasakan para penggunanya.

Misalnya, okupansi yang terbatas dan peminat yang tinggi. Hal itu membuat calon penumpang harus berebut tiket dan belum tentu mendapatkan tempat duduk di kereta.

"Tahun 2012 itu kami mendengar akan adanya KRL, jadi beritanya sudah sejak lama, wah ini ada harapan kehidupan penglaju ini akan menjadi lebih terakomodir," kata Ida.

Kini, harapan itu benar-benar terwujud, dengan melepas Prameks dan segala kenangannya.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Jadwal KRL Solo-Yogyakarta

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi