Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang Susan B Anthony, Pejuang Hak Pilih Perempuan

Baca di App
Lihat Foto
EVERETT COLLECTION via DW INDONESIA
Susan B Anthony (kiri) bersama sahabatnya sesama pejuang hak-hak perempuan Elizabeth Cady Stanton (kanan).
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari ini, 201 tahun yang lalu, tepatnya 15 Februari 1820, merupakan hari lahir Susan B. Anthony.

Susan B. Anthony merupakan pejuang hak pilih perempuan berkebangsaan Amerika Serikat (AS). Ia merupakan tokoh terkemuka, hingga perjuangannya diabadikan dalam mata uang AS.

Sosoknya ada pada koin dollar baru pada tahun 1979. Susan pun menjadi perempuan pertama yang digambarkan pada mata uang AS.

Bagaimana sepak terjang Susan B. Anthony dan perjuangannya atas hak politik perempuan di AS? Berikut profilnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Penemuan Berlian Terbesar di Alam Semesta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa kecil

Susan B. Anthony lahir pada 15 Februari 1820, di Adams, Massachusetts. Ia merupakan anak kedua dari delapan bersaudara.

Ia lahir dari kalangan cukup berada. Orangtuanya pemilik pabrik kapas lokal. Dua saudaranya meninggal dunia.

Dilansir dari Britannica, Susan menjadi anak yang dewasa sebelum waktunya. Ia belajar membaca dan menulis pada usia tiga tahun.

Pada 1826, keluarganya pindah dari Massachusetts ke Battensville, New York. Susan dikirim untuk belajar di sekolah Quaker, dekat Philadelphia.

Susan dibesarkan dalam keluarga Quaker yang menekankan pendidikan moral yang kuat sejak dini, serta mengambil peran pada bidang-bidang sosial.

Setelah bisnis ayahnya gagal pada akhir 1830-an, Anthony kembali ke rumah untuk membantu keluarganya memenuhi kebutuhan.

Dia mendapatkan pekerjaan sebagai guru. Keluarga Anthonys pindah lagi ke sebuah peternakan di daerah Rochester, New York, pada pertengahan 1840-an.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Black Saturday Tewaskan 173 Orang di Australia

Gerakan Abolisionis

Saat pindah ke Rochester, keluarga Susan terlibat dalam perjuangan untuk mengakhiri perbudakan, yang juga dikenal sebagai gerakan abolisionis.

Melansir Biography.com, peternakan mereka berfungsi sebagai tempat pertemuan bagi para abolisionis terkenal seperti Frederick Douglass.

Pada saat yang sama, Susan diberi tanggung jawab sebagai kepala departemen perempuan di Akademi Canajoharie selama dua tahun.

Ia kemudian meninggalkan Akademi Canajoharie pada tahun 1849, dan mencurahkan waktunya untuk masalah sosial. Salah satunya upaya untuk menghentikan produksi dan penjualan alkohol.

Susan terinspirasi untuk memperjuangkan hak-hak perempuan saat berkampanye melawan alkohol. Ia tidak pernah diberi kesempatan untuk berbicara dalam konvensi karena identitas gendernya sebagai seorang perempuan.

Susan menyadari bahwa tidak ada yang akan menganggap serius suara perempuan. Ia menyadari, suara perempuan tidak dapat didengar dalam dunia politik kecuali mereka memiliki hak untuk memilih.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 8 Pemain Manchester United Tewas dalam Tragedi Munich 1958

Perjuangan hak pilih perempuan

Pada sebuah konferensi anti-perbudakan pada 1851, Susan bertemu dengan Elizabeth Cady Stantondi. Keduanya memiliki keresahan yang sama mengenai suara dan pendapat perempuan di dunia politik.

Dilansir dari History.com, kedua perempuan ini kemudian mendirikan Masyarakat Temperance Perempuan New York, setahun kemudian.

Mereka memperjuangkan hak-hak perempuan, serta membentuk Komite Hak Perempuan New York.

Susan mulai membuat petisi agar wanita memiliki hak atas properti dan hak pilih dalam pemilu. Dia melalang buana sambil berkampanye atas nama perempuan.

Pada 1856, Susan bekerja sebagai agen untuk American Anti-Slavery Society. Setelah Perang Saudara usai, Susan kembali fokus pada hak-hak perempuan.

Ia mendirikan American Equal Rights Association pada 1866, menyerukan agar hak yang sama diberikan kepada semua orang tanpa memandang ras atau jenis kelamin.

Bersama Elizabet, kawan seperjuangannya, Susan menerbitkan media cetak mingguan The Revolution pada 1868. Media tersebut memiliki tagline "Laki-laki adalah hak mereka, dan tidak lebih; perempuan adalah hak mereka, dan tidak kurang."

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kapal Rabaul Queen Tenggelam di Papua Nugini, Ratusan Penumpang Tewas

Perjuangan di akhir hidup

Merasa perjuangannya tak digubris, Susan mengkuti Pemilu Presiden AS secara ilegal pada 1872.

Susan ditangkap dan didenda 100 dollar AS, yang sampai akhir tidak pernah dibayar olehnya.

Di tahun-tahun terakhir masa hidupnya, Susan tidak pernah menyerah pada perjuangannya untuk hak pilih perempuan.

Pada tahun 1905, Susan sempat bertemu dengan Presiden Theodore Roosevelt di Washington, DC, untuk melobi amandemen yang memberi perempuan hak untuk memilih. Akan tetapi, Susan meninggal sebelum sempat melihat terbitnya amandemen tersebut.

Susan meninggal pada 13 Maret 1906 saat berusia 86 tahun di rumahnya di Rochester, New York.

Melansir The New York Times, tepat sebelum kematiannya, Susan memberi tahu temannya Anna Shaw, "Untuk berpikir saya telah lebih dari 60 tahun berjuang keras untuk sedikit kebebasan, dan kemudian mati tanpa (kebebasan), itu tampak begitu kejam."

Penghargaan

Empat belas tahun setelah kematian Susan, Amandemen ke-19 Konstitusi AS yang memberikan hak pilih kepada semua wanita dewasa, baru disahkan.

Kini, pemilu di AS tidak hanya mewadahi suara dari laki-laki atau orang kulit putih saja. Semua warga, baik perempuan maupun kulit hitam mendapat hak suara yang setara dalam pemilihan umum.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Mahatma Gandhi Dibunuh

Amandemen ini tidak akan pernah terwujud tanpa perjuangan Susan selama sekitar 60 tahun hidupnya.

Sebagai pengakuan atas dedikasi dan kerja kerasnya, Departemen Keuangan AS menempatkan potret Anthony pada koin dolar pada tahun 1979, menjadikannya wanita pertama yang mendapat kehormatan tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi