Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

VTube Diunduh 10 Juta Kali, Mengapa Banyak Orang yang Mencari Uang secara Instan?

Baca di App
Lihat Foto
screenshoot
Aplikasi VTube di playstore
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Media sosial akhir-akhir ini diramaikan dengan munculnya sejumlah ajakan dari warganet untuk bergabung dengan aplikasi VTube.

Aplikasi VTube menawarkan poin yang dapat ditukar dengan uang tunai hanya dengan menyaksikan konten di platform tersebut.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah meminta Kominfo untuk memblokir situs VTube yang bernaung di bawah PT Future View Tech karena terindikasi sebagai skema money game.

Baca juga: VTube Diblokir Kominfo, Ini Imbauan Satgas Waspada Investasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski demikian, aplikasi VTube berdasarkan pengecekan Kompas.com, Selasa (16/2/2021) pagi, masih tersedia di Playstore.

Aplikasi VTube tercatat telah diunduh lebih dari 10 juta kali oleh pengguna smartphone.

Lantas, mengapa banyak orang tertarik dengan VTube dan ingin mencari uang dengan cara instan?

Hidup yang sulit dan kompetitif

Sosiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Prof Bagong Suyanto mengatakan, terdapat sejumlah alasan mengapa ada banyak orang yang mencari pundi-pundi rupiah dengan cara instan.

Guru Besar dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair ini menyebut, salah satunya karena kelangsungan hidup yang semakin sulit dan semakin kompetitif.

"Ini membuat mental jalan pintas akhirnya menjadi pilihan yang realistis," ujar Bagong saat dihubungi Kompas.com, Selasa (16/2/2021).

Baca juga: Kasus TikTok Cash dan VTube, Kenali Modus Aplikasi Berkedok Investasi

Hadirnya platform digital seperti VTube tersebut, dikatakan Bagong, dinilai oleh masyarakat sebagai sebuah tawaran.

Menurut dia, keberadaan platform tersebut juga membuat mobilitas vertikal lebih terbuka.

"Kehadiran platform digital membuat tawaran dan kesempatan masyarakat untuk mobilitas vertikal lebih terbuka. Wajar jika masyarakat memanfaatkannya," jelas Bagong.

"Ini hal yang realistis dilakukan di tengah kondisi ekonomi yang sulit," tambahnya.

Kesempatan ekonomi

Sementara itu, sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono menjelaskan, mencari uang dengan cara yang instan seperti ini dikarenakan adanya kesempatan ekonomi yang memungkinkan.

Dikatakan Drajat, di era digitalisasi seperti saat ini memang marak sejumlah platform dengan klaim bisa mendapatkan reward secara cuma-cuma tanpa memperhatikan latar belakang darimana dia berasal.

"Jadi kalau dulu, orang harus sekolah dulu, cukup panjang investasinya dari SD sampai perguruan tinggi, belum lagi harus berkompetisi mencari pekerjaan, kalau pun diterima kerja, belum tentu mendapat uang yang bagus," terang Drajat kepada Kompas.com, Selasa (16/2/2021).

Baca juga: Diblokir Kominfo, VTube Masih Ada di Playstore, Ini Kata SWI

Menurut Drajat, langkah yang diambil oleh masyarakat dengan mengunduh VTube dengan harapan bisa mendapat uang setelah melalui beberapa langkah, bukanlah suatu jalan pintas.

Akan tetapi, hal itu dikarenakan economic opportunity atau peluang ekonomi memungkinkan seperti yang telah disampaikannya di atas.

Selain itu, tidak mudahnya mencari uang secara formal menjadi alasan lain mengapa ada orang yang mencari jalur instan.

"Karena memang uang yang dicari secara formal itu tidak mudah, semakin sulit, dan tidak juga menjamin pendapatan yang layak untuk hidupnya," papar Drajat.

Sehingga, lanjutnya, karena kebutuhan dan ketidak menarikan di dunia formal, maka saat ada kesempatan yang lebih mudah, orang akan mencari jalan tersebut.

Baca juga: [HOAKS] VTube Disebut Telah Dilegalkan dan Dilindungi Pemerintah

Hati-hati dan waspada

Melihat fenomena banyaknya tawaran untuk mendapatkan pendatan secara instan, Bagong meminta masyarakat untuk tetap berhati-hati dan memahami secara luas tentang dunia digital.

Sebab apabila tidak, dia mengkhawatirkan masyarakat bisa menjadi korban penipuan dan pencurian data karena terseret pusaran di dunia digital.

"Betul, masyarakat harus berhati-hati. Masyarakat bisa jadi korban," saran Bagong.

"Platform digital menawarkan peluang. Tapi perlu masayarakat memiliki literasi digital dulu," jelasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi