Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Orang yang Sudah Divaksin Masih Bisa Jadi Pembawa Virus?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO
Tenaga kesehatan menunjukkan vaksin Sinovac Covid-19 saat pelaksanaan vaksin untuk tenaga medis di RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, Kamis (14/1/20210). Vaksinasi tahap awal akan menargetkan 1,48 juta tenaga kesehatan yang dijadwalkan berlangsung dari Januari hingga Februari 2021.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Program vaksinasi Covid-19 telah dimulai di berbagai wilayah dunia, termasuk di Indonesia.

Di Indonesia, program vaksinasi telah dimulai sejak 13 Januari 2021.

Vaksin Covid-19 gelombang pertama diberikan terutama untuk para tenaga kesehatan yang berjuang di garis depan.

Melansir laman Kemenkes RI, Minggu (14/2/2021), saat ini proses vaksinasi dosis pertama telah diberikan kepada 1.060.326 penerima vaksin.

Sementara, vaksin dosis kedua telah diberikan kepada 415.486 orang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang sudah menerima vaksin Covid-19 diimbau tetap patuh protokol kesehatan dan pedoman pencegahan Covid-19.

Apakah mereka yang sudah divaksin tetap bisa menjadi pembawa virus, menularkan, atau tertular virus corona?

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, meski sudah divaksin, seseorang tetap bisa tertular maupun menularkan Covid-19.

"Dia masih bisa tertular dan menularkan kepada orang lain," ujar Nadia, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (14/2/2021).

Baca juga: Kemenkes Izinkan Ibu Menyusui, Orang dengan Komorbid, dan Penyintas Covid-19 Divaksin

"Vaksin memberikan perlindungan kepada diri sendiri tetapi masih mungkin untuk orang tersebut tertular," kata dia.

Oleh karena itu, Nadia menekankan, protokol kesehatan harus tetap dipatuhi.

"Kita masih dalam suasana pandemi, tentunya walau sudah divaksinasi kita tetap harus melaksanakan 3 M," ujar dia.

Seperti diberitakan Kompas.com, 22 Januari 2021, dokter umum yang juga Kandidat PhD bidang Medical Science di Kobe University, Adam Prabata, mengatakan, tujuan vaksinasi memang membentuk kekebalan terhadap suatu mikroorganisme.

Kekebalan itu baik kekebalan humoral atau cairan yakni antibodi dan kekebalan seluler contohnya sel limfosit T.

Ia mengingatkan, kekebalan tubuh yang terbentuk belum tentu 100 persen mencegah suatu infeksi.

Adapun efikasi atau kemanjuran adalah kemampuan suatu vaksin dalam mencegah penyakit dalam keadaan ideal atau terkontrol.

"Nah efikasinya seperti apa yang dituju itu tergantung protokol uji klinisnya. Kebetulan untuk vaksin Covid-19 ini sasarannya adalah Covid-19 yang bergejala. Jadi yang dihitung adalah efikasi vaksinnya untuk Covid-19 yang bergejala" ujar Adam.

Baca juga: Penjelasan WHO soal Kapan Antibodi Bekerja Setelah Divaksin Covid-19

Sementara, pada orang tanpa gejala (OTG), Adam menilai, vaksin mungkin dapat mencegah Covid-19 dari pasien OTG, tetapi masih perlu uji klinis.

Sementara itu, Ahli PAtologi Klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dr Tonang Dwi Ardyanto mengibaratkan seseorang yang disuntik vaksin seperti memiliki 3 perisai pelindung.

Mereka yang tidak divaksin hanya punya satu perisai.

Dengan demikian, seseorang yang divaksin akan mengalami gejala tiga kali lebih kecil saat terinfeksi dibanding mereka yang tidak mendapatkan suntikan.

“Apa artinya lebih kecil? Untuk mudahnya, orang yang divaksin itu seperti punya 3 perisai. Pertama, kekebalan alamiah atau imunitas, sedangkan yang kedua diperoleh karena dapat vaksin. Bayangkan orang dengan satu perisai dan 3 perisai, siapa yang lebih berisiko (terinfeksi)? Tentunya yang hanya satu perisai,” ujar Tonang, seperti diberitakan Kompas.com, 27 Januari 2021.

Ketika hanya satu perisai, maka seseorang itu lebih berisiko untuk timbul gejala. Padahal, mereka yang bergejala lebih berisiko mengalami perburukan.

"Proteksi yang diharapkan adalah mencegah timbulnya gejala kalaupun terpaksa terinfeksi Covid-19," ujar dia.

Apakah ke depannya vaksin dapat mencegah infeksi, Tonang mengatakan, akan diketahui di masa depan setelah ada bukti-bukti yang menunjukkan hal itu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi