Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Hanya 13 hingga 18 Persen Pasien Covid-19 yang Bergejala

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/DRAGANA GORDIC
Ilustrasi demam dan batuk sebagai salah satu gejala awal Covid-19.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Salah satu karakteristik pasien Covid-19 yang selama ini dikhawatirkan adalah mereka yang tidak menunjukkan gejala.

Sejumlah ilmuwan tengah meneliti mengenai tingkat kasus Covid-19 asimptomatik atau tidak bergejala pada populasi.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan setidaknya 40 persen kasus merupakan tak bergejala, sementara penelitian lain menemukan sekitar 50 persen berasal dari orang tanpa gejala.

Namun kini, sebuah studi baru menunjukkan bahwa kasus tanpa gejala adalah mewakili sebagian besar infeksi yang terjadi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 4 Gejala Baru Covid-19, dari Menggigil, Sakit Kepala, hingga Nyeri Otot

Hanya 13 persen yang bergejala

Para peneliti di University of Chicago membuat permodelan yang menggabungkan tes antibodi di New York City dari Maret hingga April 2020, kasus-kasus yang tercatat dari Maret hingga Juni serta adanya perubahan dalam kapasitas pengujian New York dalam rentang waktu tersebut.

Hasilnya disebutkan hanya 13 persen hingga 18 persen kasus positif Covid-19 yang bergejala.

"Ada banyak orang tanpa gejala, jauh lebih besar dari yang diasumsikan banyak penelitian," Rahul Subramanian, salah satu penulis penelitian dikutip dari Business Insider (13/2/2021). 

Sulit dideteksi

Infeksi asimptomatik termasuk sulit dikenali dan dikuantifikasi karena seseorang cenderung merasa baik-baik saja.

Perkiraan tim ini lebih tinggi dibanding penelitian yang lain karena mungkin menggunakan definisi lebih luas dari kasus tanpa gejala, yakni termasuk orang yang gejalanya sangat ringan yang menyebabkan seseorang itu tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan.

Baca juga: Menurut Studi Ini, 1 dari 3 Kasus Covid-19 adalah Tanpa Gejala

Kasus non gejala

Para peneliti saat ini memperkirakan nilai reproduksi virus berada di antara 2 dan 3 yang berarti satu orang yang sakit bisa menginfeksi rata-rata dua hingga tiga orang lain.

Namun jika model Subramanian benar, itu berarti virus lebih mudah menyebar dari orang ke orang.

Dari skenario yang menurutnya mungkin, Subramanian menilai infeksi non gejala bertanggung jawab atas setidaknya 50 persen penularan virus corona.

Karena itulah dirinya mengingatkan untuk tidak meremehkan ancaman penularan tanpa gejala dan mewaspadai varian baru.

"Ketika Anda memiliki varian baru Covid-19, jika angka reproduksinya lebih tinggi, itu berarti virus tersebut akan dapat menyebar meski lebih sedikit orang yang rentan," kata Subramanian.

Baca juga: Bagaimana Covid-19 Ditularkan oleh Orang Tanpa Gejala? Ini Risetnya...

Tes Covid-19

Sekarang, lebih dari sebelumnya, dia mengingatkan penting untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin kasus asimtomatik untuk memperlambat penularan.

Sebab meskipun protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dilakukan, menurutnya penting melakukan tes dan memastikan orang yang tidak memiliki gejala. 

"Anda tidak ingin membatasinya hanya pada orang yang mengalami gejala," kata dia. 

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Kenali Gejala Awal Terinfeksi Virus Corona dari Hari ke Hari

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi