Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas Targetkan Indonesia Bebas Covid-19 17 Agustus, Ini Kata Epidemiolog

Baca di App
Lihat Foto
DOK. covid19.go.id
Doni Monardo sampaikan arahan Presiden Jokowi terkait penanganan Covid-19 di Istana, Senin (30/11/2020).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo menargetkan pada 17 Agustus 2021 Indonesia bisa mengedalikan pandemi Covid-19. 

Hal itu diungkapkan Doni dalam Rapat Koordinasi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 secara virtual di kanal Youtube Pusdalops BNPB, Senin (15/2/2021).

"Target kita adalah pada 17 Agustus yang akan datang kita harus betul-betul terbebas dari Covid. Artinya Covid betul-betul pada posisi yang dapat dikendalikan," kata Doni. 

Menurut Doni, kondisi tersebut dapat dicapai dengan kebijakan pemerintah yang tepat dan kepatuhan masyarakat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kapan Pandemi Covid-19 di Indonesia Selesai? Ini Prediksi Bloomberg dan Kata Kemenkes

 

Pihaknya juga mengatakan, pemerintah daerah perlu ikut melibatkan masyarakat dalam menangani Covid-19.

Dia mengatakan, kedisiplinan dan kepatuhan warga menjalani protokol kesehatan adalah kunci menangani pandemi Covid-19. Karena itu, ia meminta masyarakat menaati aturan-aturan PPKM skala mikro.

Tidak realistis

Terkait target tersebut, epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengungkapkan bahwa target pandemi mereda pada 17 Agustus 2021 tidak realistis.

"Tentu tidak realistis dengan kondisi kita saat ini di mana performa 3T kita masih jauh dari memadai 5M juga belum memadai," kata dia pada Kompas.com, Selasa (16/2/2021).

Dicky menyebut, walaupun target vaksinasi Covid-19 bisa dikejar, namun hal itu belum menyelesaikan pandemi secara otomatis.

Selain itu, di luar kondisi pandemi dan vaksinasi, masih ada potensi ancaman strain-strain baru virus corona Covid-19.

Baca juga: Belum Selesai Covid-19, Ilmuwan Prediksi Ancaman Penyakit X, Apa Itu?

Manajemen data

Menurut Dicky, apabila pemerintah ingin membuat target hal itu memang perlu tapi tetap harus realistis. Yaitu target dibuat dengan manajemen data yang baik.

"Bagaimana kita mau membuat target yang tepat kalau pemahaman atau peta situasinya saja tidak memadai," ujar dia.

Manajemen data yang baik menurut Dicky akan menghasilkan strategi dan target yang tepat.

Sementara tanpa adanya manajemen data yang baik dan bersumber dari intervensi testing tracing yang optimal, maka strategi akan tidak efektif apalagi targetnya, tentu akan tidak tepat.

Baca juga: Epidemiolog Prediksi Kasus Covid-19 Melonjak dalam 2 Minggu ke Depan, Bisa Capai 10.000 Per Hari

Mengubah strategi

Dihubungi terpisah, Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo juga mengungkapkan bahwa target yang diungkapkan Doni tidak realistis. 

Terutama jika masih menggunakan strategi seperti sekarang.

"Kalau yang dikerjakan kebijakan dan strateginya masih seperti sekarang, tidak realistis. Tetapi kalau kita mau mengubah strategi, bisa," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (16/2/2021).

Pertama-tama, menurutnya Kementerian Kesehatan perlu dimasukkan dalam tim Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN).

Windhu menilai, selama ini KPC-PEN dipimpin dari bidang perekonomian dengan fokus menggarap ekonomi dan bukan kesehatan.

Baca juga: 54.010 Kasus Positif, Bagaimana Prediksi Pandemi Corona di Indonesia?

Padahal menurut Windhu fokus pemerintah perlu digeser untuk menuntaskan pandemi dengan Menteri Kesehatan sebagai pemimpinnya.

"Kalau menteri kesehatan tidak menjadi leading sektor percuma. Kementerian kesehatan harus menjadi leading sektor atau KPC PEN-harus ada kementerian kesehatan," katanya.

Menurut Windhu menteri kesehatan saat ini sudah beritikad baik, karena mau belajar, mau mendengar, dan mendasarkan strategi serta kebijakan berdasarkan public health.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi